Part 15

189 14 0
                                    

Jennifer sebenarnya merasa khawatir dengan Scarlett meskipun dia sebetulnya juga benci dengan Scarlett. Dia melihat kondisi Scarlett yang sedang ditangani oleh dokter, begitu banyak peralatan di dalam ruangan itu, kondisi rumah sakit yang sepi terselimuti oleh kekhawatiran Jennifer yang semakin menjadi-jadi, Sean hanya hanya terdiam di dekat jendela sebelah kiri ruangan gawat darurat, nampaknya Sean hanya sedih melihat Jennifer khawatir. Dia menelpon pihak villa untuk memberitahu Kevin bahwa istrinya sedang dirawat di rumah sakit kini. 

Pihak Villa pun menelpon ke kamar Kevin untuk memberitahu perihal istrinya, Kevin seketika panik dan segera memakai baju untuk pergi ke rumah sakit, sampai disana dia melihat Jennifer dan Sean mengantuk di ruang tunggu, Kevin setelah dokter keluar pun memberi tahu keadaan Scarlett tentu Kevin tak membangunkan kedua pasangan yang sudah membantu istrinya itu. 

"What's wrong with my wife, doctor?" Kevin bertanya kepada dokter laki-laki itu tentang apa yang terjadi dengan istrinya, doker itu hanya sedih dengan menjelaskan bahwa Scarlett mengalami sebuah reaksi dari obat yang dokter itu sendiri tidak jelas ketahui, yang jelas kondisi Scarlett kini butuh perawatan dan penanganan yang khusus. Wajah Kevin hanya terlihat biasa saja tak reaksi sedih sama sekali, malah dia memandangi Jennifer yang tertidur lelap di pangkuan suaminya. 

Kevin sedih melihat pemandangan itu daripada melihat kondisi istrinya. Namun, dia tak bisa berlama-lama, dia harus melihat kondisi Scarlett dan apa lagi yang dia perbuat kini, Scarlett yang masih belum tersadarkan diri pun harus bangun karena suaminya mencubit tangannya dan membangunkannya pelan-pelan, mata Scarlett pun terbuka dan ia keheranan melihat Kevin dengan amarah yang akan mengamuknya, Scarlett melepaskan semua peralatan yang membantunya bernapas seolah dia tak butuh hal itu. 

"Obat apa lagi itu?" Tanya Kevin memelototi Scarlett yang sama sekali tak ingin membalas pertanyaan Kevin, "Jennifer dan Sean masih disini?" Scarlett bertanya tanpa menjawab pertanyaan Kevin, lagipula menurut Scarlett tidak penting menjawab pertanyaan yang Kevin sendiri sudah tau apa itu, "Mereka tertidur di ruang tunggu, jangan permainkan Jennifer, bukankah___" Belum juga melanjutkan amarahnya, Scarlett memotong percakapan Kevin, "Sebaiknya kamu diam atau mereka akan dengar, katakan apa yang harus kamu katakan kalau mereka bertanya besok, sebaiknya suruh mereka pulang, Kevin" perintah Scarlett yang kemudian kembali melanjutkan tidurnya. 

Kevin tak tega dengan Sean dan Jennifer, karena itu dia membangunkan mereka dan menyuruh mereka pulang, Sean yang terbangun dulu pun membangunkan Jennifer, karena masih mengantuk Jennifer menolak bangun dan pulang, Sean pun tak ada pilihan selain menggendong Jennifer, Kevin yang melihat hal itupun masih cemburu, dalam hati kecilnya dia jujur bahwa dia masih mencintai Jennifer meskipun faktanya dia tak akan bisa memperbaiki apa yang telah dia rusak dan dia tak bisa lari dari kenyataan yang mengikatnya dengan seseorang karena ambisinya.

********

Sean menatap Jennifer, mengelus pipinya, membelai rambut indahnya, dia tersenyum dan membayangkan setiap malam dia dan Jennifer berolahraga dan saling mengadu zakar dan surabi Jennifer. Mereka pun kembali ke Villa dan beristirahat sampai pagi, Jennifer terbangun di pagi yang cerah di samping Sean yang masih tertidur dengan lelap, Jennifer mencium bibir Sean dengan penuh permintaan, Sean pun melahap itu dengan penuh kasih sayang. Dia perlahan membuka matanya dan menatap Jennifer dengan matanya yang penuh nafsu. 

Tanpa basa-basi Sean membuang lingeri Jennifer dan membuka lacy panties nya, Jennifer merendahkan celana Sean dan duduk di atas zakarnya yang sudah berdiri. Kali ini Jennifer berolahraga seolah naik turun melewati gunung, bibir keduanya tak berhenti berciuman dan Sean semakin liar dan bermain lebih cepat, Jennifer jelas mengerang agak keras hari ini, dia mendesah karena dia sebetulnya sudah basah saat dia bermain. 

Sean memasukkan semprotan yang cukup kental dan banyak dan berhenti sejenak dan bernapas karena dia sangat lelah, jantungnya berdebar-debar, memasukkan cairan kental itu sambil mencium bibir Jennifer dengan penuh cinta, setelah selesai mereka pun mandi di bathub berdua, 

"Apa yang terjadi dengan Scarlett semalam?" tanya Jennifer sambil meminum anggur merahnya. "Ntahlah, aku hanya melihat Kevin membangunkanku, dia menyuruh aku buat pulang, jadi aku gendong kamu yang masih ngantuk ke mobil" Jawab Sean santai, dia menyipitkan bola matanya, kemudian memandangi Jennifer yang masih terlihat penasaran. 

"Aku jadi heran___" Jennifer berhenti sejenak, "Heran karena?" Sean yang penasaran pun bertanya, "Mungkin benar jika Scarlett benar-benar sakit dan akan mati, tapi, apakah tidak ada pria lain, harus ya dia menghancurkan impian aku??" Ucap Jennifer sedih, Sean menatapnya dengan penuh rasa iba, memang sakit masa lalu Jennifer ini, Sean dalam pikirannya saja tak dapat membayangkan bagaimana rasanya memiliki hubungan yang begitu cukup lama dan berakhir hanya karena seseorang. 

"Mungkin Scarlett benar-benar mencintai Kevin? Kamu mungkin tak tau kalau Kevin pun mencintai wanita lain" Ucap Sean berpendapat, 

"Seolah kami ini tidak terikat, dia seharusnya sudah tau, dia sendiri sudah berjanji, kami sudah terikat dalam hubungan ini, sampai kamu kembali aku tidak akan jatuh cinta pada wanita lain, 4 tahun bersama bukanlah waktu yang sebentar, 4 tahun berikutnya hanya tubuh kami yang berpisah, kemudian tiba-tiba dia menghancurkan segalanya meskipun aku tau, aku tau bahwa kami baik-baik saja, bagaimana bisa???" Jennifer menangis bercerita tentang masa lalunya, Sean pun segera memeluknya dan menenangkan dirinya. 

"Aku tau, tapi apa boleh buat? Tidak selayaknya kamu selalu terjebak dalam masa lalu, Jen. kamu sekarang punya aku, kita akan selalu bersama" Ucap Sean yang membuat Jennifer tersenyum tipis, Sean mengajak Jennifer berkuda dan berkeliling di pantai sebelum pergi menjenguk Scarlett. 

Sepertinya menjenguk Scarlett bukanlah keputusan yang tepat, setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit menuju ke kamar Scarlett, Scarlett terlihat lebih baik dan bugar, dia juga tersenyum kepada Jennifer dan kedatangan Sean. Sayangnya Sean harus mengangkat telpon dari kantornya sehingga dia tidak bisa menemani Jennifer di dalam, Kevin sedang mengurus administrasi dan berkonsultasi dengan dokter Scarlett. 

"Jennifer, untung kamu disini, jadi kakak gak perlu nyamperin kamu ke Villa, semalam ada hal yang sedikit terlewat, tentang fakta yang harus kamu dengar,___" Scarlett berhenti yang membuat Jennifer khawatir tak karuan, namun dia masih berdiam diri di tempat.

 "Sean Green, dia adalah mantan aku, kami dulu pernah bermalam sekali, one night stand tepatnya, Sean seharusnya terima bahwa aku pergi, tapi dia tidak pernah mau terima, dia terus mengejar aku, tapi aku tak pernah punya perasaan padanya, sampai hari itu, dia berambisi menikahi kamu hanya untuk membuat aku cemburu, saat dia sudah puas dia pasti akan meninggalkan kamu". Lanjut Scarlett yang membuat Jennifer seketika terkejut, Sean yang mendengar kalimat terakhir Scarlett pun segera membela diri bahwa semua itu adalah masa lalu yang jelas beda dengan hari ini. 

"Jennifer kamu harus percaya, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu, aku benar-benar cinta sama kamu". Ucap Sean yang ditolak mentah-mentah oleh Jennifer, Jennifer keluar dari ruangan dia menangis tersedu-sedu, bahwa selama ini dia menikah hanya di jadikan pelampiasan oleh suaminya dan ketika suaminya bosan, Sean akan membuangnya. 

Sungguh memang nasib kadang-kadang tak selalu sesuai dengan ekspetasi, bukan aku bermaksud berharap pada Sean untuk harta dan cintanya, jika aku cinta dan mencoba menerima tawarannya untuk mencintainya itu adalah hal yang tulus, mungkin Scarlett benar bahwa saat ini Sean masih mempermainkan cinta dan pernikahannya. 

Gumam Jennifer ketika duduk di atas kursi di sebuah taman, Sean mencoba berlutut pada Jennifer agar dia dimaafkan, namu semuanya hanya sia-sia, Jennifer tetap menghindar bagaimanapun caranya. 

"Beri aku waktu untuk menerima fakta ini, Sean" Ucapnya sendu, Jennifer yang sudah di kamarnya pun bergegas meninggalkan Villa tak tau akan pergi kemana, dia tak punya siapa-siapa orang tuanya bahkan tak sudi melihatnya lagi, Scarlett selalu mencoba menghancurkannya bagaimanapun caranya, kakak laki-lakinya pasti sibuk dengan pekerjaannya, lagipula dia tak begitu dekat dengan kakak laki-lakinya. 

Jennifer patah hati untuk yang ke sekian kali, dia hampir saja menyerah, sampai ada orang yang menemuinya. Dia menangis di tengah jalan melihat lelaki itu. 

"Pertanyaannya adalah kenapa, Kevin? kamu bilang bahwa itu adalah permainan?" tanya Jennifer kepada Kevin yang mengejarnya di bandara. "Scarlett akan membunuhku jika kau tau, tapi aku akan kasih kamu clue" Ucapnya.

Perbincangan itu berakhir ketika pesawat Jennifer siap untuk terbang, mereka pun berpelukan, mengucapkan selamat tinggal, Jennifer ragu akan cintanya terhadap Sean namun dia masih meyakini bahwa hatinya masih menjadi milik Kevin. 

to be continued.....

Despair FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang