10. Boy With Dandelion

4.9K 684 14
                                    

"Kakak kenapa?"

Mark menoleh dan melihat seorang anak laki laki tengah berjongkok menatapnya dari samping. Seketika Dia dengan cepat menghapus buliran air mata yang membasahi pipinya.

"A-aku eng-enggak papa hiks..." Ucapnya sesenggukan.

Anak laki laki yang berjongkok di sisinya menatap ke sekitar taman terpencil yang terlihat sangat sepi dengan alis sedikit berkerut.

"Kakak ada masalah ya? Ayo biar Jeno temenin Kakak cerita" Ucapnya mendudukkan tubuhnya berdekatan dengan Mark.

Mark terdiam sesaat, mungkin karna dia terlalu sedih, atau memang dia sudah tidak mampu menahan masalahnya sendiri, akhirnya dia pun bercerita.

"S-sejak kecil aku punya penyakit turunan, yaitu Kanker, dulu Mama pernah bilang kalau saat hamil dia pernah sakit Kanker, tapi setelah dia melahirkan, tiba tiba dia sembuh, ternyata penyakitnya turun ke Aku..."

Mark menatap mata hitam bulat yang terlihat cerah milik Jeno yang menunggunya untuk melanjutkan.

"Setelah lahir tubuh aku lemah sejak kecil dan harus selalu minum obat, kemarin sakit ku kambuh, aku capek harus minum obat terus, aku gamau di periksa ke rumah sakit terus, aku capek, hidup ku gak berharga sama sekali kan hiks..."

Mark menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan dan lututnya, dia malu menangis di depan orang yang baru dia kenal.

"Kakak, hidup itu bukan tentang seberapa berharganya kita, tapi seberapa bahagianya kita" Jeno menepuk punggung Mark dengan senyum di bibirnya.

"Hidup itu berharga kalau kita bisa merasakan kebahagiaannya, bukan kesedihannya. Kakak liat bunga Dandelion itu?, Walaupun angin membawanya pergi jauh, tapi dia tetap bisa membuat dirinya tumbuh menjadi bunga baru yang nantinya akan terbawa angin lagi"

Mark menatap kumpulan bungan Dandelion yang bergoyang terkena angin di depannya.

"Begitu juga kakak, walau rintangan membuat kakak jatuh, tapi kakak akan dapat bangkit lagi dan jika kakak jatuh lagi karna badai, kakak akan terus bangkit dengan semangat yang baru setiap saat. Kakak jangan menyerah, hidup itu anugerah, sangat di sayangkan kalau tidak di nikmati"

"Jadi, Kakak harus minum obat sampai Kakak sembuh, dan harus menjalani hidup dengan bahagia ya!" Jeno tersenyum lebar memeluk Mark, membuat tubuh Mark membeku seketika.

Jeno ingin meyakinkan Mark bahwa di setiap musibah pasti akan ada hikmah yang tidak akan orang lain sadari, maka itu kita harus bersyukur atas segala apa yang terjadi.

"JENO! KAMU DIMANA?!"

"AKU DI SINI KAK!"

Jeno melepaskan pelukannya dan menatap Mark. Dia beringsut, memetik setangkai Bunga Dandelion dan memberikannya kepada Mark.

Mark dengan bingung menerima bunga tersebut, membuat Jeno kembali tersenyum lebar, memperlihatkan eye smile nya.

"Kak Taeyong udah nyariin Jeno, jadi Jeno harus pergi. Anggap aja ini bunga yang Jeno kasih buat mengawali pertemuan pertama kita. Kakak semangat lagi ya. Jeno pergi dulu dadahhh!"

Mark menatap punggung Jeno yang semakin menjauh. Mereka bahkan belum saling berkenalan. Mark merasa bahwa anak laki laki yang berusaha bersikap dewasa itu terlihat sangat imut dan menggemaskan, apalagi saat dia melihat eye smilenya, dia langsung terpikat begitu saja. Dia jadi sangat menyukainya.

.

"Kamu darimana aja? Kakak khawatir tau!"

Taeyong menarik Jeno mendekat dan memutar mutar tubuh Jeno apakah ada yang lecet sedikitpun. Setelah merasa tidak ada yang salah, dia menghela nafas lega.

Imperfection Series 1 : N E T R A ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang