Setelah Jennifer meninggalkan pekerjaannya sebagai direktur di perusahaan suaminya, dia tetap membantu pekerjaan suaminya sedikit. Kini dia fokus menjadi ibu yang baik untuk Thierry dan Jade dan menjadi istri yang baik untuk suaminya. Dia memasukkan ayam ke wajan dengan minyak yang sudah panas. Dia menggoreng ayam itu dan menyiapkan nasi dibantu oleh pembantunya. Sean yang datang dan melemparkan senyum manis kepada istrinya yang lebih perhatian kepada dirinya dan anak-anaknya.
Jennifer merasa lebih nyaman berada di rumah ketimbang berada di kantor karena dia bisa mengawasi anaknya dan kini dia tidak merasa pusing karena hanya mengurus anak dan suami. Pekerjaannya juga lebih mudah karena dibantu oleh dua babysitter yang selalu ada di kamar Jade dan Thierry.
"Sus, nanti kalau ada apa-apa langsung telpon ya, saya mau ke rumah temen saya." ucap Jennifer memesan kepada salah satu babysitternya karena dia ingin pergi ke tempat Vania.
Vania adalah salah satu teman lama Jennifer yang kini tinggal sendiri karena suaminya sudah meninggal tahun lalu. Jennifer diundang dalam acara ulang tahunnya. Vania juga masih muda dan dia masih belum menikah lagi.
"Hi, Jennifer, senang kamu datang kesini. Ada Yasmin juga disana. Apa kabar kamu?" ucap Vania menyambut kedatangan Jennifer ke acara ulang tahunnya.
"Baik, kamu gimana? udah lama. mm, setelah acara ini bisa kan kalau kita bicara pribadi?" pinta Jennifer pada Vania. Vania menganggukan kepalanya tanda setuju. Dia kemudian menyambut tamu yang lain.
Jennifer tentu tak bisa disana lama-lama karena dia harus kembali sebelum petang akan tetapi, sepertinya Vania begitu sibuk sehingga tak sempat berbicara dengan Jennifer. Dia terpaksa menelpon Sean karena dia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan teman-temannya akan tetapi, Sean masih belum kunjung mengangkat telpon Jennifer.
"Jennifer, aku gak mau kamu disana lama-lama, ya? emangnya kenapa sih kok harus sampai malam, huh?" Jennifer terpaku, dia tak mengerti harus memberi jawaban apa kepada suaminya. Dia terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Acaranya masih berlangsung semua teman lama aku ada disini, please lah. Cuma sekali ini kok." pinta Jennifer memelas di telpon, "Gak, kamu harus pulang karena aku ingin kita makan malam di luar. Aku jemput kamu sekarang." Sean memaksa karena dia tak ingin istrinya mengabaikan dirinya.
Jennifer menutup telponnya seolah tak peduli. Dia mendekat kepada Vania yang sedang mabuk dan mengajaknya ke tempat yang lebih tenang dan berbisik sesuatu di telinga Vania. "Apa kamu sudah gila, ya? Jennifer, memang benar aku ini single tapi, aku gak mau melakukan apa yang barusan kamu bilang karena aku gak bisa meskipun aku akan melakukan ini demi kamu, Jen. Aku gak mau kamu lebih sakit di hari-hari terakhir kamu nanti." ucap Vania menolak permintaan Jennifer.
"Vania cuma kamu yang bisa aku percaya, aku gak mau kalau suatu hari nanti Sean patah hati lagi. Setidaknya dia harus menemukan seseorang yang benar-benar cocok dengannya dan aku pikir kamu lah orangnya. please, demi aku, ya?" pinta Jennifer memelas kepada Vania yang terlihat mengerutkan wajahnya.
"Aku yakin kamu pasti baik-baik aja, OK. Karena aku sebenarnya juga sudah menemukan orang lain yang aku cintai, jadi, mana mungkin aku meninggalkan dia dan menikahi suami kamu?" jelas Vania.
"Maaf, ya." ucapnya sekali lagi, Jennifer tak bisa berbuat banyak selain menganggukan kepalanya dan mengucapkan terima kasih.
Jennifer di vonis kanker otak stadium awal dan sebenarnya dia sudah lelah dan tak mungkin dia akan hidup lebih lama apalagi dengan kegiatan yang begitu menyibukkan dirinya. Dia juga sudah menjalani beberapa perawatan setelah kelahiran Jade dan dia akan terus menjalani perawatan tersebut secara rahasia tanpa sepengetahuan suaminya.
Dr. Yasmin mengatakan ada kemungkinan Jennifer untuk sembuh akan tetapi, dia sangat putus asa. Setelah semua badai yang menerpa keluarganya, kini dia akan pergi untuk selamanya, meninggalkan bahtera rumah tangga yang baru saja dia bangun bersama Sean. Sebuah keputusan yang berat untuk menemukan pengganti dirinya. Vania adalah temannya yang baik dan kini wanita itu sudah akan menikah lagi.
Vania mengumumkan tanggal pertunangan dan tanggal pernikahan tepat setelah Jennifer meminta Vania untuk menikahi suaminya dan menjadi ibu dari anak-anaknya. Vania tak akan menolak jika saja dia tidak akan menikah, sayangnya, dia memang akan menikah dengan Anton dan hal tersebut tak dapat membuat dirinya menikahi siapa pun selain Anton.
"Aku yakin, kamu bisa sembuh kok, Jen." ucap Yasmin menepuk pundak Jennifer dan menguatkan Jennifer yang sepertinya sedang merasa terpuruk karena hasil lab nya yang menunjukkan dirinya positif kanker otak.
"Bagaimana kalau tid__" Jennifer berhenti karena Sean sudah terlihat mendekat ke arah mereka berdua, "Aku pergi dulu ya, mau dinner." ucap Jennifer pamit.
"Vania mau nikah lagi?" Sean bertanya karena dia sempat melihat Vania dan Anton berciuman, "Iya, mereka mau nikah bulan depan. Tumben kamu ngajak makan malam di luar?" Jennifer menatap Sean dalam. Di dalam hatinya dia merasa bersedih karena dia sudah sangat mencintai Sean dan dia takut ketika dia pergi nanti dan mematahkan hati Sean lagi.
"Aku kangen kamu, aku cuma mau kamu di hidup aku." ucap Sean yang lebih menghancurkan hati Jennifer. Andai saja dia bisa merubah takdir, dia pasti akan menolak kanker itu dan memilih hidup lebih lama bersama dengan Sean.
"Aku juga kangen kamu, aku juga ingin bersama kamu selamanya. jika itu mungkin." Jennifer tak tahan lagi, dia meneteskan air matanya dan memeluk Sean yang duduk di sampingnya, "Hey, kenapa gak mungkin. Aku akan selalu ada untuk kamu dan kamu juga. Kalau mau liburan nanti juga boleh." ucap Sean
"Gak deh, aku cuma mau disini sama kamu dan anak-anak. Semoga apa yang menjadi kekhawatiran aku hilang dan aku bisa hidup dengan kamu dan anak-anak." Sean mengernyitkan dahinya dan dia berpikir apa yang sedang istrinya khawatirkan?
"Kamu khawatir? soal apa?" pertanyaan itu membangunkan kesadaran Jennifer yang keceplosan karena terlalu khawatir dengan apa yang dia derita. "Oh gak, aku cuma khawatir aja gak bisa main sama anak-anak lagi karena aku masih mau kerja. Jenuh juga di rumah." ucap Jennifer dengan alasan yang agak masuk akal.
"Kamu yakin kan tidak menyembunyikan sesuatu dari aku?" Sean bertanya lagi karena dia tidak ingin ada rahasia di dalam rumah tangga mereka.
"Gak, gak ada. kalaupun ada memangnya apa? di dunia ini aku cuma cinta kamu setelah Kevin. Dia juga sudah menikah, lagipula kamu kan tau aku sering ke arisan dan di rumah sama anak-anak gak lebih dari itu." jawab Jennifer.
"Aku merasa kamu menyembunyikan sesuatu, Jen." ucap Sean yang semakin khawatir.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Fate
RomanceJennifer tak mempunyai pilihan selain menikahi Sean Green, Ceo muda 27 tahun, tampan berbadan kekar, berkarakter dingin tak seperti pria umumnya yang selalu dia bayangkan. Dia kehilangan segalanya, harta, kekayaan, nama keluarga bahkan orang tuanya...