26. Operasi Mata?

4.1K 502 11
                                    

"Jen...?"

"Um? Iya Kak?" Jeno menoleh ke arah sumber suara.

"Kamu gak papa?" Tanya Mark khawatir, sejak Jeno menangis setelah keluar dari rumah, Jeno hanya diam saja.

"Gapapa Kak, Jeno cuma kepikiran, apa udah saatnya Jeno berubah pikiran dan cari donor mata, apalagi nanti kalau adeknya udah lahir" ucap Jeno menghela nafas pelan. Dia sedang menimbang nimbang untuk melakukan oprasi mata atau tidak.

"Kalau kamu emang udah yakin mau operasi mata, secepatnya kita harus cari donor mata sebelum kandungan kamu makin besar" Mark menyarankan. Jeno nampak berfikir sejenak.

"Um, ayo kerumah sakit, kita tanya dokter" Ucap Jeno meyakinkan dirinya. Dia sekarang semakin dewasa dan harus bisa menjaga dirinya sendiri. Maka dari itu kini Jeno bertekad untuk melakukan operasi mata walau sedikit enggan.

Dia belum siap melihat warna kembali, dia belum siap melihat wajah wajah sahabatnya, sebenarnya Jeno selalu merasa beruntung karna buta akhir akhir ini, karna dia tidak akan bisa melihat ekspresi sedih orang lain, namun sepertinya dia harus segera berubah.

Belum lagi jika nanti anaknya lahir, tidak mungkin dia akan menyerahkan semuanya kepada suaminya.

"Oke"

Mark mengendarai mobilnya menuju ke rumah sakit dimana Jeno kemarin sempat di rawat. Setelah sampai, Mark mengajak Jeno untuk menemui Dokter spesialis mata.

"Permisi dok..."

"Ah iya iya, silahkan duduk"

Mark tersenyum lalu mengangguk, mendudukkan Jeno di kursi, lalu dia duduk di samping Jeno.

"Jadi? Ada perlu apa?" Tanya sang Dokter dengan ramah.

"Mau periksa mata dok, saya sudah buta selama 3 tahun lebih" ucap Jeno menggenggam kedua tangannya dengan gugup.

"Ah? Baiklah, mari kita lihat dulu" Dokter mendekat, memeriksa mata Jeno.

"Hum... Kebutaannya cukup parah, namun sudah baik baik saja sekarang selain tidak dapat melihat"

"Apa saya bisa melihat lagi dok?" Tanya Jeno cepat. Mark menggenggam tangan Jeno yang sedang gugup dan hanya diam mendengarkan.

"Ada kemungkinan untuk melihat lagi, tapi kecil. Saya boleh tau apa kata Doktermu dulu mengenai mata kamu?" Dokter kembali duduk di kursinya.

"Dokter bilang kalau saya mau melihat lagi, saya harus mencari donor mata, karna banyak saraf di mata saya telah rusak akibat kecelakaan" jelas singkat Jeno menggenggam erat tangan Mark.

"Begitu rupanya... Entah karna sudah lama atau bagaimana, tapi kini saraf di mata kamu terlihat sedikit membaik, oleh karna itu saya mengatakan ada kemungkinan kamu melihat lagi jika melakukan operasi, tapi kemungkinan ini hanya 5%, dan mungkin hal ini juga membuat Dokter yang menanganimu dulu mengatakan bahwa matamu tidak dapat sembuh dan harus mencari donor mata" jelas Dokter menatap Mark dan Jeno bergantian.

"Tapi memang benar kemungkinan 5% itu sama aja kaya gak mungkin kan dok?" Tanya Mark angkat suara. Dokter mengangguk membenarkan.

"Yah, itu benar"

"Gak papa, selama masih ada harapan, bakal Jeno lakuin, Dok saya mau operasi mata!" Seru Jeno cepat, dia tidak ingin menyia nyiakan hal ini, dia yakin selama masih ada kemungkinan, pasti masih bisa.

"Tapi Jen..."

"Gapapa Kak, lagi pula nanti Jeno gak akan rugi kan? Paling sedikit kecewa aja, boleh ya Kak..?" Mohon Jeno. Mark menghela nafas dan akhirnya mengangguk.

"Oke, selama kamu mau bakal Kakak bolehin" Ucapnya pasrah.

"Makasih banyak!" Seru Jeno senang.

"Jadi kapan kamu mau melakukan operasi? Saya dan beberapa Dokter kebetulan hari ini sedang kosong" Ucap Dokter tersenyum ramah.

"Lu-

"Hari ini Dok!" Potong Jeno cepat.

"Jen? Kamu belum sembuh!" Tukas Mark menatap Jeno dengan alis berkerut tak terima.

"Gak papa, lebih cepat lebih baik" tutur Jeno. Mark kembali menghela nafas, baiklah biarkan Jeno memutuskan segalanya.

"Dok tolong Operasi dia hari ini" ucap Mark pada Dokter.

"Baiklah, kami akan menyiapkan ruangannya, pasien silahkan menunggu dan menengkan diri sebelum operasi di mulai, tapi ingat, saya tidak dapat menjamin pasien akan dapat melihat kembali karna kemungkinannya sangat kecil. Tunggu satu jam lagi sebelum operasi" Dokter menjelaskan.

"Baik dok" ucap Mark dan Jeno menganggukan kepala mereka mengerti.

.

"Ha?! Lo gila?! Jeno baru aja baikan!" Seru Haechan tak percaya.

'Dia sendiri yang maksa mau operasi hari ini'

"Ya tapi... Argh!"

Benar benar pasangan satu ini, tidak dapat membiarkannya tenang sebentar saja, nanti setelah ini apa lagi? Jaemin? Hahh... Haechan benar benar frustasi lama kelamaan.

"Yodah, lo jagain Jeno, gue gak bisa ikut nemenin, Ortu gue ada di rumah soalnya" Ucap Haechan menghela nafas panjang.

'Oke, tenang aja pasti Jeno gue jagain'

"Kalo udah ada hasilnya kabarin gue. Gue tutup dulu"

'Iya, ntar gue kabarin'

Haechan langsung menutup panggilan tersebut. Dia menatap Handphone nya sejenak, lalu menyimpannya.

"Semoga aja berhasil" gumam Haechan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke arah ruang keluarga dimana Orang tuanya dan Orang tua Renjun tengah berkumpul karna baru saja pulang dari berbelanja di luar.

.

"Perbannya akan di buka 3 hari lagi, untuk sekarang jangan mengkonsumsi daging ataupun yang amis amis"

"Baik dok, terima kasih banyak"

"Kalau begitu saya pergi dulu"

Mark menatap punggung Dokter yang menghilang di balik pintu. Dia beralih menatap Jeno yang masih belum sadar, hahhh baru saja mereka pulang dari rumah sakit, sekarang harus berada di rumah sakit kembali benar benar hedeh untung sayang.









































Taraa seperti yg sudah di setujui
Jeno akhirnya oprasi mata nih, kira kira berhasil gk ya...
Ngebut banget ye wkwk ෆ╹ .̮ ╹ෆ
Maaf Chingu, ku ngebut banget ini ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)

See u~

Imperfection Series 1 : N E T R A ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang