Corona?

1 1 0
                                    

Corona? Akhir 2019 memang sudah beredar berita virus itu di Wuhan China, namun katanya dua orang WNI terkena virus yang sama juga. Berita mulai ramai memperbincangkan nya, para warga panik oleh isu karantina, terlebih lagi lembaga pendidikan yang katanya berencana meliburkan muridnya.

Hari ini jam ketiga adalah kelas olahraga, para murid dikelasku bergegas berganti pakaian dan dengan cepat berlari ke lapangan karena guru olahraga kami sudah menunggu.

"Materi kali ini sepak bola, hari ini kita praktek dan Minggu depan tolong kumpulkan ringkasan mengenai materi yang kita praktekkan!. Ketua kelas dan sekertaris kumpulkan pekerjaan teman-teman nya tepat waktu, bapak gamau ada yang terlambat mengumpulkan nya."

"Baik pak"

"Yang cewek dulu yang main, bapak pantau dari sini."

Murid dikelasku berjumlah 36 orang dengan 24 perempuan dan 12 orang laki-laki.

"Ala ayo semangat!!!" Sorak laki-lali kelas kami dari pinggir lapangan

"Rana kecil, wah Lo kecil-kwcil cabe rawit ya na! Rana semangat??"

"Nadira semangat" teriak seseorang yang membuatku mematung, baru kali ini anak cowok dikelasku menyorakiku. Karena biasanya memang anak kelas tampak canggung padaku, aku juga tidak terlalu dekat dengan mereka, katanya aku terlalu pendiam untuk dijadikan teman dekat.

"Ra bolanya direbut!" Teriak Naila yang membuatku tersadar dan langsung menepuk jidatku.

"Sorry semua" teriakku

"Semangat! Semangat! Semua semangat yang menang ntar di traktir ana istirahat di kantin!" Teriak suara yang sangat ku kenali, itu suara Fahri, salah satu orang yang bertubuh gempal dikelas kami.

Pertandingan diantara kami menghasilkan skor 1:0, tim ku menang kalau kalian tahu.

Rana berlari ke pinggir lapangan
"Karena tim gue menang, udah sana ke kantin!" Katanya dengan napas terengah-engah dan keringat yang membanjiri pelipisnya.

"Lo traktir na? Wah gini dong besti gue nih Rana!" Ucap Arsen mendekati dan merangkul Rana.

"Bayar sendiri tapi ya!, Gue tadi belum selesai ngomong" sambung Rana yang membuat semua orang murka

"RANA!!!" Teriak kami

Rana tak memperdulikan kami dan hanya berjalan memasuki kelas dengan kekehen kecil nya.

"Gue doain Lo tambah kecil!" Umpat Fahri yang tak dihiraukan Rana.

Kami segera berganti baju dan bergegas ke kantin sebelum bel istirahat berbunyi, masih dua puluh menit sebelum istirahat.
Aku berjalan lebih dulu memilih meja di pinggir di dekat kipas angin kantin.
"Batagor sama es jeruk satu"ucapku mengulurkan tangan.

"Gue bakso sama es teh manis satu" kata Naila

"Gue sama kaya Dira aja" pesan Aira

Rana menaikkan alisnya,
"Jadi maksud Lo semua, gue gitu yang pesan?"

"Cepetan Rana! Ntar keburu rame" keluhku

Rana mendesah kasar dan pergi memesan makanan yang kami pesan.

Aku mengedarkan pandangan ku ke sekeliling kantin, melihat siapa saja yang ada di kantin. Sampai tatapanku terhenti pada pintu kantin, aku menggoyang lengan Aira
"Dilon Dilon" seruku

"Kenapa sih?"

"Video in biar Rana seneng!" Ucapku yang lupa bahwa didepan ku ada pacar seorang Dilon.

Aira mengeluarkan handphone nya dan mulai mem video Dilon diam-diam.

"Gue punya banyak foto Dilon kalau kalian mau, gue bisa juga kirim ke Rana." Celetuk Naila yang membuat kami tersadar akan apa yang kami lakukan.

"Sorry nai, kita lupa." Ucapku meminta maaf sambil mematikan dan menyembunyikan handphone Aira dibawah meja

"Santai aja, video in lagi juga gapapa"
Dengan polosnya Aira mengambil handphone nya yang kusimpan dibawah meja dan kembali berusaha mem video Dilon yang memesan minuman didepan

"Udah bego!"desisku

"Liat kedepan!, Itu Rana sama Dilon sampingan, mau ga mau harus diabadikan karena ini momen langka." Ucap Aira yang ingin kubenarkan namun juga ku salahkan.

Rana kembali dengan nampan yang berisi pesanan kami
"Nih ran" ucap Bali memberikan handphone nya pada Rana.

Rana mengambil handphone Aira dan melihat apa yang ada di video itu, sekilas Rana tersenyum girang namun tak lama ia kembali menetralkan mimik wajahnya.

"Simpan kalau Lo mau na, gue gapapa" ucap Naila disamping Rana

"Hapus videonya ai, gue gamau makan teman gue sendiri, ga minat gue rebut pacar sahabat gue, ga etis juga!." Ucapnya mengembalikan handphone Aira.

Dengan cepat aku mengambil handphone Aira dan menyembunyikan nya, menggenggam erat dibawah meja.
"Thanks na, udah pesenin kita" ucapku sembari menyenggol kaki Aira dibawah, namun nampaknya hari ini Aira tidak cepat tanggap seperti biasa.

"Apasih Dira......" Geram Aira ya g kubals kembali dengan menajamkan mata berusaha memberi kode pada Aira untuk membantu mencairkan suasana.

"Ah, berita dua Maret kemaren kalian liat gak? Yang apa itu, itu loh apa?"

Aku memasang wajah memelas.
Sepertinya hari ini memang Aira sedang bermasalah.
"Ah itu kan dua orang Indonesia kena Corona? Yang ibu sama anak itu kan? Yang terpapar abis dari Jepang? Iya ga kalo ga salah?" Sambungku berusaha menanggapi

Aira menepuk pundak ku
"Iya itu dia, Lo berdua ga liat? Ga update banget sih!"

Yang ditanya hanya diam tidak menanggapi, keadaan meja menjadi hening. Aku dengan cepat menghabiskan batagor dan es teh yang kubeli tadi lalu menarik Aira berdiri berusaha meninggalkan kedua orang yang sedang berkutat dengan pikirannya masing".

"Temenin ke toilet ai!" Aku berusaha menarik Aira berdiri

"Gue masih makan Dira..."jawab Aira yang lagi-lagi tidak peka membuatku memelototi nya

"Ah kebelet banget ya? Yaudah ayo, kita duluan ya!" Pamit Aira

"Kok ditinggal berdua mereka? Bisa berantem itu loh Ra!"tanya Aira dipintu kantin

"Lo sarapan apa sih si tadi pagi?"tanyaku lalu meninggalkan Aira sendiri

"Gue ga sarapan tadi pagi" gumam Aira


Cerita NadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang