part 9

2.4K 358 60
                                    

Alan dan Alana berjalan di koridor sekolah dengan wajah datar andalan mereka.
Alan dan Alana menghampiri Rasen dan Saddam yang berada di pinggir lapangan basket.

"Eh kembar, sini-sini." Rasen memberikan ruang agar kedua temannya duduk.

"Ngapain di sini?" Tanya Alana.

"Di kelas berisik, soalnya ada murid baru yang ganteng-ganteng walaupun masih gantengan gue sih," jawab Rasen.

Alana memutar bola matanya malas, "Kak, kelas aja, di sini panas."

Alan mengangguk dan menarik tangan Saddam.

Rasen mendengus, "Lan, gue juga mau kali ditarik kayak gitu."

Alan menghampiri Rasen dan mengapit kepala Rasen di ketiaknya.

"Sialan, lo babi!"

"Gue emang Alan," balas Alan.

"Sialan, bukan si Alan," timpal Rasen.

"Sama."

Keempat remaja itu memasuki kelas mereka yang hari ini menjadi sangat ramai.

Siswi-siswi di kelas mengerubungi meja paling belakang. Pekikan dari siswi-siswi itu juga saling bersahutan.

Alana mendengus, berisik sekali mereka ini.

Brak

Dengan sengaja, Alana menutup pintu kelas sedikit keras dan itu membuat siswi-siswi tadi langsung duduk di masing-masing tempat.

Alana melihat tiga siswa yang lumayan tampan duduk di kursi paling belakang.

Mata Alana bertubrukan dengan salah satu siswa itu.

"Duduk!" Alan menarik Alana untuk duduk di bangku.

"Selamat pagi, anak-anak."

"Pagi, bu."

"Saya mendapatkan informasi jika ada murid baru? Silakan maju!"

Ketiga siswa itu maju, wajah mereka sama-sama datar.

"Perkenalkan diri kalian!"

"Bisma." Laki-laki yang mempunyai tahi lalat di atas bibir.

"Keenan." Laki-laki yang memakai headband.

"Nathan." Laki-laki yang memiliki bekas luka sayatan di pelipisnya.

"Baik, kalian bisa duduk! Pelajaran kita mulai."

--

Kembar dan kedua temannya duduk di salah satu bangku kantin. Mereka makan dengan tenang, dan tentunya makanan kembar, makanan yang dikirim dari rumah.

"Murid barunya kenapa 3 sekaligus ya?" Tanya Rasen.

"Waktu itu, kita juga 2 sekaligus," balas Alana santai.

Rasen mendengus, kembar itu memang dingin, tapi kalau sudah ngomong, sangat menyebalkan.

"Itu bukannya temannya Sania?" Tanya Saddam dengan suara kecil.

Mata Saddam melirik ke arah sekumpulan perempuan yang duduk tak jauh dari tempat mereka.

"Oiya, kita belum cek daftar siswa," timpal Rasen.

"Setelah makan," ujar Alan.

Mereka mengangguk paham.

--

"Apa salah satu dari mereka orangnya?"

"Mungkin, mereka terlihat mencurigakan, cara berbicaranya juga sering berbisik, dan tidak terlalu bersosialisasi dengan yang lain."

Psychopath TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang