Jennie mendongak ketika mendengar suara denting pesan di ponselnya. Sebuah notifikasi dari nomor tak dikenal
+62 8xx-xxxx-xxxx
Look at that. Isn't that cute?
Umurnya baru beberapa minggu.Matanya mengerjap beberapa kali. Apa ini? Ah, paling hanya seseorang yang salah kirim ke nomornya.
Namun bukan, diseberang sana Yerin tertawa keras sambil mengelus perutnya yang masih rata. Di dalam, sebuah janin akan berkembang untuk sembilan bulan kedepan.
"Ayo kita bermain sayang.." ia menepuk pelan perutnya. Sebelum masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Jennie masih tak bergeming hingga suara pintu terbuka menyadarkannya.
Menoleh dan mendapati Wonwoo dengan pakaian kantor yang berantakan. Wajahnya terlihat sangat lelah. Kantung mata yang napak jelas. Dan bibir yang berubah warna menjadi lebih pucat.
Jennie masih diam di kursi hingga pelukan hangat menyelimutinya.
"Kenapa melamun? Aku ngetuk pintu dari tadi nggak ada yang bukain."
Jennie mendapatkan kembali setengah kesadarannya yang sejak kemarin menghilang. Ia membalas pelukan Wonwoo lebih erat sehingga terasa sedikit mencekik.
"Kamu kemana aja?" Alih alih menjawab wonwoo, Jennie malah bertanya kembali mengabaikan pertanyaan Wonwoo sebelumnya.
"Aku lembur. Baru pulang pagi tadi. Dan ada janji yang mendadak sama salah satu temen aku. Jadi baru bisa pulang sekarang. Sejak kemarin juga hp aku silent."
"Hiks.. aku khawatir. Aku pikir kamu udah nggak peduli sama Sunoo. Bahkan aku kiranya kamu selingkuh sama cewek lain dan lupain Sunoo juga aku."
Wonwoo mencelos mendengar itu. Kata selingkuh entah mengapa berhasil membuat darahnya mendesir. Walau hal itu sama sekali tidak terjadi namun, tak dapat dipungkiri secara tidak langsung Wonwoo termasuk bermain dengan wanita lain di belakang jennie.
Ia berhubungan dengan Yerin, hubungan yang lebih dari seorang atasan dan sekertaris. Namun tidak terikat dalam hubungan asmara. Hanya sebuah tanggung jawab yang harus dilakukan wonwoo demi sebuah janin yang bahkan ia tak yakin itu adalah hasil darinya atau bukan.
"Nggak mungkin lah. Aku sayang kamu. Aku sayang Sunoo." Wonwoo melepas pelukannya untuk mengusap air mata yang mengalir kembali di pipi sitrinya.
Wonwoo tahu Jennie menangis semalaman. Terbukti dari matanya yang memerah sembab. Juga permukaan pipi yang kasar karena jejak kering air mata Jennie.
Menunduk untuk mengecup ke dua kelopak mata sang istri, lalu memeluk kembali tubuh ringkih yang nampak tak berdaya di depannya.
"Aku udah disini. Kamu istirahat dulu sana."
"Aku mau jagain Sunoo."
"Ada aku. Kamu istirahat. Aku suruh Jun untuk bawain kamu makanan ya. Pasti belum makan."
Jennie menggeleng kecil. "Ga usah. Heesung tadi kesini bawa makanan titipan kak Jisoo. Aku makan nanti aja."
"Yaudah. Tapi istirahat ya?"
"Hnggg.."
Wonwoo menyelimuti Jennie dengan jasnya. Istrinya langsung tertidur di atas sofa sesaat setelah mendapat posisi nyaman. Selelah itu.
Lalu manik rubahnya bergulir memperhatikan wajah perpaduan dirinya dan Jennie yang tengah tertidur dibantu alat oksigen.
"Papa minta maaf ya baru jenguk sekarang. Harusnya kemarin kamu jangan keluar, kamu banyak pikiran. Tapi nasi udah jadi bubur papa nggak bisa salahin kamu atau siapa siapa." Wonwoo mengelus surai legam putranya yang mulai memanjang.
"Habis sadar potong rambut ya? Jangan gondrong, jelek. Kak jeonghan pernah gondrong kaya cewek jadinya. Eww.."
Wonwoo bergidik geli membayangkan seniornya di kampus dulu. Jeonghan, teman seangkatan seungcheol yang suka memanjangkan rambut. Dengan rambut panjang, tubuh kurus, dan wajah cantik, Jeonghan berhasil menipu banyak orang termasuk dosen mereka. Benar-benar..
Kembali ke Wonwoo ia masih setiap memperhatikan Sunoo. Wajah anaknya nampak tenang walau dihiasi beberapa lebam yang sebagian dibuat oleh Wonwoo malam sebelum kecelakaan.
"Maafin papa. Cepet sadar dan bales pukul papa. Malam itu, rasanya kamu belum selesai luapin emosi kamu. Ayo, jangan ditahan. Lampiasin semua ke papa."
Wonwoo mengusap rambut Sunoo lalu kembali diam membiarkan denting jam dinding mengisi kesunyian.
Ayah dari Sunoo itu berharap anaknya segera bangun dan memukulnya seperti malam itu.
Ia pantas mendapatkannya karena telah mempermainkan Jennie.
Pendek yak?
Iya sengaja biar ga makan banyak waktu 😌
Inget ya kawand, besok sekolah :)
Udah ya bay bay. Maapkeun up hampir tengah malam begini dan segala typo yang ada, ini tida sy revisi :)
Good night <3
KAMU SEDANG MEMBACA
🖇️# ࣪𝐤𝐚𝐳𝐨𝐤𝐮
Fanfiction[ On Going ] Kisah keluarga Wonwoo dan Jennie setelah anak semata wayang mereka menginjak remaja. Dengan konflik yang tentu berbeda dari cerita sebelumnya. - 2nd book Tomodachi. © CCHLDYSTRS-