Part 24

159 11 0
                                    

Sean mengangkat telpon itu dengan nada yang sangat tidak senang, jelas dia akan ditanyai perihal memiliki seorang anak, Harold menelpon sebenarnya hanya memastikan apakah Jennifer kembali dengan baik atau tidak, tapi Sean sudah salah sangka saja. Sudah selama berbulan-bulan ini sejak hari itu, dimana Sean dengan kecemburuan tingkat gengsinya tak mau mengaku memaksa Jennifer untuk pulang.

Harold sering menelpon dan berkomunikasi dengan Sean karena urusan bisnis, dia sebetulnya tidak menganggu Sean dan menanyakan perihal memiliki anak karena Harold memberikan Sean ruang dan waktu untuk berpikir dan berdiskusi bersama dengan istrinya, namun sampai sekarang belum ada diskusi yang nyata antara Sean dan Jennifer.

Hal ini dikarenakan Sean dan Jennifer sama-sama sibuk dengan acara amal yang mereka adakan untuk anak-anak yatim, dalam setiap doa yang Sean dengar dari Jennifer, Jennifer ingin menjadi ibu yang sesungguhnya karena kini dia merasa sudah memilih untuk hidup dan mencintai suaminya, Sean sedih setiap kali mendengar hal itu dan dia cukup takut mengatakan rencana tentang ibu pengganti untuk anak mereka atau Ibu surogasi.

Jika Jennifer setuju, Sean akan segera menghubungi salah seorang wanita di Australia beserta dengan dokternya untuk menyiapkan segalanya. Namun, jika Jennifer tidak setuju, Sean tidak tau akan bagaimana tapi, dia tak mau memikirkan hal itu terlebih dahulu. Dia sangat menikmati berhubungan dengan Jennifer setiap malam dan setiap saat dia punya kesempatan, namun di waktu yang sama dia tak ingin Jennifer hamil dan melahirkan karena itu akan mempertaruhkan nyawanya.

Bukan hal yang salah jika seorang Sean Green yang sudah lama menjomblo kemudian memikirkan tentang bagaimana istrinya mempertaruhkan nyawanya demi seorang anak, Sean hanya takut jika dia kehilangan istrinya suatu hari nanti.

"Selamat pagi, sarapan sudah siap, hari ini ada meeting jam 9 dan semua dokumen kamu sudah siap, kamu kenapa?" Sapa Jennifer membangunkan lamunan Sean yang pura-pura membaca koran.

"Selamat pagi, sayang. Tidak ada yang salah, semuanya baik-baik saja". Jawab Sean tersenyum, Jennifer yang tak curiga pun segera menuju ke ruang makan diikuti oleh Sean dengan ketakukan.

Setelah sarapan yang cukup datar, Sean dan Jennifer bersiap untuk ke kantor, "Lain kali kita harus lebih banyak bicara, kamu terlihat tegang sekali pagi ini, apa yang sedang kamu pikirkan?" Jennifer memeluk Sean yang sedang merapikan dasinya, "Hanya kurang tidur semalaman, tidak lebih." Jawab Sean santai, dia mencium kening Jennifer kemudian pergi. 

Jennifer memang tidak ke kantor hari ini, ada sedikit pekerjaan yang dia harus selesaikan kali ini, dia masih mencari bukti tentang kebohongan Scarlett dan Kevin, Jennifer tak bisa membiarkan hal itu lepas begitu saja, dengan uang suaminya dan kekuasaan yang dia miliki dia menyewa dektektif handal dan pengawal yang dikirimkan ke rumah ayahnya untuk menyelidiki gerak-gerik Scarlett. 

Jennifer tak peduli dengan Kevin, apapun faktanya yang membuktikan kebohongan mereka akan menjadi tanggung jawab mereka, dia juga sudah melupakan kenangan bersama Kevin dengan kenangan yang dia bentuk bersama Sean, "Semua sudah siap boss" ucap salah seorang pria suruhan Jennifer di telpon. Jennifer tersenyum mendengar hal itu, ada beberapa titik yang harus dia cari dan benar-benar mendetail dan Jennifer tak ketinggalan satu apapun. 

Hari ini dia akan mengunjungi rumah orang tuanya untuk mengundang mereka menghadiri acara pembukaan Green Foundation, donasi untuk anak-anak yatim dan pemeliharahaan lingkungan, Jennifer sebenarnya enggan berkunjung karena dia pasti tidak akan di terima, tapi demi menghormati mereka, tentu dia tetap datang. 

Rumah Renaldy selalu tertutup untuk seorang Jennifer, jelas pengawal menolak membuka gerbang sampai mengusir Jennifer dengan cara paksa, Jennifer yang membawa pengacara pun mengancam pengawal itu karena sudah menganiaya Jennifer. Kedua pengawal itu memilih mengundurkan diri ketimbang dipenjara. Gerbang terbuka, Jennifer pun masuk bertemu dengan James dan Trivia. 

"Ngapain kamu kesini Jen, mama kan sudah bilang." ucap Trivia sinis melihat kehadiran putrinya di tempat spa pribadi miliknya, "Jennifer!!!" sapa James yang memeluk Jennifer, James lebih senang dan menyuruh pelayan menyiapkan coffee latter permintaan Jennifer, Trivia yang tidak peduli pun masih tidur dengan di pijat tanpa memperhatikan ayah dan anak itu. 

Dengan sengaja Jennifer menyenggol kaki pelayan itu dan menjatuhkan kopinya di bajunya, kopi itu sangat panas sehingga Jennifer berteriak kesakitan, "Canah, kamu hati-hati dong, lihat itu Jennifer kesakitan karena kopinya masih panas," James memarahi Canah, "Maaf, tuan saya tidak sengaja," Ucapnya tanpa merasa bersalah, "Papa gimana sih pa, pelayan kek gini masih dipertahankan, papa pecat aja dia cari ganti yang lain, kebetulan aku ada rekomendasi buat papa". ungkap Jennifer yang membuat James mengangkat alisnya, 

"Yang benar saja kamu ini Jen, " Komentar Jennifer, si Canah tetap memohon agar tidak dipecat karena dia tidak tau harus bekerja dimana, namun James tetap menuruti kemauan anaknya, karena dia melihat dada Jennifer memerah karena kopi itu. "Papa panggil doker yah__" Ucapnya khawatir, "Gak perlu lah, itu cuma bagian dari sedikit karma karna kamu berusaha menghancurkan rumah tangga kakak kamu," potong Trivia yang duduk di sebelah James. 

"Mama, " Ucap Jennifer melirik mata ibunya dengan sangat tajam, "Aku kesini mau mengundang papa sama mama menghandiri acara pembukaan Green Foundation, " ucap Jennifer dengan bangga, jelas Sean Green lebih kaya, lebih terhormat dan lebih tampan dari Kevin yang hanya seorang tukang kebun gajelas. 

"Oh ya pa, nanti Karminah akan kesini sebagai ganti si Canah yang ceroboh itu," Jennifer beranjak dari sofa, James hanya mengangguk setuju, Trivia terkesan dengan hal itu, sudah hidup dalam dunia sosial yang elite, rasanya tipe-tipe Sean Green inilah yang sangat cocok menjadi menantunya, karena itu Trivia menyetejui hadir dalam acara ini. 

Jennifer yang keluar bersama dengan Canah pun membisikkan sesuatu kepada Canah, Canah ditawari bekerja di fondasi Jennifer setelah di pecat dari rumah James, karena Canah tak ada pekerjaan, Canah pun setuju-setuju saja. 

"Nyonya Green, Tuan Harold dan Nyonya Eleanore akan sampai di Bandara beberapa menit lagi, anda disuruh menjemput oleh Tuan Sean," Ucap supir Jennifer, Jennifer pun mengiyakan dan segera pergi ke bandara menyambut kedatangan mertuanya, sampai disana James dan Eleanore sudah mendarat jadi, Jennifer tak menunggu mereka terlalu lama, James dan Eleanore sangat senang dengan kehadiran menantu mereka, mengingat mereka tidak memiliki anak perempuan, Jennifer sudah dianggap seperti anak sendiri oleh mereka. 

Jennifer sesuai dengan perintah Harold segera menyuruh para chef untuk memasak makanan untuk makan malam keluarga Green, Harold juga senang dengan dibangunnya Green Foundation, namun Harold penasaran, "siapa yang akan mewarisi semua itu? kalian saja masih belum memiliki anak?" Harold berjalan menuju ruang tamu rumah Sean, Jennifer hanya tersenyum tanpa menjawab komentar Harold karena sebetulnya dia sama sekali tak pernah membahas soal anak dengan Sean, dan dia juga belum hamil kini.

"Kenapa menunggu hamil untuk membicarakan perihal memiki anak?" tanya Eleanore penasaran. Jennifer sama sekali tidak punya kalimat untuk memberi alasan agar mereka berhenti bertanya perihal anak, Sean kebetulan datang di waktu yang tepat, di tengah-tengah suasana tegang membahas yang Jennifer sendiri tidak mengerti mau jawab apa. 

"Papa, Mama, kok gak bilang kalau mau dateng, kan aku bisa jemput??" peluk Sean ke arah ayahnya, dia juga mencium tangan ibunya, Jennifer terlihat keheranan melihat Sean yang sama sekali tidak mengetahui kehadiran orang tuanya.

"It's ok, tadi Jennifer sudah menjemput kami, sepertinya kamu lupa apa yang sudah kita bicarakan berbulan-bulan lalu kan?" Tanya Harold melirik ke arah Sean.

"Sean, Sean. Ya sudahlah kalian bersiaplah untuk makan malam nanti". Perintah Harold, Sean dan Jennifer yang tak mengerti apa maksud Harold pun naik ke atas untuk bersiap, ini akan jadi mimpi buruk untuk Sean, namun bagaimanapun itu dia tidak bisa menolak perintah orang tuanya.


To be continued....

Despair FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang