duduk sehari bersama Arsenio

2 2 6
                                    

"Lo tau Ra, kenapa gue ajak Lo duduk bareng gue?"tanya Arsen saat Bu Eli menjelaskan materi dengan serius di depan

Aku hanya menggeleng menjawab nya.

"Karena gue mau move on dari Lo, gue bakal berusaha ini kali terakhir gue deketin Lo. Semacam apa ya dibilang, hari perpisahan?. Ya, semacam itulah mungkin sebutannya."sambungnya

"Gue bakal turutin Lo sampai pulang sekolah, asalkan jangan yang aneh-aneh" ucapku setelah mempertimbangkan

"Gue mau kita ke kantin bareng, terus juga gue mau ajarin Lo kimia kaya duku di kelas sepuluh Lo belum sepaham dan Se jago ini di kimia. Gue juga mau Lo ajarin gue materi fisika kelas sepuluh, karena dulu saat fisika gue ga pernah fokus, gue terus-terusan ngeliatin Lo yang berusaha buat jawab setiap kuis fisika . Gue rasa itu aja, ga sulit buat Lo lakuin bareng gue kan?"

Aku mengangguk lalu kembali fokus pada penjelasan Bu Eli di depan.
Tapi tunggu, apa tadi katanya diawal? Ke kantin bareng? Ahh, aku tidak bisa melakukan itu. Jika Tiara melihat dia pasti akan salah faham pada kami.
"Arsen, maaf tapi buat yang pertama gue gabisa."

"Lo pasti takut Tiara salah faham kan? Lo tenang aja, pacar gue pengertian ke gue. Gue udah izin dia tadi malam buat lakuin hal-hal yang tadi gue minta ke Lo". Jelasnya

Aku mengangguk
"Tiara sebaik itu ya"

Aku menoleh menghadap Arsen
"Jelas, beruntung banget kan gue?"ucapnya dengan senyum tulusnya.

Bukan hanya Arsen yang beruntung namun ku fikir Tiara  juga beruntung menjadi pacar Arsen. Mereka cocok.

Setelah Biologi selesai, PPKn masuk. Selama jam pelajaran, entah kenapa aku merasa mengantuk, tapi untung saja guru didepan tidak melihat ku yang sudah berkali-kali mengangguk menopang kepala dan menahan kantuk.

Bel istirahat berbunyi, ini waktunya aku tidur sebentar, batinku.

Bahuku digoyang pelan oleh seseorang, perlahan aku mengerjap kan mata, membuka mata perlahan.
Aku membelalak ketika mengingat saat istirahat tadi aku tidak pergi ke kantin bersama Arsen dan malah menghabiskan waktu istirahat dengan tidur dikelas.

"Gapapa, gue ga tega bangunin Lo yang tidur nyenyak." Kata Arsen seakan sudah membaca isi pikiran ku

"Sorry.."

"Gapapa, tiga menit lagi masuk. Makanya gue bangunin Lo. Sebenarnya pak Yono ga masuk tapi gue pengen ajarin Lo kimia dan gue pengen diajarin Lo fisika."

"Gue ga Sejago itu di fisika, gue cuman bisa."

Arsen tak beralih dan hanya menatapku, aku menghela napas kasar lalu mengambil buku dan pulpen ku membukanya dan menulis salah satu soal fisika

1. Sebuah benda bergerak ke arah barat sejauh 8 m dalam waktu 4 sekon, kemudian berbalik ke arah timur sejauh 6 m dalam waktu 2 sekon. Hitunglah:
a. Kelajuan rata-rata benda
b. Besar dan arah kecepatan

Tulislah dihalaman salah satu kosong itu. Aku mendorong bukuku ke arah Arsen, kulihat Arsen mengambil pulpen nya dan mulai mengerjakan soal yang ku beri padanya.
Dik: S1= 8m
         t1= 4s
        S2= 6m
        t2= 2s
Dit: a. Laju = s/t
                     = 8+6/4+2
                     = 14/6
                     = 4 m/det
b. Kecepatan = Perpindahan/total.waktu
                          = R/[t
                          = √8²+6²/4+2
                          = √64+36/6
                          = √100/6
                          = 10/6
                          = 1,66
Entah kenapa saat Arsen mengerjakan soal yang ku beri padanya, pandanganku tidak luput dari nya. Wajah nya yang serius, tatapannya yang tajam saat mengerjakan soal itu membuatku terpana sejenak. Ah jadi Arsen bisa seserius ini, begitu batinku.

"Jangan suka sama gue, gue gamau nyakitin Tiara!" Ucap Arsen yang membuatku tersadar

Aku berdeham, menarik buku yang tadi ditulisnya jawaban dan segera memeriksa jawaban yang dia tulis.

"Bener" ucapku setelah memeriksa jawabannya.

"Jelasin dong Ra!"

"Gausah pura-pura bodoh Arsen!" Geramku memperingati nya

Dia tertawa kecil lalu kembali menarik buku ku,
Kulihat dia menulis soal kimia.

26Fe:

Aku tertawa kecil lalu memasang tatapan tajam padanya
"Lo kira gue.., wah Lo ngeledek gue? Lo fikir gue gabisa ngerjain ini?"

Aku menarik buku ku kasar dan mulai menjawab soal yang diberikannya

26Fe : 1s² 2s² 2p⁶ 3s² 3p⁶ 4s² 3d⁶

Aku menyerahkan bukunya pada Arsen, Arsen membenarkan jawabanku.
"Gue ga anggap Lo bodoh! Tapi gue cuman pengen Lo inget aja, dulu gue yang ajarin Lo konfigurasi elektron."
Kata nya yang katanya tidak mengejek namun menurut ku itu mengejek.

"Setelah gue ajarin Lo malah ga fokus dan minta ajarin main game sama gue, sebenarnya Lo juga modus kan dulu ke gue?" Sambungnya membuatku memukul lengan nya yang membuatnya meringis.

"Udah hampir bel pulang, thanks udah maj duduk sama gue hari ini. Gue ngelepas Lo, cari orang yang tepat buat Lo!, Jaga kesehatan Ra! Perjuangin apa yang Lo pengen!, Bahagia selalu Nadira Zeline." Ucap Arsen yang terasa asing untukku. Terlebih saat dia mengatakan bahwa dia melepasku, aneh rasanya seperti aku tidak ingin mendengar kata-kata itu, terlebih senyuman tulusnya saat mengucapkan nya membuatku seperti memiliki rasa menyesal terhadapnya. Seperti diputuskan pacar? Apa aku salah menganggap nya begitu? Mungkin salah karena memang kami tidak pernah memulai hubungan. Aku Nadira Zeline dan Arsenio Lengkara mengakhiri hubungan sebelum kami memulainya, mulai saat ini teman. Ya kami akan mencoba berteman baik seperti hal nya kami berteman dengan yang lain.

"Arsen, bahagia terus!" Bukan, bukan harapan yang ku sampaikan padanya, tetapi perintah. Perintah agar seorang Arsenio Lengkara selalu bahagia.

"Terimakasih Nadira"

"Terimakasih juga Arsen"

Ini akhir hubungan antara Arsen dan Nadira, tentang arsen yang menyukai Nadira sampai Nadira menyukai Arsen namun rasa gengsi dalam diri Nadira membuat mereka tidak pernah menjadi dua orang yang bisa membuat hubungan seperti sepasang kekasih. Nadira pernah menyukai Arsen, tapi tidak disaat yang tepat karena saat rasa itu muncul Arsen malah menjauhi Nadira dan memulai pendekatan dengan Tiara. Saat mengetahui nya dengan cepat Nadira berusaha membuang rasa itu jauh-jauh, dan menganggap rasa itu tidak pernah hadir. Nadira gadis yang beruntung bukan? Iya, saat ini dia gadis yang beruntung dalam percintaan. Nadira dan Arsenio adalah dua orang yang memutus hubungan sebelum mereka memulainya. Pada bab ini, berakhir sudah kisah keduanya, berakhir juga rasa antara kedua nya dan memulai hubungan baru diantara keduanya dengan status yang berbeda, yaitu sebagai teman.

Memang sedari dulu teman bukan? Tapi yang aku maksud bukan teman yang canggung karena dibatasi perasaan. Mungkin perasaan diantara keduanya telah usai, terimakasih Arsenio Lengkara dan terimakasih Nadira Zeline.

Cerita NadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang