Belanja

0 2 0
                                    

Sudah dua Minggu Naila dan Rana perang dingin, aku dan Aira setiap hari bertukar tim, Senin aku bersama Naila dan aira bersama Rana, lalu selasa aku bersama Rana dan Naila bersama Naila. Beberapa kali Naila menolak untuk kami menemaninya, katanya dia benar-benar sangat merasa bersalah pada Rana.

"Heh"Rana menyapa Naila

"Jangan sekarang na.., gue masih ngerasa bersalah sama Lo"katanya Naila membuang wajahnya kearah lain.

"Ya emang, Lo emang harus terus ngerasa bersalah sama gue,"kata Rana dengan menyilang melipatkan tangannya di dadanya.

"Udah, Lo emang harus ngerasa bersalah. Tapi udah lah nai, ayo kaya biasa lagi." Sambungnya

Naila berdiri memukul meja
"Lo ga ngerti gimana di posisi gue!"katanya tajam

"Kapan-kapan deh nai, gue bakal buat Lo ngerti gimana ada di posisi gue" jawab Rana dengan tatapan remeh.

"Oke, satu Minggu lagi berantem nya. Berarti Senin depan kita baikan"ucap Rana lalu berpamitan pulang pada kami berdua.

"Ayo Ra" ajak lembayung

"Gue duluan ya" pamitku

Rana mengetuk pintu beberapa kali dengan keras
Tok! tok! tok!  tok! tok! Tok!...
"Apasih ran?" Geram Aira yang terganggu

Kulihat anak kelas yang belum pulang menunggu jemputan dikelas pun menutup telinga mereka.
"Dilon Lo udah nunggu, gue cuman nyampein amanah sebagai SAHABAT!,"

Rana berbalik kembali
"By the way, gue seneng anjir nai, Dilon ngajak gue ngomong untuk kedua kalinya!, Gue gamon ke Dilon. Jadi.., kalau gue masih histeris kalau ketemu Dilon harap di maklumi ya!" Sambungnya lalu pergi.

Aku dan Lembayung yang tadi terdiam melanjutkan langkah kami ke parkiran.
"Bay, Naila masih belum mau berteman biasa lagi sama Rana. Gue sedih deh bay ngeliat mereka kaya orang musuhan gitu, tapi beberapa kali gue juga ngeliat kalau mereka saling perhatian juga."

"Ngeliat effort Rana buat dapetin Dilon, dan ternyata Naila adalah pacar Dilon, pasti Rana sakit banget Ra"ucap lembayung berpendapat.

"Beberapa orang mungkin menormalkan perasaan Naila, tapi kalau gue.., gue ga bisa menormalkan itu. Naila tau sebesar apa usaha Rana buat dapetin Dilon, dan saat dilon ngatain Rana murahan, dia ada sama Rana tapi beberapa bulan setelah itu ternyata Naila jadian sama Dilon tanpa sepengetahuan Rana."

"Menurut gue, kalau naila bilang saat dilon mulai ngedeketin dia, Rana bisa ngelepas Dilon bay" sambungku memotong lembayung

"Perasaan manusia susah ga sih di kontrol?" Tanyaku

Handphone ku tiba-tiba bergetar
"Bunda?"

Aku mengangkat telepon bunda
"Halo assalamualaikum kak"

"Waalaikumussalam Bun, kenapa Bun?"

"Minta tolong belanja in ya kak di supermarket dekat rumah, itu udah bunda kirim sama kamu di WhatsApp"

Aku room chat ku dengan bunda dan melihatnya
"Ah, iya Bun ntar kakak beliin"

"Makasih, assalamualaikum"

"Waalaikumussalam Bun"

"Lo buru-buru ga bay?" Tanyaku

Dia menggeleng
"Kenapa Ra?"

"Ah, ini bunda suruh ke supermarket yang dekat rumah. Beliin belanjaan."
Jelasku

"Ayo, gue bantu belanja"serunya

"Telur udah bay? Tanyaku memeriksa keranjang belanja kami

"Lupa ngambil gue" ucapnya menepuk jidat.

Aku mengeluarkan handphone ku
"Assalamualaikum bunda,"

"Waalaikumussalam, kenapa kak?"

"Bun boleh ya, kakak beli Ramyun? Udah pengen banget ini Bun!"

"Jangan kak, bunda takut"

"Gada babi nya kok Bun, halal. Ya kan bay? Coba deh Lo liat ini!"

Lembayung memeriksa bahan yang digunakan lalu izin mengambil handphone ku
"Gada babi nya Tante, aman"

"Yaudah, tapi habis beli ini bilangin ke Nadira jangan terlalu sering beli lagi ya!" Peringat bunda

"Iya Tan, yaudah Bayu tutup telepon nya ya tan, assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

"Ga boleh ya sama bunda?" Tanyaku yang tertunduk lesu

Lembayung mengambil Ramyun yang tadi ku pegang dan memasukkannya ke troli, mataku berbinar
"Boleh bay?" Tanyaku girang

Dia mengangguk
"Tapi jangan terlalu sering dibeli?" Ucapnya menyampaikan peringatan bunda

Aku mengangguk
"Ambil enam bungkus"

"Kok banyak banget?" Tanyanya

"Nanti malam kita makan bareng Tara sama Agam"

Aku mengambil handphone ku kembali
"Assalamualaikum bunda, ini Dira beli toppoki ya Bun, halal kalo yang ini kaya kue beras gitu Bun, tapi pedas"

"Waalaikumussalam, yaudah tapi jangan banyak-banyak kak! Jangan terlalu sering dibeli juga!"

"Oke Bun"

Aku juga mengambil dua bungkus toppoki, lalu aku beralih ke lemari pendingin dan mengambil nugget dan sosis yang juga dipesan bunda,
Aku beralih ke tempat buah, mengambil beberapa buah yang juga dipesan bunda.
"Udah semua kan?"

"Oke, kita cek dulu ya bay"

"Bacain pesanan nya, buat gue cek"

"Gue sebut nama aja ya"

"Oke"

"Telur, apel, pisang, jeruk, sunlight, daia gede, sosis, nugget, wipol, gula, minyak, udah"

"Udah semua Ra"

"Oke, ayo bayar!"

"Adik kakak kak?" Tanya seorang kasir

Lembayung menggeleng
"Pacar mas" jawabnya merangkul ku,

Aku menginjak kaki nya dan beralih menatapnya.
"Makasih mas" ucapku menerima belanjaan.

"Banyak juga ya bay yang kita beli"ucapku menyadari belanjaan yang dibawa lembayung.

"Assalamualaikum, bunda ini pesanan nya!"

"Waalaikumussalam, waduh banyak juga ya!, Makasih loh bay, udah bantu Dira."

"Sama-sama Tante"

"Bun, nanti malam boleh kan? Dira ajak lembayung makan Ramyun disini bareng Tara sama Agam?"

"Ya boleh dong, kesini ya bay ntar malam!"

"Iya, makasih Tante"

"Eh tunggu bay, ini ada kue buat lembayung. Ayah nya Dira tadi beli."

"Waduh, makasih banyak Tante. Om dimana Tan?"

"Baru pergi sama Tara Agam, jalan-jalan sore"

"Ah, lembayung pulang ya Tan, assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" jawabku bersama bunda

Cerita NadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang