mimpi

26 8 1
                                    

Terlihat dua orang duduk di bangku sebuah taman dekat komplek dijalan Dahlia. Lelaki itu mengatur napasnya agar normal kembali setelah kelelahan menggendong seorang perempuan yang duduk disampingnya.

"Capek ya gendong aku? Maaf ya"

"Lumayan,tapi gapapa. Kamu tunggu sini sebentar ya aku mau beli obat,kalau tidak segera dibersihkan nanti kakimu bisa infeksi" ucap sang lelaki lalu berlari pergi meninggalkan perempuan itu.

Perempuan itu melamun sambil sesekali meringis merasakan nyeri di kakinya yang tadi terjatuh saat dia mengayuh sepeda nya.
"Aisshh sakit banget"

"Siniin kaki nya biar aku bersihkan dulu" ucap lelaki yang tadi pergi mencari obat untuknya

Perempuan itu meluruskan kakinya dan memerhatikan seorang lelaki yang sedang membersihkan luka dikaki kirinya.

Selesai mengobati luka dikaki sang perempuan,dia berdiri dan duduk disamping perempuan itu.

"Lembayung Mahatma"ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

"Nadira Zeline"jawab perempuan itu sambil tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Rumah kamu dimana? Aku antar ya sampai rumah" Tanya lembayung pada Nadira yang membuat Nadira menggelengkan kuat kepalanya

"Gausah aku bisa pulang sendiri,makasih"jawab Nadira menolak lembayung

Nadira melangkahkan kakinya berjalan menjauh dari lembayung,tapi masih dengan kaki kirinya yang luka yang membuat nya sulit untuk berjalan

"Kaki kamu masih sakit,gabisa buat bawa sepeda"

"Aku gamau sepeda ku tertinggal disini"

"Aku yang bonceng kamu naik sepeda kamu,aku tidak membawa sepeda tadi"jelas lembayung yang membuat Nadira mengangguk.

"Komplek abiraya ya" kata Nadira memberitahu alamat rumahnya pada lembayung.

"Aku tahu rumah kamu"jawab lembayung

"Kamu penguntit?"tanya Nadira memicingkan matanya menuduh lembayung. Lembayung tertawa kecil yang membuat Nadira kesal lalu memukul punggung lembayung.

"Sepeda kamu pas sekali untuk dinaiki dua orang,tempat duduk belakang mu berguna"ucap lembayung yang lari dari pembicaraan.

Sepanjang jalan Nadira hanya diam tanpa menjawab pertanyaan pertanyaan yang lembayung tanya kan padanya,sampai tak terasa mereka sudah sampai didepan rumah Nadira. Nadira turun dari sepeda dan memberi tatapan tajam ke lembayung.

"Itu rumahku,tepat disamping rumahmu" tunjuk lembayung pada rumah putih disamping rumah Nadira.

Dia tahu jelas rumahku, tapi kenapa tadi dia bertanya lagi.

"Ah kamu tetangga baru itu,maaf sudah menuduhmu sebagai penguntit dan tidak menanggapimu berbicara, terimakasih juga sudah mengobati kakiku dan mengantarku pulang"sesal Nadira dengan wajah menunduknya.

"Naikkan wajahmu,tidak sopan berbicara tanpa melihat wajahnya"
Ucap lembayung yang membuat Nadira langsung menaikkan kepalanya dan menatap lembayung.

"Terimakasih lembayung,semoga bisa berteman"Nadira mengulurkan tangannya dan dibalas dengan jabatan tangan oleh lembayung

"Sama sama,aku pulang dulu" kata lembayung lalu pergi memasuki rumah yang tepat berada di samping rumah Nadira.

Setelah melihat lembayung masuk kerumah,Nadira segera masuk kerumahnya juga
"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" jawab bunda dan ayah yang sedang menonton televisi.

"Cepat mandi kak terus makan, sarapannya udah bunda siapin diatas meja"suruh bunda padaku,karena tadi pagi sebelum bersepeda aku memang belum memakan apapun,aku hanya membawa jus buah naga yang dibuatkan bunda untuk diminum saat aku haus.

"Kenapa jalan kamu gitu"tanya ayah yang sepertinya memerhatikanku

"Hehe tadi kakak jatuh di dekat taman tapi udah kakak obatin kok" jawab Nadira

Nadira berjalan ke kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya,membuatnya harus menaiki banyak tangga.

"Ini pake lift aja bisa ga sih? Lagian tangga banyak banget ,ini lagi kaki pake sakit segala lagi"gumamku sudah menaiki setengah tangga rumahku.

Setelah sampai kamar aku menghela napas lelah,butuh effort besar untuk sampai di kamarku saat kaki ku sakit begini. Aku segera memilih pakaian ganti dan menaruhnya di pinggir ranjang ku lalu bergegas memasuki kamar mandi.

Selesai mandi dan berganti baju aku segera turun untuk mengambil sarapan dan membawanya ke kamarku, sebenarnya bunda akan marah jika mengetahui aku makan dikamar,tapi saat aku akan mengambil sarapan tadi, bunda,adikku Rara dan ayah tampak seperti akan pergi dan katanya ingin kerumah nenek.

Aku segera menyusun meja dan kursi di balkon dan memakan sarapanku.
Namun saat akan memasukkan suapan pertama kudengar seseorang memanggil namaku.

"Dira"
Tatapanku langsung tertuju pada balkon dikamar tetanggaku,dan ternyata itu lembayung. Kulihat dia melambaikan tangannya dari sana ,aku kembali membalas lambaian tangannya

"Hai" sapaku
Dia tersenyum "ternyata kamar kita hadap hadapan gini ya,pas banget"

Aku hanya tersenyum menanggapi nya dan kembali memakan sarapanku

"Enak banget ya sarapannya?" Tanyanya

"Lagi makan ga boleh bicara" jawabku yang membuatnya tertawa.

"Bunda tetangga samping sombong nih bun" kudengar dia teriak mengadu pada bundanya.

"Apa sih kamu teriak-teriak,kalo mau teriak pintu kamar ditutup dulu biar ga kedengeran."kulihat seorang wanita yang kuyakin bunda lembayung menghampiri nya di balkon. Bunda nya sangat cantik,kulit nya tidak putih namun tidak juga kecoklatan menurut ku warna kulit nya sangat cantik dan pas.

"Liat bunda" ucap lembayung mengarahkan tangannya menunjukku.

"Sombong banget dia, lembayung ngajak ngobrol dia masa dia lebih milih makan sarapannya."adunya pada bundanya.

"Lembayung,orang makan ga boleh bicara,dan kamu ya ga boleh ajakin dia bicara. Nanti setelah dia selesai makan ajak dia bicara."

"Kamu cantik,nanti sore main ya kerumah bunda ajak mama kamu juga."ajak bundanya

"Iya Tante"jawabku.

Kulihat bunda lembayung keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamar lembayung.

"Nanti sore main ya cantik" teriak lembayung yang padahal kalau dia berbicara biasa saja namun sedikit kuat pun bisa terdengar olehku karena memang jarak balkon kami yang tidak terlalu jauh.

Cerita NadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang