Benar saja, kedua orang tua Sania tidak mau kembali ke Indonesia. Padahal orang suruhan Nathan sudah membujuk dengan baik. Dan plan B adalah solusinya, menculik keduanya.
Penculikan terjadi dan kedua orang tua Sania langsung dibawa ke Indonesia.
Di sinilah mereka sekarang, di salah satu rumah milik Nathan.
Keduanya bukan seperti korban penculikan lainnya yang diberi kekerasan, melainkan keduanya diberi fasilitas mewah dengan beberapa pembantu yang siap melakukan apa yang mereka minta.Ah, tapi keduanya nampak tak menikmati. Pasalnya, ada 7 orang remaja yang menatap mereka dengan santai namun menyeramkan.
Alan, Alana, Rasen, Saddam, Nathan, Bisma dan Keenan lah tujuh remaja itu.
Mereka duduk mengelilingi kedua orang tua Sania, Saptono dan Ajeng."Kalian ini sebenarnya siapa? Kenapa kalian membawa kami kesini?" Tanya Saptono.
"Om mau tau siapa kita? Kita yang akan menolong om dari jeratan Nugroho," balas Keenan.
Saptono dan Ajeng langsung diam dengan wajah pucat pasi.
"Siapa Nugroho? Kami tidak mengenalnya," ucap Ajeng.
"Jangan berpura-pura lagi tante, apa tante dan om tidak mau, membalas orang yang telah membunuh Sania,?" Tanya Saddam.
Badan Ajeng bergetar, air matanya mulai meluruh kala mendengar nama Sania putrinya. Setelah kehilangan Sania, ia depresi bahkan pengobatan yang selama ini ia jalani terasa sia-sia saat mendengar nama putrinya lagi.
"Sania? Kalian kenal Sania? Di mana Sania? Cari Sania sekarang, kasihan Sania, dia gak pulang-pulang, pasti dia kelaparan, dia tidak bisa makan-makanan sembarangan, cari dia, cepat!! Nanti dia sakit, hiks.." Tatapan Ajeng kosong, meremat tangannya sambil terus menggumamkan nama Sania.
Alan yang melihat itu langsung menelepon anggota Black Wolf bagian medis agar menuju ke rumah itu.
Saptono langsung menenangkan istrinya, memeluk tubuh istrinya erat.
"Jangan membicarakan dia lagi, kasihan istri saya, dia baru saja akan sembuh," Isak Saptono.
"Biarin istri om dibawa mereka, mereka akan menyembuhkan istri om," ucap Alan bersamaan dengan datangnya anggota Black Wolf bagian medis.
Saptono menggeleng, memeluk istrinya lebih erat.
"Percaya sama kita om, tante akan membaik setelah diberi perawatan dari mereka. Om gak tau kan kalau orang-orang psikiater yang orang itu suruh untuk menyembuhkan tante adalah psikiater gadungan," jelas Alana.
Mereka semua langsung menatap Alana, informasi tambahan?
Alana menunjukkan ponselnya saat melihat tatapan tak percaya dari teman-temannya, "Om Jonathan baru kasih info."
Itu benar. Pengobatan yang selama ini Ajeng dengan orang-orang suruhan Nugroho, psikiater itu gadungan.
Saptono langsung mengangguk cepat kala mendengar perkataan Alana. Dengan segera, Ajeng dibawa oleh anggota Black Wolf bagian media ke rumah sakit khusus.
"Sekarang, om mau kan kasih informasi ke kita tentang Sania?" Tanya Rasen.
Saptono mengangguk dengan ragu, "Sebenarnya, dia selalu mengawasi saya dan istri saya, bagaimana jika dia tau? Saya dan istri saya bisa dibunuh."
"Tenang saja, untuk urusan itu sudah saya amankan om," ucap Alana.
Saptono mengangguk, "Tanyakan yang kalian ingin tanya."
"Sania beneran dibunuh Nugroho?" Tanya Nathan to the point.
Saptono mengusap wajahnya kasar, ia mengangguk, "Benar, putri saya dibunuh oleh Nugroho, orang serakah itu yang membunuh Sania, dan menghancurkan keluarga saya."
"Kejadian bermula saat Nugroho meminjam uang lagi pada saya. Padahal sebelumnya saya sudah memberikan suntikan dana untuk usahanya, dan saya sudah memperkirakan jika itu cukup. Tapi ternyata Nugroho terus-menerus datang untuk meminjam uang. Pada waktu itu, usaha saya sedang ada pembukaan cabang baru dan pastinya juga membutuhkan uang lebih, makanya saya tidak memberinya. Namun, dia nampak tidak apa-apa, Caca dan Sania juga masih berteman seperti biasanya. Hingga ada kabar Sania diculik. Saya tidak percaya, karena saat itu Sania izin melakukan penelitian bersama teman-teman sekolahnya ke luar kota. Dan beberapa hari berikutnya Sania tidak pernah memberi kabar begitupun Caca, kami langsung ke sekolah menanyakan perihal itu, dan ternyata tidak ada acara penelitian."
Saptono menarik napas dalam.
"Dan saya baru sadar jika pesan itu adalah benar, saya langsung menghubungi orang itu, namun tidak ada balasan. Kita lapor polisi dan polisi menemukan keberadaan Sania dengan keadaan tak bernyawa, berita itu memang tidak ada yang menyebarnya karena kami ingin mengungkap berita itu setelah ada kejelasan. Sehari setelah ditemukan mayat Sania. Nugroho, keluarganya dan beberapa anak buahnya datang. Mereka mengungkapkan semuanya, mereka mengaku jika mereka yang membunuh Sania bahkan mereka juga menunjukkan video saat kematian Sania. Saat kita akan melapor pada polisi, mereka mengancam akan membunuh saya dan istri saya. Mereka juga mengambil paksa semua aset kita, memindahkan hak aset dengan nama mereka dan itu atas dasar paksaan. Penyelidikan tentang Sania kita hentikan karena ancaman juga dari mereka. Hingga kita dipindahkan ke luar negeri."
"Tentang berita kepindahan Sania itu juga atas skenario mereka?" Tanya Rasen yang diangguki Saptono.
"Sania izin untuk penelitian itu bohong karena permintaan Caca, Caca meminta pada Sania agar menemaninya ke luar kota untuk menemui pacarnya," ucap Alana sambil menunjukkan informasi yang dikirim Jonathan.
"Rencana pertama selesai. Selanjutnya kita jebak mereka, target pertama, Caca," ucap Nathan.
Mereka semua mengangguk.
"Om tinggal di sini aja, kebutuhan dan keamanan sudah terjamin, om jangan takut kalau ketahuan mereka kita sudah menyuruh orang untuk berpura-pura menjadi om dan tante yang tinggal di luar negeri. Tentang tante Ajeng, beliau pasti bisa sembuh, om jangan khawatir," ucap Alan.
"Terima kasih, walaupun saya tidak tau kalian sebenernya siapa. Namun, saya merasa jika ada yang melindungi saya, sekali lagi terima kasih, saya juga akan membantu sebisa saya," ucap Saptono.
--
Kini bukan Alana lagi yang akan melakukan rencana, namun Bisma. Laki-laki yang memiliki sifat hampir sama seperti Rasen itu dipilih untuk menjalankan rencana kali ini. Bukan tanpa alasan, karena Caca pernah mengaku pada Alana jika menyukai Bisma.
Bisma dan Caca tengah berada di rumah Caca. Keduanya ke rumah Caca setelah menghabiskan duit di mall.
Caca tersenyum senang melihat Bisma yang ada disampingnya. Tidak ada hujan tidak ada badai, tiba-tiba di sekolah Bisma menghampirinya dan mengajaknya jalan-jalan.
Bisma mengangkat sebelah alisnya, "Kamu kenapa?"
Caca menggeleng dan tersenyum, "Gak kok, cuma seneng aja bisa jalan bareng sama kamu."
Bisma mengangguk, menatap rumah mewah Caca, "Orang tua kamu mana?"
"Kerja, palingan sebentar lagi juga mau pulang," jawab Caca.
"Besok kita jalan lagi kan?""Ga-"
"Caca!!" Seorang pria paruh baya berteriak saat masuk ke dalam rumah, dia papa Caca, Nugroho.
Caca langsung menghampiri papanya, "Apa sih pa, jangan teriak-teriak, ada calon mantu loh."
Nugroho melirik Bisma singkat, "Ini penting!!"
"Apa? Penting apa?"
"Saptono sama Ajeng kabur!!"
"Hah? Mana bisa, semalam Caca lihat masih ada kok," bantah Caca.
"Yang kamu lihat itu orang lain yang pura-pura jadi mereka!"
"Kayaknya ada orang dibalik ini semua."
__
5 hari gak update yey, canda..
Hukuman yang enak buat orang jahat?
Jangan lupa Vote Comment dan Follow akun wattpad author.
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Twins
Teen FictionSequel ANGELINE Kisah saudara kembar yang bernama Alan dan Alana yang sangat tidak biaa bersosialisasi dengan orang lain selain keluarganya. Sebenarnya mereka mempunyai sifat yang bisa berubah-ubah, kadangkala dingin, kadang juga manja. Sejak kecil...