Sosok Nadira

5 4 0
                                    

"kata orang menjadi percaya diri itu sebuah pilihan, aku beberapa kali mencobanya namun gagal. Kebanyakan orang mengenalku dengan Nadira yang pendiam, jujur aku tidak sependiam itu. Aku ingin dikenal sebagai sosok ceria yang hangat, namun orang terlanjur mengenalku dengan sosok yang dingin"




"kemana dulu sama lembayung kak?" Tanya bunda yang sedang menyiram tanaman didepan

"Maaf Tante lama, tadi Diranya aku ajak beli martabak dulu Tan, mama pengen martabak" jelas Lembayung menjawab.

"Mama kamu ngidam bay?" Pertanyaan itu muncul dari mulut ku beberapa jam lalu disekolah

Lembayung kembali memberikan reaksi yang sama seperti saat aku menanyakan pertanyaan tadi disekolah.

Dia menggeleng cepat
"Bukan Tante, cuma pengen" jawabnya

"Ohh kirain"

"Masuk kak, mama beli es krim tadi"

Mataku berbinar mendengarnya
"Wah enak dong"

Aku langsung masuk dan melihat Tara dan Agam menonton kartun di ruang tv

"Kak ada es krim tadi bunda beli, punya kakak dikulkas" teriak Tara

"Iya, mandi dulu" jawabku

Aku segera ke kamar dan bergegas mandi, terburu ingin memakan es krim. Aku turun kebawah membawa martabak yang tadi terikut terbawaku sampai kamar.

Aku menaruh martabak di piring dan membawanya keruang tv
"Nih martabak"

"Kakak yang beli?" Tanya Agam

"Bukan, lembayung"

"Cieee" kompak mereka
Aku mendecak kesal dan langsung pergi dari sana mengambil es krim dikulkas dan membawanya ke tangga menuju kamarku. Aku duduk memakan es krim sambil memainkan handphone ditanganku.

Baru ingin menonton video, handphone ku bergetar.
"Ra sumpah sumpah tau ga?" Suara melengking Naila terdengar diseberang

"Kenapa?" Tanyaku

"Tadi kan gue sama aira ke toko buku bentar kan.., aduh gakuat gue salting banget"

Aku tertawa gemas mendengar nya bercerita dengan salah tingkah begini
"Terus Fadil nyamperin kita dong dia ngajakin gue pulang"

Aku membulatkan mata
"Congrast OMG, jadi gimana Lo terima ajakan dia pulang?"

"Iya langsung gue terima, sumpah Ra gue seneng banget banget banget, seseneng itu" teriaknya ditelepon

"Aira gimana?" Tanyaku

"Reaksi Aira kaya biasa seneng sih kayanya dia tapi datar, ngerti kan Lo maksud gue? Seneng tapi di dalem ga keluar gitu seneng nya. Jadi tadi dia balik sendiri pake ojek online"

"Jadi gaunnya yang kaya gimana nai?"

"Aaaa Dira Lo bisa aja buat gue salting sumpah gaun pengantin nya ntar warna apa ya Ra gue bingung huaaa"

Aku bisa membayangkan SE salah tingkah apa Naila, aku turut senang mendengarnya. Naila menyukai Fadil semenjak tiga bulan yang lalu. Masih dikatakan sebentar mungkin tapi setiap Naila melihat Fadil aku akan melihat pipinya memerah, dia salah tingkah hanya dengan melihat Fadil dari jauh. Mungkin Fadil menyadari hal itu, kelas kami bersebelahan, Naila dan Fadil juga satu kelas ditempat les.

"Gasabar deh Ra pengen cepet-cepet pagi gue, pengen cepet-cepet ke sekolah"

Aku tertawa
"Tidur deh Lo biar cepet pagi"

"Yaudah ini gue mau nelpon Rana, mau cerita juga gue"

"Kenapa ga disambungin aja teleponnya tadi?" Tanyaku

"Sengaja Ra, biar dua kali gue cerita. Saltingnya kan jadi berkali-kali" jawabnya

Aku tertawa senang mendengarnya, ada-ada saja Naila, begitu pikirku.

Dari dalam kudengar suara mobil didepan, aku turun dan menoleh pada kedua adikku
"Ayah pulang?" Tanyaku

Tara tidak menjawab, dia melihat kearah luar
"Nenek datang" jawabnya memberitahuku

Aku langsung berjalan ke depan pintu menyambut nenek yang kulihat datang bersama kakek. Kami biasanya hanya tersenyum dan menyapa nenek kakek karena jarak rumah yang hanya sepuluh menit dan hampir setiap hari kami kerumah nenek.

"Mau karoke nenek, speaker sama mic yang dirumah rusak" kata nenek

Keluarga ku hobi berkaraoke seperti ini, mungkin hanya aku yang malu untuk bernyanyi dihadapan banyak orang walaupun itu keluarga ku? Oh tidak ayah ku juga tidak pernah bernyanyi. Sebenarnya aku juga senang bernyanyi namun tentunya saat tidak ada orang disekitar ku, lebih tepatnya saat aku sendirian.

Mama masuk dan menyiapkan alat tempur untuk berkaraoke
"Dira dulu yang nyanyi"ucap kakek menyuruhku bernyanyi

Dengan cepat aku menggeleng
"Gabisa kek, Tara aja suara dia bagus"ucapku lalu naik ke kamar.

Tidak sopan mungkin, tapi terkadang saat ada orang berkunjung aku sangat bingung cara menanggapi dan mengalirkan obrolan, jadi aku lebih memilih untuk ke kamar. Sebenarnya bunda berkali-kali mengatakan agar ikut bergabung, itu terlihat menghargai dan lebih sopan. Namun berkali-kali aku mencoba itu susah bagiku.

Suara bunda yang bernyanyi terdengar jelas dari kamarku, aku ingin mempunyai kepercayaan diri seperti itu tapi entah kenapa sudah berkali-kali aku mencobanya itu terlihat susah.






Cerita NadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang