Part 6

288 27 0
                                    

Belum saja sempat memasukkan apa yang sudah ada di genggamannya, Sean seperti seorang peri yang terbang, ada disana menatap Jennifer dengan mata yang sangat tajam dan terlihat khawatir.

"Menjauh saja dari sini atau aku akan benar-benar menjauh, kamu hadir di dunia tidak memberi pilihan".

Ancam Jennifer, dia membuka tangannya yang sudah berdarah, terlukai pisau yang ada di tangannya itu.

"Jennifer jangan gila!!! Kalau kamu mati apa yang kamu dapatkan?" Tanya Sean sambil berteriak agar Jennifer tak jadi bunuh diri.

Namun, tekad Jennifer sudah tak bisa di ganggu lagi, dia tetap melukai pergelangan tangan kirinya, sampai ketika hendak menjatuhkan diri ke gedung, Sean berhasil menangkapnya.

Dengan nafas yang berat, jantungnya seakan berhenti berdekat melihat wanita jatuh tak berdaya di pangkuannya. Dia seakan menyesali hidupnya akan tak memberikan pilihan kepada wanita malang itu.

Sean membawa Jennifer kembali ke tempat tidurnya dan dokter datang setelah di panggil oleh si Tio, mereka segera membalut luka Jennifer yang tak terlalu dalam, Jennifer tak kehilangan banyak darah, namun kini Sean harus memanggil Dita untuk menjaga Jennifer lebih ketat lagi.

"Siapa kamu?" Ucap Jennifer, dia bertanya kepada Dita yang sedang duduk dan membuat sebuah kerajinan dari plastik membunuh waktunya sambil mengawasi Jennifer.

"Keterlaluan sekali Sean untuk apa dia membawa wanita ini kemari, berlebuhan, kenapa dia ingin aku hidup jika tangannya saja tak sabar menyiksaku, gila".

Gumam Jennifer dalam hati sambil mendengarkan penjelasan Dita bahwa dia disini untuk menjadi pengawal Jennifer dan mengantarkan Jennifer ke rumah barunya yang sudah Sean beli untuknya, Sean juga membelikan mobil dan seorang supir yang akan mengantarkan dia kemana saja.

Selain semua hak istimewa itu, Sean telah menjadikan Jennifer sebagai pemilik sah 40% saham di perusahaannya.

"Tanpa harus menikah?" Tanya Jennifer lagi memastikan.

"Pak Sean memberikan jangka waktu selama satu minggu setelah mbak pulih setelah itu mbak bisa putuskan untuk menikahi pak Sean atau tidak karena___". Belum sempat bibir tipis Dita itu menjelaskan lebih detail, Jennifer memberikan jawaban yang tak terduga.

"Tidak perlu, katakan aku setuju menikahinya hari ini". Ucapnya yang membuat Dita sontak menggigit bibirnya ragu.

Kenapa tiba-tiba Jennifer memberikan keputusan secepat itu? Padahal Dita tau dengan jelas karena Sean menjelaskan begitu detail bahwa Jennifer ingin di berikan waktu.

"Baik, pak Sean akan disini beberapa menit lagi".

Ya tentu saja bukan masalah bagi Sean Green untuk menjadwal ulang pertemuannya hari ini, lagipula ini hari jum'at tidak terlalu sibuk. Sean yang mendengar kabar itu tak mau menunda pernikahan itu dan segera mengajak penghulu beserta saksi dan bukti surah pernikahan yang sah secara hukum.

Bukankah pernikahan adalah hal yang sakral? Hal yang tak bisa di permainkan karena menyangkut kehidupan hati dua orang? Sean berani mengambil tindakan itu, lalu apa alasannya? Bahkan dia akan menceraikan Jennifer dalam kurun waktu 5 tahun, dia sendiri memberi dirinya tenggang waktu untuk memutuskan melanjutkan atau memutuskan hubungan itu.

Bagaimana dia tidak memberikan pilihan kepada Jennifer di awal penawarannya? Sungguh itu terdengar tidak adil.

Dalam baju putih, tangan yang sedang di perban, kaki yang masih sedikit memar, sedangkan Sean memakai baju rapi dan formal.

"Saya terima nikah dan kawinnya Jennifer Renaldy binti James Renaldy dengan mas kawin Rumah, Mobil Alphard dan emas 500gram serta saham perusahaan senilai 40% di bayar tunai".

Banyak sekali, jika nilai Jennifer lebih dari itu, pasti ada sesuatu di balik maksud Sean yang memaksa menikah dengan Jennifer. Wanita di sampingnya saja terkejut rasanya tak percaya dia akan mendapatkan pria kaya, tampan, berwibawa dan memberikan dia segalanya.

Dia menatap Sean tajam, tatapan matanya tak beralih sama sekali, terbesit dalam benaknya mengapa akan ada seseorang seperti Sean?

Bahkan saat hidupnya sudah putus asa sekalipun tanpa pilihan, Sean memberikan pilihan itu, menjadikan dia satu-satunya wanita yang selama ini tidak ada wanita yang berhasil mendapatkan hati Sean.

"Kamu harus istirahat, Deni akan jadi supir pribadi kamu, ada ART di rumah baru kamu dan Dita akan jadi asisiten pribadi serta pengawal kamu".

"Jika ingin berbicara dengan saya, harus saya yang berbicara terlebih dahulu". Tambah Sean lagi.

"Kamu akan tinggal dimana?"

Sebelum menjawab pertanyaan itu, ponsel Sean sudah berdering, seseorang memanggil, dia terlihat khawatir dan pergi ke suatu ruangan yang tak jauh dari sini.

Dia memandangi seseorang begitu dalam sampai meneteskan air matanya.

"Kamu sudah menyiksa aku seperti ini, kenapa kamu melakukannya?" Tanya Sean berteriak, dia menahan diri untuk tak mengangkat tangannya.

"Kita hanya bersama untuk sementara waktu, kenapa kamu begitu sakit saat aku pergi, lupakan aku, aku akan menikah, ini__" Wanita itu melampirkan sebuah undangan pernikahan.

Dia sebetulnya tak tega melihat Sean seperti itu, tapi dia memang tak cinta dengan Sean, pertemuan mereka, hubungan ranjang mereka, atau kesenangan karena mereka dulu masih muda, di mabuk oleh cinta yang tidak ada habisnya menguasai hati mereka.

Tapi, Sean terlalu menganggap itu hal serius, dia sudah terlalu dalam menyelam mengarungi sebuah lautan cinta sampai dia terjebak pada suatu titik dimana cinta itu hilang tertelan oleh alam, sayang sekali dia pun ikut tenggelam.

Saat dia mencoba untuk kembali mencari dunianya, dia tak sadar menemukan sesuatu yang lain, yang lebih indah, takdirnya sama-sama putus asa bersama dia.

Namun, kini dia hanya melakukannya karena terpaksa, dia sudah berjanji tak akan mengambil mutiara itu dari pemiliknya, namun apa jadinya bila suatu hari nanti dia mengingkari janjinya sendiri?

Melamun lagi? Itulah akibatnya jika dia bertemu dengan wanita bertubuh ramping, bermata biru yang membuatnya tenggelam dalam lautan yang jauh.

"Sean, tadi aku bertanya belum sempat kamu jawab".

Tanya Jennifer tiba-tiba membangunkan lamunannya, kini wajah Sean ketakutan, apakah Jennifer melihat wanita itu, dia pun harus menyembunyikan undangan itu.

"Itu urusan aku" jawab Sean sambil memalingkan pandangannya ke ponsel.

"Ya sudah, lebih baik, lebih baik lagi kalau kamu tidak menyentuh aku, menjadi istri kamu ternyata tidak ada salahnya juga, Sean". Ucap Jennifer meledeknyan.

Tak terima, Sean pun menggendong Jennifer dan menidurkan dia kembali di tempat tidurnya, Jennifer sempat berteriak, namun semua itu percuma.

"Jangan kamu pikir ini lama, kalau aku bosan aku pasti akan menceraikan kamu, lagipula tidak ada gunanya menikah dan jatuh cinta". Ucapnya lagi, kali ini dengan nada sedikit sendu.

"Bukan hanya kamu yang sakit hati, akupun juga merasakannya, tapi kamu bohong Sean, kamu membohongi diri kamu untuk pernikahan palsu ini, kamu tak jujur". Sahut Jennifer.

"Setidaknya kamu sudah mencoba, tapi aku? Aku tak akan, tak ada alasan untuk aku untuk hidup". Tambah Jennifer yang tak di gubris oleh Sean.

Benar atau salah, jika dia bisa menggunakan hak miliknya untuk memuaskan hatinya, tak ada salahnya, lagipula dia tak memaksa Jennifer, Jennifer sendiri tak mau hidup menjadi gelandangan karena kini dia sudah memilih untuk hidup.

Bahagia atau tidak itu nanti, Jennifer hanya ingin hidup tenang kali ini, jauh dari Kevin dan Scarlett.

To be continued....

Despair FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang