Prolog

3K 204 4
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, ia akan bangun dengan keadaan yang sama. Sendiri, sepi, sunyi.

Jam masih menunjukan pukul 7 pagi. Ia baru tertidur pukul 5 tadi. Pantas saja kepalanya sedikit pusing hari ini. Semalaman suntuk tak bisa tidur berefek pada kantung matanya yang mulai menghitam. Mencoba berdiri untuk memulai hari. Agak sedikit oleng karena pening di kepala ternyata lebih parah dari yang ia duga. Ia mulai bergerak mendekati cermin, menatap pantulan diri dari segala sisi.

"Aku seperti mayat hidup saja, HAHAHA," tawa hambarnya mengudara pagi itu.

Jean, pemuda 24 tahun yang sudah terbiasa hidup dalam kesepian. Mencoba peruntungan baru hari ini dan berdoa semoga semesta berbaik hati memberinya secercah kebahagiaan untuk kali ini.

•ᴥ•

Setelah menyelesaikan acara mandinya, ia berjalan ke dapur. Mencoba mencari sesuatu untuk dimakan karena perutnya meronta minta diisi. Semalam ia melupakan makan malamnya (lagi) dan berimbas pada perutnya yang terasa tak enak pagi ini. Namun, tak ada yang layak untuk dinikmati. Lemari makanannya kosong. Sama seperti hatinya.

"Melewatkan sarapan tak akan membuatku mati, bukan?" tanyanya pada diri sendiri.

Mencoba menghiraukan rasa nyeri, ia hanya duduk di depan televisi. Ini adalah hari minggu dan ia tidak memiliki rencana apapun.

"Sepertinya, aku harus berbelanja," gumamnya sengsara dan beranjak keluar.

Mimpi buruk sudah. Baru berjalan sampai ke depan pagar rumahnya, hujan secara mengejutkan turun dengan begitu lebatnya. Sialnya lagi, ia tak memiliki payung ataupun jas hujan seperti kebanyakan orang. Tak ada niatan masuk kembali ke dalam rumah untuk menghangatkan diri. Agaknya, bau tanah basah karena hujan cukup menghibur hati.

Dulu, ia benci hujan. Lalu seseorang datang menjadi alasan mengapa ia menyukai hujan. Dan kini, ia kembali membenci hujan karena sosok itu. Satya Adhyaksa Mahardika. Atya. Begitulah ia memanggilnya. Nama yang begitu ingin dilupa namun selalu berakhir hinggap di kepala tanpa diminta. Dan hujan adalah salah satu dari banyaknya hal yang membuatnya mengingat sosok Satya.

Ditengah derasnya hujan, memori itu terbayang dalam ingatan.

"Hujan itu anugrah, jangan benci ia hanya karena suasana dingin yang dibawanya, Je. Kamu tahu? Karena suasana dingin yang hujan ciptakan, orang-orang akan lari mencari kehangatan. Dan kehangatan rumah adalah urutan pertama yang akan mereka pilih. Orang-orang akan pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarganya. Saling berbagi kehangatan di satu atap yang sama. Hujan menyatukan kita semua ditengah sibuknya dunia."

"Tapi kak, aku nggak punya rumah yang dapat menghangatkan ku ketika hujan datang. Aku juga nggak punya rumah yang dapat memberiku rasa aman ketika petir menyambar. Pokoknya aku benci hujan!"

Pemuda itu, Satya, hanya tertawa menanggapi ucapannya. Entah bagian mana yang pemuda itu anggap lucu namun suara tawanya begitu menyihir Jean kala itu. Membuatnya menahan napas sebentar. Memandang teduh, mengagumi ciptaan Tuhan walau terhalang jarak pandang.

"Kau bisa menjadikanku rumah. Aku rumahmu, Je. Hari ini, besok dan seterusnya jadikanlah aku rumahmu. Rumah tempatmu pulang, rumah tempatmu merasa aman. Maka, akan kuberikan rasa hangat yang tak akan pernah pudar ketika kamu berpulang," janjinya mantap kala itu.

"Dan sekarang, rumahku sudah berpindah kepemilikan," lirihnya terendam suara hujan.

Dirasa udara semakin dingin, akhirnya ia kembali masuk ke dalam rumah. Rumah yang tak pernah memberinya rasa hangat sehingga ia harus mencari rumah lain yang berujung membuat hatinya sekarat.

Satya, apa yang telah kau perbuat pada manusia semenyedihkan Jean?

















×_×

• just funfiction! jangan dibawa ke kehidupan nyata para idol.
• semua isi cerita berdasarkan karangan semata. apabila ada kesamaan nama tokoh, dialog, tempat atau bahkan alur cerita, itu murni sebuah kebetulan yang tidak disengaja.
• bxb. jangan salah lapak, oke?

Hallo! aku lagi berusaha konsisten buat revisi Hiraeth secara gede-gedean. ya. gede-gedean. aku baru sadar kalau banyak hal yang terlewatkan yang membuat kalian merasa kalau cerita ini banyak tanda tanyanya. untuk pembaca lama, terimakasih telah menunggu dan untuk pembaca baru, tolong beri dukungan buat aku karena sejujurnya aku orangnya haus validasi :v

See u soon, muach

Hiraeth | SungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang