3•Sang Penyelamat

1.5K 105 48
                                    

Aurora berdecak sebal, kaki-Nya sudah pegal karena terlalu lama berdiri di depan gerbang SMA Trisakti yang sudah tertutup rapat, Ia melirik jam di pergelangan tangan-Nya menunjukan pukul setengah enam sore.

"Sagaranjing! Kemana sih lo, suruh jemput adiknya malah ngelonte dulu kali ya." umpatan kasar keluar dari mulut Aurora.

Gadis itu menyuruh Sagara untuk menjemputnya jam setengah lima karena Aurora ada kumpulan Anggota PMR. Tapi, sampai detik ini belum terlihat batang hidung milik Sagara.

Aurora sudah mencoba menelpon nomor Sagara, tersambung tapi tak kunjung diangkat dan sekarang ponselnya tiba-tiba lowbat.

"Sial!" ia semakin kesal, karena hari sudah mulai gelap.

"Liat aja nanti, gue laporin Papa biar uang jajan lo dipotong!"

"Siapa suruh nelantarin adik-Nya yang cantik ini." gerutu Aurora seraya berjalan menjauhi area sekolah.

Langkah kaki jenjangnya menelusuri jalanan setapak yang nampak sepi. Dari pada menunggu Sagara yang tidak jelas, ia memutuskan untuk berjalan kaki saja.

Rintik hujan mulai terasa mengenai wajah mulus Aurora, ia mendonggak menatap langit yang hitam.

"Mau hujan lagi." keluh gadis itu seraya mempercepat langkah kaki-Nya.

"ARA!"

Suara teriakan menghentikan langkah-Nya. Ia membalikkan badan, menatap siapa yang memanggilnya.

"B-bima?" ucapnya terbata.

Bima tersenyum menyeringai seraya mencekal kuat lengan Aurora.

"L-lepas, Bim!" Aurora memberontak, berusaha melepaskan cekalan tersebut.

Bima menarik paksa lengan Aurora. "Ikut gue, gue kangen sama lo."

"Gak!"

"Nurut atau gue bersikap kasar sama lo!" sentak Bima tajam.

"Gue gak mau, lo jahat Bima." lirih-Nya.

Bima menatap manik mata Aurora, "LO YANG JAHAT, RA. KENAPA LO PUTUSIN GUE!"

Suara Guntur berbunyi nyaring bersamaan dengan hujan deras turun membasahi bumi.

Aurora menutup telinganya dengan kedua tangan-Nya karena takut akan bentakan yang Bima berikan untuk-Nya.

"Kurang apa sih gue dimata lo, Ra?" suara Bima mulai memelan seraya mengusap surai hitam milik Aurora yang sudah basah karena air hujan.

Aurora menggeleng pelan, "Gue tau lo cuman terobsesi, Bim."

"Persetan dengan obsesi!"

Bima kembali memaksa Aurora untuk ikut dengan-Nya. Tapi gadis itu tetap memberontak, memukul dada bidang Bima secara berulang kali.

"Lepasin dia!" suara bariton tajam membuat Bima dan Aurora menoleh.

"Juna." lirih Aurora pelan.

Bima mendekat ke arah Arjuna, tangan kekarnya menarik kerah baju Arjuna. "Mau apa lo, ikut campur urusan gue!?"

Arjuna mendorong Bima hingga mundur beberapa langkah, "Jelas ini urusan gue, karena menyangkut murid SMA Trisakti."

Bugh

Bima menyerang Arjuna hingga darah segar keluar dari sudut bibir Arjuna.

Bugh

Arjuna membalas menendang perut dan memukul pipi Bima.

Perkelahian keduanya sangat terdengar nyaring. Aurora menutup matanya karena takut.

Bugh

ARJUNARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang