Di bawah rintikan hujan, Jennifer dan Kevin berlarian mencari tempat untuk berteduh, kembali ke Bali memang bukan pilihan, namun apa boleh buat Jennifer sudah terlalu kecewa dengan kebohongan Sean, Sean yang selama ini hanya memanfaatkan dirinya, hanya menggunakan dirinya untuk nafsu balas dendamnya, membuat dirinya terjebak pada sebuah keadaan, Jennifer memang membutuhkan uang, dia sama sekali tidak mengerti bahwa semua itu hanyalah akal-akalan Sean.
Dia telah berhasil ditipu oleh seseorang yang sebenarnya dia mulai menaruh rasa, Jennifer setidaknya mencoba memberikan separuh hati dan perasaannya kepada Sean sedangkan setengahnya masih terdapat pemiliknya, Kevin lah orangnya. Laki-laki di sampingnya yang sangat dia benci kini. Tak ada alasan untuk Jennifer mengapa dia harus kembali kepada Kevin suatu hari nanti meski dia mendapatkan kesempatan untuk menungggu. Menunggu dimana Scarlett mati dan dia dapat leluasa mencintai Kevin kembali, namun apakah itu mungkin?
"Scarlett dia akan membunuhku jika kamu tau segalanya, Jen". Ucap Kevim sendu, dia pun terjebak oleh permainan Scarlett yang alasan utamanya Kevin tidak ketahui, serta tak mungkin bagi Kevin membobol rahasia istrinya, bukan cuma dia yang akan mati, orang yang dia sayang pun akan menderita hal demikian.
"Aku minta maaf gak bisa cerita, tapi kamu harus percaya, akupun sama hancurnya menerima keputusan itu, aku diantara 2 pilihan antara keluargaku dan kamu, semuanya sudah terlanjur, 2 tahun sudah berlalu dan 2 tahun juga aku telah membohongi kamu". Ucapnya sambil tersenyum tipis, Jennifer hanya tersenyum menatap Sean, dia tidak mengerti entah masalah apa yang sedang menimpa Kevin tapi dirinya pun tak kuasa untuk membantunya apalagi dari segi finansial.
"Sulit untuk percaya setelah apa yang kamu lakukan setelah bertahun-tahun lamanya kita bersama, kamu menujukkan bahwa kamu mempunyai orang lain yang perlu kamu pertahankan, entah benar atau tidak, bohong atau tidak itu urusan kamu, vin. Masalahku kini hanya menerima permintaan maaf Sean" Ucap Jennifer yang menatap ke arah jalan, keadaan sudah mulai mereda, hujan tak lagi lebat. Jennifer mulai melangkahkan kaki dari halte bus menuju mobil jemputan yang sudah ia telpon sejam yang lalu.
"Jika takdir kamu memang melayani Scarlett demi orang yang kamu cinta, lakukanlah dengan ikhlas, karena kamu tidak akan tau kapan kamu akan bertemu dengan orang yang kamu cintai lagi." tambah Jennifer sebelum masuk ke dalam mobilnya.
Ucapan itu cukup sederhana, Kevin hanya perlu melakukan apa yang sudah dia mulai, melindungi keluarganya dan tetap bermain dalam permainan Scarlett, namun mungkin akan agak lama untuk Kevin menemukan seseorang yang dia cintai seperti Jennifer. Kevin tak pernah menatap Scarlett lama seperti apa yang sering dia lakukan pada Jennifer.
"JENNIFER!!!! kamu bilang kamu akan ada saat aku butuh kamu???" Teriak Kevin mencoba menghentikan mobil Jennifer, Jennifer sama sekali tak menggubris ucapan terakhir Kevin itu, sampai akhirnya dia melihat Kevin tergeletak lemah karena tertabrak oleh motor yang cukup keras, Jennifer mengedipkan matanya melihat hal itu, seketika dia pikir itu mimpi.
Dia segera menyuruh supirnya untuk berbalik dan menolong Kevin yang terluka di bagian kepalanya karena berbenturan dengan jalan, Kevin masih menyadarkan diri dan meminta Jennifer untuk menjaga dirinya dan keluarganya jika dia tidak selamat, tak mau membuang waktu dengan banyak drama, supir Jennifer dan dirinya segera mengangkat Kevin ke mobil dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Jennifer merasa cemas namun dia tak mau menghubungi siapapun terutama Scarlett, dia hanya takut untuk menghadapi fakta jika Scarlett menghina dan merendahkannya lagi, dia sudah cukup muak dengan saudara perempuannya itu. Jennifer rasanya tak mau melihat wajah Scarlett, sementara dia hanya ingin sendiri bersama dengan ketenangan namun hantu akan masalah yang baru saja di hadapinya seolah ingin membunuhnya kini.
Selama ini Jennifer hanya membohongi dirinya, dia menikahi Sean hanya untuk menggantikan seseorang yang masih dia cintai, alih-alih mengobati lukanya Jennifer semakin ragu akan pilihannya, dia berpikir untuk tidak kembali kepada Sean, karena dia tak mau menyakiti Sean dia pun tak ingin kembali untuk hal yang tidak bisa dia lakukan yakni mencintai Sean dengan sepenuh hati.
Di balik awan mendung yang menyelimuti pikirannya, terselip suatu hal yang membuat Jennifer tersadar serentak, "Jika ini adalah permainan Scarlett maka, aku bisa mempermainkan Scarlett kembali". Tapi, Jennifer tak mau kembali ke masa lalunya, dia hanya akan melakukan sedikit trik agar Scarlett tidak mengganggu hidupnya bersama Sean, ada sedikit rasa yang Jennifer simpan untuk seorang Sean, meskipun kini dia ragu tapi dia tak punya pilihan lain selain melanjutkan pernikahan palsu itu.
Bunyi ponsel Jennifer berdering membangunkan lamunannya, Jennifer melebarkan matanya, melihat siapa gerangan yang sedang menghubungi dirinya, tertulis dengan jelas nama Sean dan fotonya yang telanjang setengah badan memamerkan six-pack nya. Jennifer dengan berat hati menolak telpon itu meskipun dia sebenarnya ingin bercerita banyak hal kepada Sean karena Sean adalah pendengar yang baik meskipun kadang-kadang begitu jahil.
Jennifer mematikan ponselnya seketika dokter yang menangani Kevin keluar, hati Jennifer semakin terselimuti dengan rasa takut dan kekhawatiran yang tiada akhirnya sejak dia menyaksikan apa yang terjadi pada Kevin sejam yang lalu.
"Pak Kevin saat ini sedang baik-baik saja, dia hanya terluka di beberapa bagian kepala dan kaki, kami sudah merawatnya, dia bisa kembali besok karena tidak ada yang begitu parah." Ucap dokter itu, "Terima kasih, dok" Kata Jennifer, dokter itu hanya membalas sama-sama lalu pergi meninggalkan Jennifer, tak terselip pertanyaan siapa Jennifer untuk Kevin, mungkin dokter itu berpikir Jennifer lah istrinya. Pikirnya, sebelum dia memasuki ruangan Kevin yang berbau penuh dengan obat-obatan.
"Kenapa tak membiarkan aku mati, aku akan hidup dalam bayangan seseorang dan kamu tau itu__" Ucap Kevin memarahi Jennifer karena telah menolongnya dari rasa sakit di cabutnya nyawa,
"Dulu aku juga seperti kamu, putus asa, ingin mengakhiri hidup seolah tak ada harapan, tiba-tiba Sean muncul, dia yang memberikan aku hidup namun dia juga yang menghancurkannya" Ucap Jennifer menyeringai menatap Kevin yang mengernyitkan dahinya karena keheranan, Kevin merasa cinta Jennifer kepada Sean tak tulus.
"Seandainya aku seberani kamu melawan takdir___" Balas Kevin semakin terdengar keputus- asaannya.
"Aku tidak melawan takdir, Kevin, aku hanya menerimanya saja, cerita kita jelas berbeda, meski dulu kita pernah bersama-sama," Jennifer menghela nafas, kemudian mengeluarkan bebannya untuk bercerita hal yang lebih berat.
"Pernah kamu pikirkan bagaimana melupakan semua kisah selama 8 tahun itu? selalu ku katakan bahwa setiap kata yang kau ucapkan dengan suara khasmu itu selalu membuatku mabuk, melayang dalam pikiranku, suara itu selalu menjadi obat dikala sendu menyapa membuat rindu memaksa untuk masuk, matamu dengan tatapannya juga berbeda, setiap intrik yang dimainkan bola mata itu aku masih ingat detail sekali, bagaimana mungkin menggantikan sosok kamu secepat itu? normalnya orang akan trauma untuk memulai kembali, to settle down to even more serious relationship". Sean menatapnya dengan sendu, mendengar dari balik pintu semua ucapan Jennifer, Jennifer hanya saja tidak melihat kehadiran suaminya.
"Kita bisa memulai kembali__" Ucap Kevin lugu,
"Jika aku hidup, aku hanya punya satu alasan, I had attached to someone, jika itu bukan aku maka suratnya mengatakan sebaliknya, Kevin. Pernikahan bukan permainan, seperti Scarlett mempermainkan kamu, meskipun Sean berbohong, tetap dia mencoba___" Kevin memotong ucapan Jennifer dan mengatakan mungkin asumsi kamu salah, bagaimana jika Sean ternyata masih menyimpan niatnya?
Timbul keraguan lainnya dalam hati Jennifer, cintanya untuk Sean masih membutuhkan beberapa dukungan, seperti bunga yang baru berbentuk benih, dia butuh tanah yang subur, air yang cukup, udara dan sinar matahari untuk mekar. Jika ada keraguan atau badai yang terus menerus menerpa Jennifer sendiri meragukan bahwa cintanya akan tumbuh berkembang bersama seseorang yang tak pernah dia harapkan sebelumnya.
Dia perlahan keluar dan melihat suaminya menteskan air matanya, Sean berbalik meninggalkan Jennifer, dia merasa sakit hati untuk yang ke sekian kalinya, Jennifer pun mengejar Sean, sayang sekali Sean sudah berlari cukup jauh.
To be continued.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Fate
RomanceJennifer tak mempunyai pilihan selain menikahi Sean Green, Ceo muda 27 tahun, tampan berbadan kekar, berkarakter dingin tak seperti pria umumnya yang selalu dia bayangkan. Dia kehilangan segalanya, harta, kekayaan, nama keluarga bahkan orang tuanya...