part 18

1.6K 270 47
                                    

Malam ini, di kediaman Dito dan Angel nampak sedikit ramai dari biasanya. Pasalnya, Edward, papa Nathan berkunjung ke rumah mewah itu. Berkunjung dengan maksud ingin melamar Alana untuk putranya, Nathan.

Setelah acara makan malam singkat, mereka berkumpul di ruang tamu. Semua anggota keluarga Daddy Dito ada disitu.

"Bagaimana Dito mengenai tawaranku tadi?" Tanya Edward.

"Sepertinya kamu sangat menginginkan Alana menjadi menantumu, ya?" Tanya balik Daddy Dito.

"Iya dan sangat menginginkan, lagipula siapa yang tidak mau mempunyai mantu yang hampir sempurna seperti Alana? Maka dari itu, aku tidak mau sampai keduluan oleh orang lain," jawab Edward.

"Aku sih terserah saja, aku juga sidah tau kalian siapa, jadi semua jawaban aku serahkan ke Alana, putriku," ucap Daddy Dito.

"Aku juga, putriku sudah besar, ia sudah bisa mengambil keputusan yang tepat untuk masa depannya," sahut Mommy Angel.

"Alana, kamu mau kan?" Tanya Edward.

Alana menatap satu persatu keluarganya, hingga tatapannya berhenti di salah satu keluarganya, Alan, kembarannya sendiri.

Alana lalu menatap Nathan. Nathan, teman kecilnya yang ia lupakan. Berjanji untuk bersama-sama saat dewasa. Nathan kecil, kini menjadi Nathan yang benar-benar dewasa, langkahnya yang selalu penuh keyakinan, ketegangan dan kewibawaan. Nathan yang bringas, dan suka dengan hal-hal janggal yang perlu diselidiki. Ah Alana suka itu, bukan perasaan hanya suka, namun perasaan cinta yang masih bertahan sejak dulu.

Alana mengangguk dengan tegas, membuat Nathan dan Edward tersenyum senang.
Berbanding terbalik dengan Alan yang justru langsung pergi meninggalkan ruang tamu.

"Loh anak kam-?"

"Biar aku yang bicara sama Alan," potong Alana dan menyusul kembarannya.

Alana menatap kembarannya yang duduk di bangku belajar. Lampu dikamar Alan mati, hanya lampu belajarnya yang menjadi penerang.
Dengan perlahan, Alana mendekati kembarannya, dan mengalungkan tangannya di leher kembarannya.

"Kakak kenapa?" Bisik Alana pelan.
"Kakak gak suka, kalau aku sama Nathan?"
"Atau ada hal lain yang buat kakak kayak gini?"

Alan diam.

"Bilang sama adek, kakak itu separuh jiwa adek, ad-"

"Kalau kakak bilang gak setuju, apa kamu mau batalin?" Potong Alan.

"Apa alasan kakak gak setuju hubungan aku sama Nathan? Nathan bukan orang asing loh, dia teman masa kecil kita, kakak inget kan? Dia juga bukan orang biasa, dia bisa lindungi adek, terus apa alasan aku harus batalin itu?" Tanya Alana.

Alan kembali diam.

"Kakak gak bisa jawab kan? Ketidaksetujuan kakak itu, cuma bentuk khawatir kakak yang berlebihan. Kita emang kembar, tapi ada kalanya kita juga akan berpisah."

"Pikirin kata-kata aku tadi, Nathan orang baik, Nathan bisa jaga aku, dia bukan orang asing yang punya niat jahat, aku keluar."

Alana meninggalkan Alan sendirian.

"Salah ya?" Gumam Alan sembari menatap pintu kamarnya yang tertutup.

(☞゚∀゚)☞

Pagi yang cerah, untuk ke sekolah hari ini. Setelah bersiap, Alana keluar dari kamarnya dan secara tidak sengaja, berpapasan dengan kembarannya.

"Pagi, kak," sapa Alana.

"Pagi, kamu berangkat sama kakak kan?" Tanya Alan.

Psychopath TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang