Sebetulnya bukan tabiat lelaki untuk lari saat dia mempunyai masalah, namun itu adalah pilihan Sean, saat dia sedang duduk dan minum red wine, Jennifer menghampirinya dan menyatakan yang sejujurnya, bahwa dia selama ini hanya mencoba mencintai Sean namun, hanya sampai di pertengahan jalan saja, Jennifer sudah meragukan dirinya, Sean hanya cuek menanggapi hal tersebut, dia hanya berpikir apa yang bisa dilakukan Jennifer saat ini ketika dia tidak punya pilihan selain menjadi istrinya. Sampai__
"Aku ingin bercerai, apapun resikonya akan aku lakukan." Ucapan itu seolah menampar wajah Sean, dia terkejut dan refleks sampai berdiri memandangi istrinya dengan sangat tajam, dia memegangi wajah istrinya dengan tegas dan mengatakan, "Tidak Jennifer, tidak akan" Sean melepaskan genggamannya lalu dia meninggalkan Jennifer sendirian di balkon.
Jennifer terus memaksa dan mengejar Sean, Sean yang seketika berubah mendingin, menatapnya dengan penuh amarah, Jennifer tak punya keberanian untuk menatapnya apalagi mengatakan bahwa dia ingin bercerai, tatapan Sean seolah menjatuhkan dirinya dalam hati Sean, menguncinya disana dan tak akan melepaskan dirinya.
"Apa alasannya?" Sean bertanya, dia menatap Jennifer dengan penuh amarah namun di balik itu ada hati yang takut kehilangan karena dia sudah jatuh cinta sejak pertama bertemu dengan Jennifer, hatinya memang tak mau mengakuinya.
"Karena kau akan melepaskan aku, kau akan menceraikan aku, apa kau sudah lupa?" Jennifer dengan penuh kesedihan namun belum ada air mata yang menetes dari matanya, "Sean, lupakan aku," perintah Jennifer kepadanya, dia mengelus pipi Sean, dengan keras Sean pun melepaskan tangan Jennifer dari wajahnya.
"Kalau kamu saja tidak bisa melupakan kenangan kamu, LALU BAGAIMANA DENGAN AKU?" Teriak Sean memarahi Jennifer, bukan sifatnya memang untuk merengek, tapi memang tabiat Sean bila sudah terjebak dengan satu wanita, dia tak akan melepaskannya begitu saja apalagi cepat melupakannya.
Sebut saja dengan Scarlett dulu, hanya satu malam yang terkesan beberapa jam, setelah itu tak ada pertemuan lagi, sama-sama menghilang, namun Sean masih berharap menemukan Scarlett, berharap bahwa dia akan melakukan hal itu lagi, seperti pada malam itu. Sayangnya, Scarlett sudah memilih jalan hidupnya sendiri, berpikir Scarlett akan menginginkan dia kembali saat dia berpura-pura bahagia dengan adiknya, namun perikahan itu seolah gagal total. Kini karena Sean sudah tidak memiliki harapan dari apa yang sudah dia mulai, dia harus melepaskan Jennifer.
"Aku akan mencoba melupakanmu, aku memang tidak bisa memaksa kamu mencintai aku setelah kebohongan ini, lagipula___pernikahan ini tidak sesuai rencana. Aku akan disini menunggu kamu untuk mengembalikan cinta yang sudah kau ambil, Jen. " Ucapnya sambil menatap ke arah foto pernikahan mereka, keduanya tampak tersenyum seolah sedang berbahagia, tak pernah mengerti bahwa pada akhirnya cinta akan menemukan Sean pada sosok baru yang kini harus dia lepaskan.
"Terima kasih karena kamu sudah jujur__Sean," Jennifer memanggilnya dan Sean pun berbalik, matanya memerah, dia benar-benar tak ingin berpisah dan menyesal telah memulai apa yang tidak ingin dia akhiri.
Jennifer memeluknya dan berbisik sesuatu pada Sean, bisikan itu cukup lama, sehingga Sean merasa telah timpali dengan beban rasa yang begitu berat, suara bisikan Jennifer terdengar cukup jelas di telinganya, memainkan tiap syaraf terdekat dengan lehernya dan mengalir melalu jantungnya yang membuat dia merasa berdebar-debar. Ucapan sekaligus pesan terakhir Jennifer membuat Sean sedikit tersenyum kemudian dia mengangkat Jennifer ke gendongannya untuk yang terakhir kali.
Adu mulut dan ciuman yang memainkan lidah mengunci tiap detik rasa cinta pun tak terelakkan, Sean menahan Jennifer di balik dinding rumah mewahnya dengan jendela tertutup, namun pintu balkon yang terbuka membuat angin masuk dan seketika mereka kedinginan dalam gelap malam yang cukup cerah, suara angin seolah menyampaikan pesan agar Sean membuka lipatan paha Jennifer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Fate
RomanceJennifer tak mempunyai pilihan selain menikahi Sean Green, Ceo muda 27 tahun, tampan berbadan kekar, berkarakter dingin tak seperti pria umumnya yang selalu dia bayangkan. Dia kehilangan segalanya, harta, kekayaan, nama keluarga bahkan orang tuanya...