Jennifer yang masih penasaran dengan suara ibunya yang menelpon dan berteriak seperti tidak biasanya, Jennifer pun menelpon ulang ke kontak ibunya, dia melamun karena telpon itu hanya operator yang menjawab, sudah berkali-kali, semakin khawatir Jennifer pun menelpon telpon rumahnya. Hening dan nyambung dengan nada sambung yang khas, akhirnya ada salah seorang pembantu yang mengangkat telpon Jennifer.
"Bi, tadi ada apa kok mama teriak-teriak di telpon??" Jennifer bertanya kepada pembantu itu yang mencoba menjelaskan situasi di rumah Renaldy yang sedang cukup kacau, "Anu, tadi mbak itu, nona Scarlett mencoba bunuh diri, dia menyayat pergelangan tangannya kemudian mencebur di kolam tepat di depan nyonya Trivia tadi," Ucap si pembantu gugup.
"Scarlett? bunuh diri? sekarang dimana dia?" Tanya Jennifer yang semakin diselimuti oleh rasa khawatir, meskipun Scarlett menyakitinya tapi, tetap saja Scarlett adalah kakak perempuannya, dia tidak bisa menolak rasa kekhawatiran yang kadang muncul untuk keluarganya, setelah pembantu itu memberikan lokasi dan alamat dimana Scarlett berada, Jennifer pun menutup telpon seketika dan pergi ke rumah sakit tanpa Cara.
Sepanjang perjalanan Jennifer merasa gelisah, resah serta penuh bersalah, tak seharusnya dia memanggil Scarlett pelakor meski itu adalah faktanya, tak seharusnya dia menerima tawaran Kevin saat dia sudah menikah sekaligus status Kevin demikian pula telah menikah, namun apa boleh buat kini, yang terjadi sudah terjadi baik Jennifer atau siapapun tak dapat merubah suratan takdir.
Setelah sampai di sebuah rumah sakit di kota Bali, Jennifer segera turun dari mobil dan bertanya kepada resepsionis dimana Scarlett dirawat kini, setelah mendapatkan informasi, Jennifer pun segera ke lantai atas dan menemukan kedua orang tuanya berdiri mondar-mandir dengan kegelisahan,
Melihat Jennifer datang ke arahnya tak membuat Trivia lebih tenang, kedatangan Jennifer justru memicu amarah yang menybabkan Trivia menghadiahi sebuah tamparan tepat di pipi Jennifer, Jennifer hanya bisa menatap ibunya dengan tajam, sedangkan mata Trivia penuh amarah dan haus akan darah. Darahnya semakin naik tatkala mengingat perihal Jennifer dan suaminya.
"Puas kamu!!!" Ucap Trivia, "Puas kamu membuat kakak kamu hampir mau mati, mama gak akan pernah maafin kamu kalau sampai terjadi apa-apa dengan Scarlett, paham kamu Jennifer." tambah Trivia yang mengarahkan bola matanya dengan sangat tajam menatap Jennifer.
Jennifer ingin menjelaskan yang sebenarnya namun dia ragu jika orang tuanya akan percaya dengan ucapannya, Jennifer memilih untuk diam di situasi yang menegangkan, Trivia yang panik pun menelpon Kevin namun Kevin tidak mengangkat telpon itu yang berakhir dengan kemarahan Trivia yang dilampiaskan kepada Jennifer.
"Kamu bawa kemana Kevin, Jen?" Ucap Trivia menuduh Jennifer menculik Kevin secara tidak langsung, Jennifer yang tak mengerti apa -apa pun hanya menggelengkan kepalanya dengan mata yang penuh sendu dan air mata yang hampir keluar.
Trivia yang tak sabar dengan keadaan itu pun seakan ingin menampar Jennifer lagi karena kesal dengan ulahnya, "Sudah cukup Trivia!!!", James mencoba memegangi tangan istrinya yang hampir mendarat di pipi Jennifer.
"Ini akibatnya kalau kamu terlalu memanjakan dia, lihat anak ini sekarang, tidak jelas. tega sekali dia ingin menghancurkan rumah tangga kakaknya, " Jennifer menangis mendengar hal itu, tapi dia tetap kuat.
"Bukankah sebaliknya??" Ucap Jennifer kepada kedua orang tuanya, hal ini memicu amarah James yang sejak tadi terdiam menyaksikan istri dan anak perempuannya bertengkar,
"Jennifer, dengar Scarlett mengatakan bahwa kalian hanya berteman dan Kevin jelas melamar Scarlett saat itu dan kami mengetahui hubungan rahasia kalian jelas kami tidak merestuinya karena Kevin akan menjadi calon suami Scarlett___Dan ya jelas kamu yang ingin menghancurkan pernikahan mereka berdua!!! pergi kamu dari sini!!! jangan kembali sampai kamu menyadarkan diri." usir James mengayunkan tangannya ke arah Jennifer tanda dia telah mengusir Jennifer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Fate
RomanceJennifer tak mempunyai pilihan selain menikahi Sean Green, Ceo muda 27 tahun, tampan berbadan kekar, berkarakter dingin tak seperti pria umumnya yang selalu dia bayangkan. Dia kehilangan segalanya, harta, kekayaan, nama keluarga bahkan orang tuanya...