dia

318 68 48
                                    

Sean mengernyit bingung ketika melihat Riki menghampirinya sendirian tanpa diintili sosok Jean.

"Si Jean mana?" tanya Sean.

"Bantu bang Mahes," jawab Riki santai sembari menyampirkan tas miliknya dan milik Jean di bahu kanannya.

"Lho? Dia kita tinggal, nih?"

Entah mengapa, Riki merasa ada nada riang dibalik pertanyaan yang dilayangkan Sean.

"Gue udah janjian sama dia di parkiran," Riki menjawab seadanya dan sibalas deheman canggung oleh Sean.

Mereka berjalan pelan menuju parkiran sekolah. Riki langsung menaiki motornya ketika sampai di sana. Sedangkan Sean lebih dulu membuka jok motornya dan menyimpan tasnya.

Sean tuh paling anti gendong tas pas berkendari. Soalnya tasnya banyak buku woy. Dia takut bahunya jadi dengdek sebelah karena nahan berat di tas. Agak lebay emang nih si Sean :)

Beberapa menit kemudian, sosok Jean dan Mahesa berjalan mendekati keduanya secara bersamaan.

"Thanks, Ki," ucap Jean mengambil alih tas miliknya.

"Lo pada mau langsung balik?" tanya Mahesa basa-basi karena secara kebetulan motor miliknya dan motor milik Riki saling berdampingan di parkiran.

"Je, langsung pulang?" dibanding menjawab pertanyaan Mahesa, Riki malah bertanya pada Jean.

"Pulang aja, ya? Gue agak pusing," jujur Jean yang mendapat respon berlebihan dari Riki.

"Makanya, kalo belum sehat tuh jangan dulu sekolah. Ngeyel!" kepala Jean Riki hadiahi jitakan pelan.

"Lo pada demen banget ngejitak pala gue. Kalo gue geger otak, lo semua harus tanggung jawab!" ucap Jean menggebu-gebu.

"Penyakit alay temen lo kumat lagi, Rik," gurau Sean ikut andil dalam percakapan.

"Diem lo pendek!"

Sean yang dikatai pendek sama yang lebih pendek jelas tak terima, "gue 2 senti lebih tinggi dari lo kalo lo lupa."

"Dan gue, 7 senti lebih unggul dari lo pada," sombong Riki membuat Sean dan Jean kalah telak pada saat itu juga.

"Lo tiang nggak diajak! Ini pembahasan serius kami antar manusia!"

"Lo kira gue bukan manusia?"

"Lo ultramen ketot yang ada di upan ipin."

Serius, Riki kadang tak paham dengan jalan pikiran Jean.

Sedangkan Mahesa sebagai penonton hanya tertawa pelan melihat ketiganya. Si lesung pipi ternyata cukup pintar menyembunyikan sesuatu. Ia tersanjung akan hal itu. Walaupun secara mati-matian Mahesa harus menahan diri agar tidak kelepasan tertawa karena Jean kentara sekali curi-curi pandang padanya.

Takut banget gue buka mulut kayaknya

"Eh, gue balik duluan ya," pamit Mahesa yang langsung disambut dadah-dadahan brutal dari Jean.

Beneran takut ternyata, haha.

Setelah memastikan Mahesa menjauh, Jean pun menjadi sedikit lebih tenang.

"Muka lo kenapa tegang banget pas ada bang Mahes?" Sean iseng bertanya.

"Nggak pa-pa. Eh? Lo langsung balik atau ke rumah sakit dulu?" Jean mengalihkan topik pembicaraan.

"Ke rumah sakit. Nyokap lagi-lagi minta jemput," jawab Sean yang dibalas anggukkan pelan dari Jean.

"Pake helm! Kita langsung balik!" perintah Riki langsung dilaksanakan Jean dengan senang hati.

Hiraeth | SungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang