Part 31

165 9 0
                                    

Tak mau membuat istrinya bersedih, Sean menuruti permintaan istrinya untuk menghadiri pernikahan Kevin dan Lara. Asisten mereka sudah menyiapkan semua baju dan barang bawaan beserta oleh-oleh dari Swedia untuk dibawa pulang, Jennifer merasa sangat senang dengan keputusan suaminya yang akhirnya mau kembali pulang dan menghormati pernikahan Kevin dan Lara dengan hadir di tengah-tengah mereka. 

Mereka segera menuju ke bandara dan naik pesawat kembali ke Bali. Sampai di Bali, pasangan suami istri itu dijemput oleh supir dan kemudian kembali ke rumah mereka. Mereka di sambut hangat oleh Harold dan Eleanore serta Thierry, anak mereka satu-satunya. 

Thierry sangat senang dan wajahnya yang tampan serta lucu membuat Jennifer tersenyum bahagia, namun, tiba-tiba raut wajahnya menjadi sangat kesakitan merasakan sesuatu yang tiba-tiba menyerang kepalanya. Jennifer memberikan Thierry ke gendongan suaminya, sedangkan, dia kembali duduk dan berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja. 

"Kapan kalian berencana memiliki anak lagi? Mama mau cucu perempuan." ucap Eleanore yang membuat kepala Jennifer lebih pusing. 

"Sepertinya, nanti saja kita bicarakan perihal ini, kami cukup lelah dan ingin istirahat sebentar," Sean menyerahkan Thierry kepada pengasuhnya dan dia mengajak Jennifer ke kamarnya untuk istirahat karena Jennifer terlihat sedang tidak baik-baik saja.

Sean yang melihat istrinya masih memegangi kepalanya, dia pun segera mengangkat Jennifer ke pelukannya dan membawanya ke kamar, Sean memanggil dokter namun, Jennifer menolak dan mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja setelah istirahat. Sean menarik selimut menutupi seluruh tubuh Jennifer, dia duduk di kursi sebelah Jennifer yang menghadap ke jendela, dia juga memesan kopi untuk di minum selama dia menjaga Jennifer. 

"Sayang, kenapa kamu masih ada disana?" ucap Jennifer yang masih mencoba mengumpulkan nyawanya setelah tertidur beberapa jam.

"Gak aku cuma khawatir aja, kamu bilang kamu gak mau ketemu dokter, kenapa? gimana perasaan kamu sekarang?" Tanya Sean mendekat kepada Jennifer yang masih merasa sedikit pusing.

"Gak, aku udah merasa baikan dikit setelah istirahat, kamu sini istirahat nanti kamu lelah duduk disitu terus." Ucap Jennifer yang membuat Sean mendekat dan berbaring di samping istrinya. 

Setelah merasa cukup beristirahat, mereka pun menghadiri pernikahan Lara dan Kevin. Jennifer mengenakan dress berwarna merah open chest, sedangkan, Sean mengenakan attire formal berwarna hitam, mereka dengan mesra bergandengan menuju ke pelaminan Lara dan Kevin. 

Kevin dan Lara membuat keputusan yang tepat dengan menikah karena mereka sudah saling jatuh cinta sejak Lara menyamar menjadi pembantu dan bekerja untuk Sean, meskipun, Kevin curiga namun, dia tak ingin jika Lara menjauh dari hidupnya. Karena itu Kevin ada untuk mendukung Lara menyelesaikan drama Scarlett.

Melihat pernikahan itu membuat Sean dan Jennifer merasa senang dan mengingat resepsi mereka tahun lalu yang mewah di Sydney. Setelah kembali ke rumah, Sean mengangkat Jennifer ke pelukannya, memegangnya dengan erat dan mencium bibirnya, menjejaki lidah Jennifer yang sangat lihai di dalam mulutnya. 

Tak ada orang di rumah, Thierry bersama dengan nenek dan kakeknya sedangkan, Jennifer asik melucuti kameja Sean, dia melepas kancingnya satu per satu dengan pelan dan setelah terbuka, Jennifer membuangnya ke sofa, begitu pun dengan jas Sean yang menjadi berserakan di sofa, Sean masih asik merasakan attractive nya mulut Jennifer yang tidak berhenti membuatnya bermain di dalam. 

Sean agak kesulitan membuka dress merah panjang Jennifer, jadi, Jennifer harus melepasnya sendiri dan Sean menatapnya penuh dengan nafsu yang menggebu-gebu. Keduanya telanjang dan tertawa bersama mengingat ketika pertama kali melakukan hubungan sexual. Jennifer menarik Sean ke atas ranjang dimana dia tertidur dan Jennifer duduk di atas Sean. Dia mengerang penuh dengan gairah, merasa senang penuh dengan cairan. Jennifer sudah basah ketika pertama dia memasukkan zakar Sean ke dalam dirinya. Dia merasakannya dengan nikmat, akan tetapi, dia merasa lemas seketika yang membuat Sean duduk dan memangkunya. 

Jennifer terus berpengangan erat tanpa bergerak sedikitpun sehingga Sean sangat kelelahan bermain sendiri sampai dia akhirnya terdiam dan mengeluarkan sperma ke dalam rahim Jennifer. Sean tak pernah merasa seperti ini sepanjang hidupnya, lagipula Jennifer masih muda apa yang terjadi sehingga dia tiba-tiba merasa lemas seperti itu?

Sean tak ingin membangunkan istrinya karena itu dia kembali tidur dan menyelimuti istrinya yang tampak kurang sehat setelah kembali dari pesta. 

"Apa yang terjadi semalam, kamu baik-baik aja kan?" Sean mendekat dan mengelus pundak istrinya yang sedang memakai pakaian setelah mandi, "Iya, aku cuma agak pusing aja." jawab Jennifer lirih, wajahnya terlihat pucat akan tetapi, dia sudah bersiap untuk pergi ke kantor, "Gak usah ke kantor dulu, kita ke dokter aja, ya?" pinta Sean memelas karena dia khawatir dengan keadaan Jennifer akhir-akhir ini. 

"Aku baik-baik aja, kamu pasti lihat aku pucat kan? itu pasti karena aku gak pakai lipstik. Tenang aja" ucap Jennifer menyeringai kepada suaminya yang terlihat murung karena mengkhawatirkan dirinya, "ya udah, kita sarapan aja kalau gitu. Thierry dimana?" tanya Sean yang belum mendengar suara tangisan putra tunggalnya. 

"Baru aja aku tidurin, Mama nganter Thierry pagi ini dan dia memasak untuk kamu." Jennifer memakai antingnya dan bersiap untuk sarapan. Dia tidak mengatakan kepada suaminya bahwa dia sempat berdebat dengan ibu mertuanya tadi pagi karena masalah anak. Mereka sudah memiliki seorang anak akan tetapi, Eleanore sepertinya masih ingin memiliki cucu lagi untuk mengamankan pewaris di keluarga Green.

Jennifer bukannya menolak, meskipun sudah mencoba berkali-kali dengan tidak memakai obat antisepsi, mereka tetap tidak memiliki anak lagi. Dia juga kesal dengan perdebatan bersama mertuanya yang membuat dia sempat berteriak membentak Eleanore ketika Sean masih tertidur dan dia kini takut menghadapi amarah Sean ketika ibunya menceritakan semuanya kepada suaminya. 

"Kapan kita akan berlibur lagi bersama Thierry, anak kesayangan Papa." ucap Sean yang mampir ke kamar anaknya, Jennifer agak gugup melihat pemandangan itu. Dia hanya ingin segera ke kantor meskipun perutnya sedang bergetar keroncongan. 

"Aku langsung ke kantor yah, ada yang harus aku kerjakan." ucap Jennifer mendekat ke arah Sean kemudian mencium kening anaknya. "Ya udah hati-hati." balas Sean.

Jennifer pergi tanpa pamit sedangkan, Eleanore naik ke atas dan memanggil Sean, "Istri kamu tuh keterlaluan, tadi pagi dia bentak Mama karena permintaan Mama yang ingin cucu lagi. Penting buat kalian memiliki anak lagi." ucap Eleanore yang terkesan memaksa, Sean sebetulnya emosi terhadap sikap istrinya karena bagaimana pun juga dia tidak suka apabila Jennifer membentak ibunya. 

Sean menyetir mobilnya menuju kantor, dia tidak bisa menahan lagi dengan apa yang ibunya ceritakan. Jennifer tak pernah berbuat seperti ini sebelumnya dan Sean tak ingin jika hal itu terjadi lagi. 

"Kenapa tadi pagi kamu bentak Mama, huh?" teriak Sean yang membanting pintu kantor Jennifer, "Dia memaksa aku untuk memiliki anak lagi dan aku pikir sudah cukup aku kasih kamu satu anak. Pernikahan kita juga semuanya adalah rencana. kalau kamu tidak suka kamu boleh ceraikan aku." ucap Jennifer yang membuat Sean semakin emosi dan mengangkat tangannya hendak memukul Jennifer. 

Namun, Jennifer memegangi kepalanya lagi, dia merasa pusing dan seketika pingsan. Sean segera menangkap Jennifer dan berteriak memanggil supir untuk menyiapkan mobilnya karena dia akan membawa Jennifer ke rumah sakit. 

To be continued...



Despair FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang