⭐. 12

249 39 5
                                    

Pagi hari di sebuah kamar luas, terlihat seorang laki laki tengah meregangkan tubuh nya yang kaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari di sebuah kamar luas, terlihat seorang laki laki tengah meregangkan tubuh nya yang kaku. Ia mengerjap menyesuaikan mata dengan cahaya yang masuk melalui sela gorden.

"Jen?" Tangan terulur ke sisi ranjang. Namun ia hanya mendapati tekstur dari seprai dan selimut. "Jen?" Panggilnya parau.

Kepalanya tertoleh ke kiri. Kosong.

Ia lantas terduduk linglung, masih memproses apa yang terjadi. "Udah bangun ya?"

Laki laki yang tak lain adalah Wonwoo kemudian ikut bangun lalu pergi ke kamar mandi dalam untuk mencuci wajah dan mengganti piyama dengan baju rumahan biasa.

Setelah ritual bangun tidurnya selesai, Wonwoo keluar kamar.

Bibirnya tersenyum mendapati sang istri sedang berdiri di depan pintu kamar putra mereka. Ia telah siap dengan pakaian kerja, yaitu kemeja putih dan juga celana kain panjang, tidak lupa juga tas yang berisi obat juga alat alat medis.

"Hei.. tumben pagi banget bangun." Wonwoo memeluk Jennie dari belakang sambil menghirup aroma yang menguar dari tubuhnya.

"Ya, ada shift pagi." Jawab Jennie tidak terganggu sama sekali dengan kegiatan wonwoo. Ia sedang memperhatikan putranya yang tengah mengumpulkan nyawa di atas ranjangnya.

"Kenapa ga masuk?" Tanya wonwoo saat sadar arah pandang Jennie. Wonwoo masih mempertahankan posisinya, memeluk dan mendusel Jennie dari belakang.

"Ga apa. Aku ga mau Sunoo sakit lagi kaya waktu itu." bibirnya mengulas senyum miris. "Gih, mandi, aku mau buat sarapan." Jennie melepas paksa tautan tangan Wonwoo di perutnya.

Wonwoo dengan berat hati melepas pelukannya. Padahal ia masih ingin memeluk Jennie. Jangan lupakan hatinya yang tertohok mendengar ucapan sang istri. Sepertinya apa yang ia katakan hari itu pasti sangat melukai Jennie.

"Je-"

Baru hendak menghentikan Jennie di anak tangga, pintu kamar terbuka. Sunoo muncul dengan tampilan acak acakan khas orang baru bangun tidur, namun wajahnya nampak serius.

"Papa, yang tadi siapa?"

"Jadi dia itu 'bunda' yang selama ini papa bilang?"

"Sebenernya ibu aku itu siapa? Dia atau mama Yerin?"

Wonwoo mengernyit mendengar deretan pertanyaan Sunoo. Ia ingin menjelaskan, namun mengingat bahwa mereka masih berada di ambang pintu, Wonwoo pun mengajak Sunoo untuk duduk di sofa ruang kerjanya.

"Pertama, yang tadi itu bunda kamu. Jennie Baskara. Kedua, iya. Dia bunda yang sering papa ceritain. Ketiga, ibu kamu ya Jennie."

Sunoo menukik alis. "Terus kenapa mama Yerin-"

"Stop calling her mama. Jangan terpengaruh omongannya. Dia bukan mama kamu. Dia cuma sekertaris papa."

"Just sekretaris?? Bukan siapa siapanya papa? Dia deket banget loh. Kaya ada hubungan antara papa sama dia."

Wonwoo mendadak gugup. Kata 'hubungan' di kalimat Sunoo membuatnya waswas. "Ga ada apa apa antara papa sama dia."

"Tapi kenapa bunda ga pernah ada pas aku masa pemulihan di rumah sakit? Kenapa cuma mama Yerin?"

"Karena... Papa yang larang bunda dateng. Terakhir bunda dateng, entah apa yang dia lakuin, kamu sakit kepala dan drop. Karena papa takut kamu kaya gitu lagi, yaudah papa larang bunda buat dateng, tapi kayanya itu salah. Kamu jadi lupa bunda."

Sunoo menunduk meremat tangannya. "Papa misahin aku sama bunda."

"Yeah, i know. Papa minta maaf. Tapi kamu bisa mulai dari awal buat kenal bunda." Wonwoo menyodorkan sebuah buku yang merupakan album foto keluarga mereka.

Sunoo membalik halaman demi halaman.

"Ini bunda sama papa. Kita temenan dari bayi. Terus setelah dewasa kita menikah." Jelas Wonwoo pada Sunoo yang melihat fotonya dan Jennie dulu.

Sunoo menyentuh permukaan plastik yang yang melindungi ratusan foto keluarganya. Bibir tertarik untuk menampilkan senyum. "Cantik."

"Iya kan? Bunda emang paling cantik. Cantiknya bahkan masih awet."

Kemudian sampailah mereka di halaman dengan foto foto Sunoo. "Ini pas bunda hamil kamu. Kita kerepotan karena ini kehamilan pertama, masih ga tau apa apa. Tapi untung pas lahiran kamu selamat dan sehat."

"Dan ini pas kamu main ke rumah nenek sama kakek. Waktu itu disana ga ada yang jual mint-choco ice cream, dan yang bunda lakuin adalah kasi surprise karee spesial buatannya untuk kamu. Dan bikinnya itu perlu perjuangan."

"Sshhh.." sunoo mendesis sakit sambil memegang kepalanya. Tidak, ini tidak parah. Ia tidak perlu disuntik bius untuk tenang seperti yang sebelum-sebelumnya.

Wonwoo terkejut namun ia tersenyum. "Kalo ga bisa, jangan dipaksa. Pelan pelan aja."

"Aku inget. Waktu itu tante yeji melahirkan tapi lahirnya prematur dan bayinya harus di taruh di inkubator. Tapi seminggu kemudian bayinya meninggal. Bunda nangis dua hari. Karena dia yang ngambil tindakan buat tante Yeji. Dia merasa bersalah."

Wonwoo tersenyum getir. Itu salah satu kenangan yang paling menyakitkan. Istrinya harus dihantui rasa bersalah atas kematian bayi pertama sang adik dan iparnya. Saat itu semua merasa terpuruk. Bahkan Sunoo yang masih berumur enam tahun.

"Ya gitu. Bunda sering merasa bersalah atas sesuatu yang belum tentu perbuatannya. Jadi mulai sekarang, jangan jahat jahat ke bunda ya." Wonwoo mengelus kepala putranya lembut.

"Emang aku pernah jahat ke bunda?"

"Sering. Kamu sering ngerepotin bunda waktu dia habis pulang kerja demi sesuatu yang bisa di cari lain waktu. Terus pas kamu sma, kamu sering nolak apa yang bunda kamu kasi, baik perhatian atau kasih sayangnya. Dan terakhir, kamu sempet bilang hal kasar ke bunda di hari pertama kamu sadar dari koma."

Nafas Sunoo tercekat. Ia telah menyakiti wanita yang selama ini selalu muncul di bayangan dalam otaknya. Walau Sunoo melupakan hampir seluruh ingatannya di masa lalu, namun yang paling sering muncul di mimpi atau hanya lewat sekelebat dalam otak hanyalah dia, wanita yang dulu ia panggil bunda.

Pantas saja, selain papa, Sunoo merasa sangat familiar dengan wanita itu. Seperti ada yang menghubungkan keduanya.

"Udah cukup kan untuk kenal bunda?" Tanya Wonwoo memecah lamunan Sunoo.

"Udah."

"Ayo sarapan." Wonwoo merangkul Sunoo untuk turun ke ruang makan.

Namun yang mereka dapati hanyalah ruangan kosong dengan beberapa piring makanan di atas meja.

Jennie kemana?

Jennie kemana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haloo..
Udah satu bulan lebih ga up ya.
Maafin 😔
Aku sibuk sekolah. Terus ada lomba juga, apa lagi Februari itu bulan bahasa jadi ya gitu sibuk.
Mungkin nanti bakal up lagi, tapi ga tau kapan heheheh, tungguin aja ya :)

🖇️# ࣪𝐤𝐚𝐳𝐨𝐤𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang