28). Performing Arts

8 1 0
                                    

Acara pensi yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba. Sesuai tradisi sekolah, murid-murid diizinkan untuk berpakaian bebas selama acara berlangsung dengan syarat harus rapi dan sopan. Judy tampak canggung dengan penampilannya sementara Jessie tersenyum lebar dan bangga pada dirinya sendiri karena berperan besar dalam merias adiknya.

Jessie memutar tubuh Judy untuk memeriksa sekali lagi apakah ada yang kurang, tetapi rupanya tidak ada. Judy tampak sangat manis dengan gaun yang berwarna putih dan rambutnya digerai dengan hiasan bando khusus untuk hari ini.

Sedangkan Jessie, dia memilih gaun berwarna merah muda dan mengepang rambutnya dengan gaya menyamping. Penampilannya yang sudah feminim sedari awal tidak terlalu memberikan pengaruh besar, tetapi berbeda konteksnya untuk Judy yang kelihatan sangat berbeda dari penampilannya yang biasa, sehingga hasilnya benar-benar tak terduga.

Benar saja, begitu Judy sampai di sekolah, semua mata yang memandangnya jelas-jelas dibuat pangling. Bahkan Rinto sang Ketua OSIS mengerjapkan matanya berkali-kali seperti sedang bintitan.

Tomari sebenarnya sudah memperhatikan Judy dari kejauhan dan jujur saja, dia terlihat sangat cantik hari ini. Namun, cowok itu sengaja tidak mau memperlihatkan kekagumannya ketika Judy sudah berada dalam jarak pandang.

Judy juga merasakan hal yang sama dan dia sebetulnya terpesona dengan penampilan Tomari yang terlihat keren dengan kostum tarian. Semua yang berpartisipasi dalam acara memang diwajibkan untuk mempersiapkan kostum dan harus totalitas agar acara bisa berlangsung dengan optimal.

Jessie dan Genta juga bertukar pandang dengan memberi nilai kagum satu sama lain.

"Kostumnya keren banget," puji Jessie bersungguh-sungguh sementara Genta tersenyum.

"Iya. Ini idenya Vino. Katanya harus samain sama kostumnya B1A4. Nih, coba kalian liat." Rinto memamerkan video musik B1A4. "Kostumnya hampir sama, 'kan? Bahkan desain topinya juga disamain. Menurut gue, dia cocok banget jadi Manajer."

Benar saja, kostum versi nyata yang mereka pakai benar-benar persis seperti yang dikenakan dancer dalam video. Warnanya adalah pencampuran antara biru tua sebagai luaran dan putih sebagai dalamannya.

Teruntuk bagian luar kostum, memiliki desain yang berbeda sehingga kesannya menjadi unik dan tidak membosankan; mulai dari kepunyaan Genta yang dirancang jumpsuit satu tali dengan model menyilang di sepanjang dada, Tomari-Rinto-Billy yang sama-sama memakai rompi mirip jaket (bedanya terletak pada desain. Kepunyaan Tomari lebih panjang dan tidak ada desain hoodie di belakang seperti Billy, sementara Rinto dominan ke model almameter), dan terakhir adalah Jason yang warna birunya terletak pada celana ukuran tiga per empat dengan atasan kaus berwarna putih. Herannya meski hanya dua yang menyandang status preman sekolah, penampilan pada hari ini menunjukkan bagaimana keduanya mempunyai paras yang sebelas dua belas tampannya dengan tiga anggota lain dan tidak ada lagi ekspresi jail berlebihan yang sebelumnya menjadi branding mereka.

Ketika acara pensi sudah mau dimulai, Jessie dan Judy berpisah dengan yang lain mencari tempat duduk sebagai penonton, sedangkan Rinto cs bergabung dengan anggota lain di belakang panggung.

"Jess," panggil Judy sembari menyentuh lengan Jessie.

"Ya?" jawab Jessie, sedikit tersentak dari lamunannya. Rupanya sedari tadi dia sedang asyik memperhatikan Genta yang tampak lebih charming dari biasanya.

Jujur saja sejak kejadian Genta mengakui perasaannya juga pada dirinya, tidak ada yang berinisiatif untuk membahasnya lebih lanjut. Jessie juga tidak mengatakan apa-apa karena ketika melihat Genta malu-malu seperti itu, dia jadi tidak tega. Mungkin akan lebih baik jika dia menahan diri dan kembali ke sifatnya yang dulu di mana dia tidak seaktif ini untuk terlalu frontal.

Dih, apa-apaan, sih, lo, Jes? Lo, tuh, udah malu-maluin banget. Tahu nggak, sih?

"Gue cuma mau bilang... lo jangan cemas, ya. Gue baik-baik aja," kata Judy dan Jessie sejenak melupakan masalahnya dengan Genta. Gadis itu menoleh ke arah adiknya, lalu tersenyum mendengar penuturannya.

"Gue seneng denger itu dari lo, Judy, karena gue memang secemas itu sama lo. Gue tahu ini semua nggak mudah dan kesannya seperti gue adalah kakak yang egois. Tapi satu hal yang harus lo ingat; kami murni dan tulus sayang sama lo. Kami benar-benar bersyukur mempunyai lo dan yakin bahwa Tuhan benar-benar mengirimkan lo ke kami untuk dijaga dan dilindungi terus selama-lamanya sampai maut memisahkan."

Judy terdiam, tetapi lapisan bening yang menghalangi netranya jelas menerangkan semuanya, bagaimana dia mengungkapkan rasa haru meski berhasil ditahannya dengan sangat baik. Gimanapun, Jessie sudah repot-repot mendandaninya dan dia tidak ingin usaha kakaknya jadi sia-sia hanya karena tangisan receh. "Lo bener. Siapa, sih, yang bisa menolak anak jenius kayak gue? Kalian memang seberuntung itu."

Mereka tertawa bersama. Tidak lama setelahnya, salah satu siswa yang mengenalkan diri sebagai Ketua Panitia, maju ke panggung untuk mengumumkan bahwa acara pensi resmi dimulai yang diawali dengan pidato singkat dari Pak Rio selaku Kepala Sekolah SMA Berdikari, disusul doa bersama agar acara dapat berlangsung dengan lancar.

Lantas, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai pada sesi pertunjukan bakat dan seni dari masing-masing kelas. Semua tampak bersemangat mendukung teman-teman yang tampil; mulai dari mempertunjukkan tarian tradisional ke modern, menyanyi lagu balada ke pop, hingga pembacaan puisi dengan penghayatan yang intens. Lantas ketika tiba waktunya Rinto cs tampil, Judy merasa grup mereka adalah yang paling banyak mendapat sambutan teriakan dan tepuk tangan dibandingkan pertunjukan lain.

Ternyata sambutan tersebut tidak hanya berasal dari para murid karena guru-guru juga sepertinya tidak sabar dengan pertunjukan kelimanya mengingat anggota mereka berisi perpaduan anggota paling unik yang pernah ada di sekolah. Mulai dari Rinto si Ketua OSIS yang paling kocak di sekolah, Genta si mantan perundung yang selalu pasif, Tomari si murid pindahan yang terkenal dengan namanya yang unik dan keturunan campuran Jepang-Indo, serta Billy dan Jason yang notabene adalah preman sekolah yang tidak disangka-sangka berkolaborasi dengan Genta yang mereka buli.

Mereka naik ke panggung dan berbaris di depan, diiringi teriakan keras dan tepuk tangan yang tak habis-habisnya seakan mereka adalah penyanyi papan atas yang sedang naik daun. Meskipun demikian, rupanya reaksi tersebut tidak membuat kelimanya berada di atas angin dan berlaku seenaknya. Dengan kekompakan yang terpuji, mereka bersama-sama membungkuk untuk memberi hormat terlebih dahulu sebelum mulai.

Rinto memberi tatapan penuh arti dengan mengedip pada keempat temannya sebelum maju beberapa langkah ke depan dari barisan, lalu menjangkau stand mic yang diposisikan di bagian kanan panggung.

Bersambung

Perfect Siblings [END] | PERNAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang