CHAPTER - 18. MEDICINE.

222 10 10
                                    

Happy Reading🐠!

"Ku kira semua obat itu pahit, tapi ternyata tidak. Buktinya nya kamu"

- ARUZAN-

- ARUZAN-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••••••

Salah satu bagian dari kehidupan yaitu perpisahan. Entah itu berpisah untuk di pertemukan kembali atau berpisah untuk selamanya, yang jelas semuanya memang sudah adanya takdir.

Saat ini Aruna sedang berada di ruang seni, hanya di sini Aruna merasakan sebuah kenyamanan.

Mata huzzle nya menangkap seseorang yang berjalan dengan tergesa, orang itu adalah Razan.

Aruna diam di tempatnya memperhatikan Razan yang sepertinya tidak menyadari kehadiran Aruna.

Ntah sengaja ataupun tidak yang jelas Aruna dan Razan saat ini bisa melihat satu sama lain. Razan menatap nya ntah dorongan dari mana Razan berlari memeluk Aruna erat.

Aruna tersentak kaget, untung saja tubuhnya masih bisa menahan tubuh Razan.

"Zan?" Ucap Aruna.

Razan memeluk Aruna erat seakan Aruna tidak boleh lepas dari pelukan nya.

Gadis itu membeku mencoba melepaskan pelukan Razan, tapi cowok itu malah semakin memeluk nya erat.

"Zan?"

"Gue mohon. Lima menit biarin gue kaya gini" ucap Razan setenang mungkin.

Aruna tidak tau apa yang terjadi, tangan nya mengusap pundak Razan. Mencoba menguatkan nya.

Ntah kenapa berada di pelukan Aruna seperti ini Razan bisa merasakan kenyamanan dan Ketenangan.

Aruna hanya diam mencoba bersikap biasa-biasa saja, padahal dalam hatinya Aruna tidak bisa menahan rasanya yang ingin juga memeluk Razan.

•••••

Sudah lima belas menit yang lalu Razan bersama dengan Aruna di ruang seni. Hanya ada keheningan di antara keduanya, tidak ada satupun dari mereka yang berani berbicara.

"Ngapain di ruang seni sendirian?" Tanya Razan pada akhirnya.

Aruna melihat ke arah Razan, dia bisa melihat sorot mata Razan yang seperti menahan tangis.

"Pengen aja" jawab Aruna singkat.

"Kenapa belum pulang?" Tanya Razan lagi.

Aruna menggeleng dia juga tidak tau kenapa rasanya betah sekali di ruang seni. Padahal, bel sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu.

"Gue lagi mau belajar musik" alibi nya berbohong.

Razan mengangguk mengerti dengan apa yang Aruna ucapkan tadi.

ARUZAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang