kepulangan Abidzar

50 7 2
                                    

mungkin disinilah kepulangan sang Abidzar telah di nanti nanti. entah itu di sambut dengan gembira, atau malah ketakutan melanda. ketakutan bahwa fakta Rabba akan di pulangkan takan terhindar...

Abia, Asad, Atha, Sa'ad berdiri di halaman rumah memandang Abidzar yang mengendarai kuda gagah nya makin lama makin mendekat. nafas Sa'ad rasanya tercekat di dada nya. rasa tak terima nya melanda dengan dasyat nya. tapi mau bagaimana pun pasti ini untuk kebaikan Rabba itu sendiri.

sudah berbulan bulan lama nya, Rabba ada di rumah mereka,bersama sama mereka, banyak cerita yang mereka lalui. sanggupkan mereka berpisah?

Rabba muncul dari ambang pintu, membuat keempat orang di halaman rumah itu menoleh kebelakang dan menjulurkan tangan nya, mengajak Rabba masuk kedalam pelukan mereka. perasaan Rabba bercampur aduk saat menerima tangan itu.

inikah saat nya? aku meninggalkan mereka dan kembali pulang?

Sa'ad lah yang memeluk Rabba paling erat. Rabba pun membalas pelukanya tak kalah erat.
momen saat Abidzar turun dari kuda lalu menghampiri adik perempuanya Abia..
mereka berpelukan dan saling bersalaman

"Assalamualaikum"

"waalaikumsalam" ucap semua orang membalas salam dari Abidzar. mereka satu persatu menyalami dan memeluk Abidzar sambil membantu menurunkan barang barang dari kuda kedalam rumah.

tak ada kata kata sambutan ceria disana, mereka semua menegang tentang kabar apa yang akan mereka dengar hari ini dari Abidzar.






🦋🦋🦋







"Rabba akan di jemput oleh penjaga besok pagi"

"secepat itu?" kaget Abia mendengar kabar nya. sisa nya pun tentu saja terkejut, apalagi Rabba. sepulang nya Abidzar besok nya langsung dijemput?

"secepat itu wahai Abidzar?" tanya Sa'ad resah, karna sejujurnya mereka semua tidak ada persiapan.

Abidzar menarik nafas dalam dan mengembuskan nafas nya perlahan dan mulai menceritakan perjalanan nya.

saat melapor pada raja di kota ini ternyata malah diabaikan nya lah si Abidzar padahal mereka saling mengenal. abidzar menunggu dan menunggu tapi tak ada hasil. ahirnya Abidzar mendapat kabar bahwa mungkin raja di kota luar dapat membantu. pergilah Abidzar ke kota Nabath. perjalanan ke kota Nabath membutuhkan banyak waktu dan tentu ada hambatan yang membuat mengulur waktu.

sampailah Abidzar di kota Nabath dan mengajukan surat. setelah menunggu beberapa hari di panggilah Abidzar ke istana.

"benarkah itu?" tanya raja pada Bidzar

"benar tuan, gadis itu ada pada keluarga ku, bolehkah kami mendapat pertolongan untuk gadis ini?"

"tapi semua itu tak masuk akal" bingung Raja masih mempertimbangankan haruskah membantu abidzar atau tidak.

"saya tahu tuan, karena itulah kami meminta bantuan pada raja. raja di kotaku tidak menanggapi hingga haruslah saya datang jauh jauh kemari untuk menemuimu. saya takut ini ada kaitan nya dengan kegaduhan yg sedang terjadi di negri ini, saya tak berani mengambil resiko sendiri, haruslah pria berkuasa sepertimu membantu"

mendengar itu sang raja menjadi yakin untuk menanggapi permasalahan ini. benar saja jika ini ada kaitan nya bisa merepotkan.

"biarkan aku menemui gadis itu. biarkan ia tinggal sementara di sini, sementara aku memikirkan jalan keluarnya. bagaimana menurutmu cara keluarnya wahai abidzar?"

"kami tidak yakin dia dapat kembali dengan hanya memasuki lemari nya kembali tuan. haruskah kita mengembalikan nya ke negaranya?"

"tidak! tidak! mengembalikan dia keluar dari negri itu tidak bagus dan hanya membuat masalah. apalagi jika kerajaan pusat mengetahui. takut nya akan membuat curiga. terkecuali gadis itu memang diharuskan bawa ke kerajaan pusat. akan butuh waktu berapa lama?"

"lagi pula negri kita sedang ricuh dan malah mengirim gadis keluar negara? bukan kah itu hanya akan memicu api saja?" tegas Raja.

"lalu apa yg harus dilakukan?" Abidzar pun sudah habis fikir. tak tahu lagi apa yg harus perbuat. lagi pula mereka semua sama sama mengetahui jika memulangkan Rabba pada negri nya pun mungkin akan sia sia. karena dipulangkan pada waktu zaman ini Rabba tidak akan menemui kedua orang tua nya malahan nenek moyang nya.

setelah berdebat dan mencoba bertukar fikiran untuk menemukan jalan keluarnya. hasilnya pun tetap buntu. yang terpenting sekarang Rabba harus di tempatkan di tempat yang aman jauh dari sorotan masyarakat. dan merahasiakan identitas.

tentu saja dengan cara Rabba sementara tinggal di istana kota Nabath.

"kebetulan prajurit Nabath tak jauh dari kota kita dan ditugaskan menjemput Rabba esok pagi" begitulah perjalan Abidzar yang tak sesingkat cerita ini.

mereka semua mengerti akan keadaan nya, bahkan sangat mengerti. Rabba sedih. ternyata jalan keluarnya pun belum di temukan. ia harus apa?dan bagaimana? akan berapa lama lagi akan terus seperti ini? apa kabar Rabba yg ada di Bandung?

"kalau begitu malam ini aku harus bersiap" ucap rabba berdiri meninggalkan kerumunan sambil mengusap air mata di pipi nya.

semua orang di sana pun sama sama sedih nya mengetahui harus berpisah dengan Rabba.

Rabba yg sedang mengemas pakaian nya tak kuasa menahan tangis. dibiarkan nya air mata itu bercucuran di pipinya. ia sudah tak peduli dengan matanya yg esok pasti akan membesar karena menangis malam malam.

Abia menghampiri Rabba dengan keadaan yg sama. dengan air mata, Abia membantu Rabba melipat baju dan membungkus dengan kain lebar. Abia menatap Rabba yg menangis tapi tak berhenti melakukan kegiatan nya.

"ummi maaf Rabba harus p-pergi" ucap Rabba sambil terisak. saat mengatakan itu kegiatan Rabba terhenti dan berjongkok menangis kencang. keempat pria yg mendenger tangisan itu ikut menangis. tak kuasa mendengar tangis Rabba yg begitu pilu dan mengharukan.

"Rabba yg cantik tak boleh menangis! Rabba yg cantik akan pergi ke istana. jangan buat matamu membengkak di esok hari ya? jika matamu besar bagaimana cara melihat raja?"

Abia memeluk Rabba dan ikut menangis haru. inikah perpisahan mereka ya? Abia akan merasa kesepian karena kehilangan putri gadis nya yg selalu ceria di dapur. Abia menepuk nepuk punggung Rabba halus berharap Rabba tidak terlalu resah.

tapi tepukan lembut itu malah membuat Rabba semakin menangis. ia sadar pasti akan merindukan belaian dari Abia.

"r-rabba tak akan bermain dengan Atha lagi, tak ada lagi belajar berkuda, tak ada lagi bermain ke sungai, tak ada lagi paman paman ku, aku disana akan sendirian bagaimana bisa?" ucap Rabba terbata bata dan semakin menangis memikirkan nasih nya akan sendirian.

"shh Rabba! kami akan selalu ada, kami bisa berkunjung, dan kau bisa mengunjungi kami. tak ada penghalang di antata kita selain hanya jarak. jarak itu masih bisa di lalui kan? jangan menangis"

mendengar nama nya di sebut, Atha yg sedang menangis pun berhambur lari menghampiri Rabba dan ikut berpelukan. baru kali ini Atha menangis sampai terisak isak. "jangan kamu pergi Rabba! aku dengan siapa lagi jika tak ada kau?"

"tak ada lagi orang yg akan aku jaga, siapa lagi yg akan aku jaga? siapa lagi yg akan ku jahili?tak ada lagi adik perempuan"
Atha pun ikut dilema mengetahui mereka akan berpisah.

Asad ikut menghampiri mereka yg sedang berpelukan. tak salah, Asad pun ikut berpelukan, memeluk mereka dengan tubuh besar nya. "ini yg terbaik untuk Rabba, Rabba pasti rindu kedua orang tua nya. rindu rumah nya. kami akan selalu terbuka untukmu Rabba,kami menyayangimu, jangan lupakan kami" Asad mengecup pincuk kepala Rabba yg sedang menangis kencang.

RabbaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang