part 13

1.9K 333 56
                                    

Kembar, Rasen, Saddam, Nathan dan lainnya tengah melakukan rencana yang telah mereka susun.
Mereka akan tetap mendekati Caca dan seolah-olah belum tau yang sebenarnya. Sebut saja, mereka akan menjebak Caca balik.

Alana yang biasanya susah bersosialisasi kini ia harus menyingkirkan sifatnya itu. Ia berusaha membuat Caca menjadi temannya. Yah, berhasil. Siapa yang tidak mau berteman dengan Alana? Cantik, dikelilingi cowok-cowok ganteng dan satu lagi yang paling penting, banyak duit.

Informasi tentang Caca dan keluarganya yang gila akan uang memang benar adanya. Baru 3 hari bersama Caca, Alana sudah menghabiskan uang ratusan juta.

Alana mulai muak, ia tidak sesabar mommynya saat menyamarkan sifat. Alana itu to the poin, ia tidak suka orang itu, ia akan langsung bilang.

Seperti saat ini, Alana dan Caca tengah berada di salah satu mall yang merupakan milik daddy Dito. Alana hanya menatap datar Caca yang tengah kegirangan memilih ini itu, tentunya ini itu yang harganya harus mahal.

"Udah belum, Ca?" Tanya Alana, ia tak lagi memanggil Caca dengan sebutan kak.

"Bentar Na, gak sabaran banget sih. Masih milih nih," balas Caca.

Alana memutar bola matanya malas, sepertinya rencana harus dipercepat.

"Udah nih, ayo ke kasir. Lo tetep mau bayarin belanjaan gue kan?" Tanya Caca.

Alana mengangguk. Keduanya menuju ke kasir. Menunggu kasir toko yang tengah menjumlah semua total belanjaan Caca.

"Totalnya 125 juta 500 ribu kak."

Gak usah tanya beli apa aja, yang penting yang mahal-mahal. Awas aja kalian tanya-tanya yang buat author bingung. Uh...

Alana mengangguk dan merogoh sakunya. Matanya membulat kala tidak mendapati dompet tebalnya. Alana kalut, ia mencari di semua sakunya, namun nihil, dompet tebal itu tidak ada.

"Ada apa Na? Jangan bilang lo gak bawa duit? Bercanda kan? Gak usah becandain gue deh, cepetan dong, laper nih," ucap Caca.

"Becanda apa sih Ca, dompet aku gak ada nih, tadi udah aku masukin kok pas mau jalan, jangan-jangan jatuh atau dicopet orang atau gak ketinggalan di mobil?"

Caca ikut panik, ia juga ikut meraba-raba saku Alana, "Goblok banget sih lo, lo taruh mana itu dompet?"

"Ya mana aku tau, orang tadi juga ada di saku belakang. Em.. atau ketinggalan di mobil? Kayaknya ketinggalan di mobil deh, kamu tunggu sini ya, aku cari di mobil dulu."

Caca menggeleng, "Gak ah, lo mau jadiin gue jaminan? Gue ikut."

"Kalau lo ikut, lo bisa malu, masa udah ambil baju mahal-mahal akhirnya gak jadi beli," bisik Alana agar tidak terdengar oleh kasir.

"Atau pake uang lo dulu, nanti gue ganti?"

Wajah Caca nampak pucat, mana ada ia uang segitu banyaknya. Ia hanya membawa uang sedikit karena ia tau jika Alana, teman barunya yang akan membayar semua belanjaan seperti biasanya.

"Gue gak bawa uang kas Na," ucap Caca.

"Kan pake kartu bisa, iya kan mbak?"

"Iya kak, toko kita juga menyediakan pembayaran dengan kartu debit," sahut kasir.

"Maksud gue, gue juga gak bawa kartu. Gue kira lo yang bayar semuanya kayak biasanya makanya gue gak bawa uang banyak," panik Caca.

"Yaudah, cara lain aja, aku harus ke mobil dulu cari dompetnya, aku yakin kalau dompetnya ketinggalan di mobil, kamu tunggu sini aja."

"Jadi bagaimana kak, mau bayar cash atau pakai debit?" Sela kasir.

"Jadi gini mbak, dompet saya ketinggalan di mobil, saya mau ambil dulu. Nah, sebagai jaminan, temen saya bakal nunggu di sini, gimana mbak?" Alana nampak memberikan kedipan mata pada kasir.

"Baik kalau begitu, mbak harus cepat kembali atau teman mbak nanti saya laporkan ke atasan saya," balas kasir.

Alana mengangguk dan langsung berlari ke luar toko meninggalkan Caca yang tengah gelisah.

Sedangkan si cewek yang beralasan mengambil dompet di mobil. Kini malah melajukan mobilnya menuju rumah.

Alana tertawa, ternyata seru sekali mengerjai Caca. Alibi dompet ketinggalan di mobil itu tidak benar, dompetnya ia masukkan ke sepatu boots-nya. Ah, rencana dadakan itu terjadi karena ia mulai malas dengan Caca.

Tentu, dengan bantuan kasir tadi. Kasir itu tau jika Alana adalah anak pemilik mall, dan kasir itu mengerti maksud Alana. Lagian, mana ada pihak toko yang mudahnya membebaskan orang-orang yang tidak bisa membayar dengan alasan dompet tertinggal?

"Rasain kamu Caca, lagian sih habisin duit Alana mulu, kan Alana lagi nabung buat beli Holland & Holland "Royal" Deluxe Double Rifle."
Senjata api yang harganya miliaran itu adalah incaran Alana. Sebenarnya dengan meminta pada daddy ataupun abangnya bisa saja dibelikan, namun Alana ingin membeli dengan uangnya sendiri kali ini.

Ah.. Alana akan meminta daddy-nya untuk menaikkan gaji kasir tadi.

Ting

Ke rumah Saddam, lagi kumpul.

--

Alana kini sudah berada di rumah Saddam. Tidak hanya ada Alan, Rasen dan Saddam saja, Nathan, Bisma dan Keenan juga ada.

Alana langsung merebahkan badannya dengan paha Alan sebagai bantalan. Alan yang mengetahui adiknya lelah pun memijit pelipis adiknya.

"Habis ngabisin duit capek ya, Na?" Tanya Rasen.

Mereka tau, karena mereka mengawasi Alana dengan kamera tersembunyi.

"Kartu aku yang capek, gesek mulu," balas Alana sambil menikmati pijatan kakaknya.
"Mana lagi nabung buat beli yang miliaran itu, berkurang deh tabungannya."

"Nanti gue transfer," ucap Nathan.

Mereka semua langsung menatap Nathan dengan tatapan tak percaya.

"Lo suka sama Alana?" Tanya semuanya serentak kecuali Alana dan Nathan.

"Gak," jawab Nathan.

"Kok mau transfer?" Tanya Bisma.

"Harus suka gitu alasannya?" Balas Nathan.

"Terus alasan lo transfer Alana apa?" Tanya Rasen.

"Ngabisin duit."

--

Suasana sekolah berjalan seperti biasanya. Kembar, Rasen dan Saddam tengah menikmati makanan mereka di kantin. Ya, jika di sekolah mereka akan berpisah dengan Nathan dan yang lain, demi kepentingan misi.

"Eh Caca tuh, ajak kesini, Na," ucap Rasen.

Alana menatap Caca yang juga tengah menatapnya. Caca melengos dan bergabung dengan meja Nathan.

Alana terkekeh kecil, "Nona mudanya lagi ngambek, soalnya kemarin gak ditraktir."

Alana kemarin, melihat rekaman cctv di mall. Setelah ia pergi, Caca didesak oleh karyawan toko untuk membayar. Bahkan karyawan-karyawan itu tak segan membuat Caca malu.
Caca yang tersudut akhirnya menelepon papanya agar datang ke mall. Papanya menurut tapi bukan ia yang datang, namun asisten papanya. Belanjaan Caca dilunasi dan Caca dimarahi habis-habisan oleh papanya saat di rumah.

--

Sepulang sekolah, kembar dan yang lain berkumpul di rumah Saddam seperti biasanya. Kali ini penting, karena Nathan telah menemukan keberadaan orang tua Sania.

Duduk melingkar dengan memegang tab masing-masing.

"Orang tua Sania berada di salah satu kota kecil Amerika tepatnya di Lexington. Mereka membuka restoran di sana dengan uang yang diberikan oleh Nugroho, papa Caca."
"Gue udah suruh orang buat bujuk mereka biar mereka mau ketemu sama kita."

"Kalau mereka gak mau?" Tanya Bisma.

"Culik."

___

Hehe, 4 hari gak update.

Jangan lupa Vote Comment dan Follow akun wattpad author.

Next?

Psychopath TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang