36•Haruskah Menyerah?

779 39 6
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN NYA!

SIAPIN TISU GENGS👉👈

Happy Reading💃

Apa boleh aku nyerah? Ini benar-benar sakit.

***

"Muka udah jelek jangan ditambahin makin jelek, Jon." celetuk Tata, melempar kulit kacang ke arah Jojon.

Jojon terlihat murung, duduk didekat jendela seraya mengusap-usap Jackson. Tatapan matanya menerawang entah kemana, memikirkan perasaannya yang berakhir sebelum dimulai.

"Ada yang patah tapi bukan ranting." sindir Mike, berharap Jojon tidak terima lantas berdebat dengannya. Tapi ternyata salah, Jojon tidak peduli dengan sekitar.

"Jon!" panggil Elang.

Jojon hanya melirik dengan ekor matanya sebagai respon.

"Gak usah jadi pendiem gitu ngapa. Bukan lo banget tau gak!"

Terdengar hembusan nafas kasar dari Jojon. Bagaimana tidak sakit? Mencintai orang yang jelas-jelas tidak mencintainya.

"Apa jatuh cinta sesakit ini?" tanya Jojon, menatap satu persatu sahabatnya.

"Kalo lo gak mau ngerasain sakit hati, ya jangan jatuh cinta. Noh, emang lo tuh pantesnya jatuh cinta sama Jackson." jawaban Tata mendapat tawaan dari mereka.

Jojon menatap nyalang ke arah Tata, "Gue masih waras, ya!"

Obrolan mereka terhenti ketika seorang gadis berdiri diambang pintu Markas geng Orion, memberikan tatapan tajam pada Arjuna.

"Jun, Ara tuh." Elang menyenggol bahu Arjuna.

"Ara." panggil Arjuna, mengikuti langkah kekasihnya ke halaman markas.

"KITA PUTUS!" ucap Aurora, matanya berkaca-kaca dan kedua tangan mengepal kuat.

Arjuna diam, masih mencerna kalimat yang di lontarkan Aurora barusan. Ia kira telinga nya bermasalah, mana mungkin Aurora mengatakan kalimat laknat itu lagi.

"Ra, kamu kenapa?" tanya Arjuna selembut mungkin, menggenggam kedua tangan gadis itu.

Aurora tak menjawab, menghempaskan genggaman Arjuna. Mencoba melangkah pergi tapi selalu ditahan oleh cowok itu.

"Gue mau pulang!"

"Biar aku anter, ya." pinta Arjuna, memegang kedua bahu Aurora. Menatap matanya dengan teduh, ada rasa nyeri ketika Aurora mengatakan kalimat PUTUS.

Aurora diam, dan Arjuna menyimpulkan diamnya gadis itu berarti 'iya'.

"Tunggu disini, aku ambil jaket sama kunci motor." katanya, mengusap rambut Aurora sebelum masuk kembali kedalam markas dengan langkah tergesa-gesa.

Arjuna dan Aurora membelah jalanan ibu kota di sore hari. Tidak ada obrolan dan pelukan. Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Aurora menghapus beberapa kali air matanya yang jatuh mengenai pipi, hal tersebut tidak lepas dari perhatian Arjuna melalui kaca spion.

Dimana letak kesalahannya? Arjuna terus berfikir. Apa ia melakukan hal yang membuat Aurora marah, Tapi apa!? Mungkin ia akan menanyakan setelah gadis itu tenang.

Hanya butuh waktu lima belas menit, Arjuna sudah memberhentikan motornya di depan rumah Aurora.

"Ra, aku mohon jangan seperti anak kecil. Kalo aku ada salah, ngomong dan jelasin. Jangan minta putus, aku gak suka." ucap Arjuna dengan hati-hati, takut salah dalam hal merangkai kata.

ARJUNARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang