07

437 65 24
                                    

Tangisan sepasang suami istri tak terdengar lagi, hujanpun mulai berhenti. Senja yang kelabu yg candu telah berganti dengan malam tanpa bintang.

Atta melepas pelukan aurel.

"Sayang kamu istirahat, aku mau keluar dulu" kata atta sambil beranjak mengambil jaket.

"Kamu mau kemana?"

Atta tak menjawab ia segera membuka pintu dan meninggalkan aurel begitu saja.

Ketenangan yg aurel rasakan saat berada di pelukan atta, kini hilang seketika. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya.

'Kenapa atta?'
'Apa dia marah?'
'Apa dia kecewa?'
'Aku butuh dia'
'Dan yang dia butuhkan juga aku, istrinya'
'Mau kemana dia?'
'Aku takut dia..'

Dan masih banyak lagi pertanyaan juga pernyataan dibenak aurel yang semakin membuat aurel tak enak hati.

Ia segera bangkit dan menyusul suaminya keluar kamar, sambil terpogoh2 ia berusaha sekuat tenaga berjalan cepat, berharap suaminya belum pergi.

Namun sayang, saat aurel membuka pintu, tepat mobil tesla hitam atta telah menghilang dari pandangan.

Kaki aurel tak sanggup lagi berdiri, ia terduduk, dengan berbagai pikiran di kepalanya, dugaan dugaan buruk berenang disana, tak lupa segela ketakutan juga merundung aurel saat ini.

"Kaka!!" panggil seseorang.

Ternyata itu sohwa dan jidah, mereka baru saja sampai karena uminya menyuruh mengantarkan makanan untuk aurel. Namun mereka menemukan aurel yg tengah duduk di depan pintu dengan tatapan kosong dan air mata bercucuran, ia menangis tanpa suara.

Sohwa dan jidah segera membantu aurel untuk bangun.

"Kaka ngapain disini? Ayo masuk"

Mereka membantu aurel menuju kamar.

"Makasih, kalian boleh pulang"

"Tapi kaka gapapa? Kenapa td bisa jatoh?" tanya jidah.

"Aku gapapa aku pengen sendiri, please"

Jidah dan sohwa saling pandang, jujur mereka merasa iba melihat iparnya seperti ini, ingin sekali mereka menghibur, tapi itu semua sepertinya sulit, bahkan untuk sekedar menemani saja aurel tak mengizinkan itu.

"Yaudah, kamu istirahat, ini umi bawain opor ayam sama rendang buat kaka, jangan lupa dimakan ya, nanti aku simpen di pantry" kata sohwa.

Aurel tersenyum pahit.

"Iya, bilangin sama umi makasih"

Mereka berdua mengangguk dan segera pulang.

Saat ia kembali sendiri, tangisnya mulai terdengar lagi, ia lelah harus menguatkan diri, namun gagal lagi dan lagi, ia lelah menahan beban ini sendiri dan lelah dengan keadaan saat ini.

Aurel tau atta kecewa, tapi disaat seperti ini seharusnya mereka bersama saling menguatkan, bukan saling meninggalkan.

Aurel merebahkan tubuhnya di kasur dan kembali menangis sampai akhirnya ia tertidur.

Couplepreneur-AHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang