Perasaan terhadap Arsen?

2 3 0
                                    

"Belajar tentang cinta juga gada salahnya Ra"




"hai Ar, pacar Lo ya?" Sapa Naila pada Arsen ramah.

"Belum" jawab Arsen tersenyum, aku hanya menatap canggung padanya.

"Gue duluan ya" pamit Arsen

"Duluan semua" pamit seorang cewek disamping Arsen,

"Iyaa" jawab kami kompak.

"Arsen masih suka sama Lo" kata aila menyimpulkan

"Dia udah punya pacar ai," tekanku

"Pelampiasan" ucap Naila membuatku terkejut

"Lo perlu konsultasi percintaan ke gue Ra, biar ga bego-bego amat"saran Rana

"Dia ngeliatin Lo daritadi, dari ujung gue udah ngeliat Arsen, dan saat baru masuk cafe dia langsung ngeliat ke meja kita laku tatapannya langsung fokus ke Lo. Dia bisa ngenalin Lo bahkan hanya dari punggung Lo, makanya tadi gue nanya gimana perasaan Lo ke Arsen. Tatapan Arsen terus fokus ke Lo sampai dia berdiri dibelakang Lo tadi." Jelas Rana

"Dia pegang tangan cewek tadi" ucapku

"Ceweknya yang genggam tangan Arsen, bukan arsennya."

"Gue..."

"Permisi kak, ini pesanannya" ucap seorang waiters mengantar minuman kami.

Ucapanku kembali terpotong, sejujurnya aku juga tidak tahu bagaimana perasaan ku terhadap Arsen. Arsen secara terang-terangan menunjukkan rasa sukanya padaku, aku bingung bagaimana meresponnya sampai akhirnya entah kenapa aku menjadi cuek dan mengabaikan nya. Saat itu Arsen masih mendekatiku namun kurasa dia mulai bosan sampai akhirnya aku mendengar kabar dari kelas bahwa Arsen tengah mencoba mendekati anak IPS yang katanya bernama Tiara, dan kudengar Tiara menerima kehadiran Arsen, saat itu aku bersyukur Arsen sudah tidak berusaha mendekati ku dan aku juga bersyukur Arsen menemukan Tiara, seseorang yang dapat menerimanya. Pernah baper sama Arsen ga? Aku tidak tahu apa namanya namun saat dikelas satu aku dekat dengan anak kelas bawah kami, saat itu hujan turun deras disaat jam pulang sekolah. Aku terus memperhatikan orang yang kusukai dari kelas itu dan berharap orang itu juga memperhatikan keberadaan yang duduk didepan kelasnya. Sore itu dengan tiba-tiba Arsen memakainya jaketnya dipundakku. Aku tidak tahu artinya, tapi saat itu jantungku berdegup kencang dan seperti ada kupu-kupu diperutku, aku bingung namun sepertinya aku senang. Kurasa Arsen dengan Tiara pasangan yang tepat.

Mereka tidak membahas pertanyaan tentang Arsen yang ditanyakan padaku tadi, beberapa kali saat aku akan menjawabnya mereka menyelaku sebelum aku berbicara.
"Kayanya udah sore ya" ucapku

"Belum foto kita" ucap Rana

"Yaudah foto dulu deh, tapi selesai foto gue balik duluan ya" ucapku yang diangguki mereka.

Sebelum foto aku menelfon lembayung dan mengatakan padanya untuk menjemput ku.

"Gue duluan ya" ucapku menggeser kursi berniat pergi, tetapi Rana menahan tanganku.

"Kita ga bermaksud motong pembicaran Lo Ra, kita kaya gitu karena kita tau sebenernya Lo juga gatau perasaan Lo terhadap Arsen. Mungkin Lo gatau, tapi kita sahabat Lo tau itu, kita merhatiin Lo setiap Arsen ganggu Lo dan berusaha deketin Lo dulu. Hati Lo pernah berusaha menerima kehadiran Arsen kan? Tapi Lo menolak kehadiran Arsen entah karena alasan apa yang ga kita tahu dan mungkin Lo jiga gatau alasan itu."

"Semua keputusan dan hak itu ada di Lo Ra, tapi saran gue kalau ada Arsen kedua coba Lo terima" sambung Rana lagi

"Bukan harus Lo terima, tapi Lo pertimbangin gimana Lo harus bersikap kedia" kata Naila mengusulkan,

"Jujur dulu gue sempet kesel saat lo tarik ulur Arsen Ra, mungkin Lo gasadar kalau Lo udah tarik ulur dia."

"Belajar tentang cinta juga gada salahnya Ra," kata Naila yang mungkin harus kubenarkan.

Cerita NadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang