09

504 73 27
                                    

Suasana dirumah atta dan aurel tegang, semua orang sedang menunggu aurel diluar kamar sedangkan atta menemani istrinya di dalam saat dokter memeriksanya.

"Sayangg maaf... Maaf... Aku mohon bangun" kata atta terisak, tangannya tak sedetikpun melepaskan tangan aurel yg semakin panas.

'TERUS AKU HARUS NYALAHIN SIAPA? NYALAHIN ANAK KITA GITU?! BARU AKU TINGGAL SEBENTAR AJA ANAK KITA UDAH MENINGGAL, APALAGI KLO AKU TINGGAL LAMA MUNGKIN SEKALIAN SAMA KAMUNYA MENINGGAL!'

Kalimat yang semalam ia katakan, kembali terngiang. Tapi demi apapun, atta tak sungguh2 mengucapkannya, ia kelepasan.

Saat ini atta bukan hanya hancur, tapi ia terlihat kehilangan separuh jiwanya. Kekosongan itu sangat terlihat, atta tak henti2 menangis, padahal air matanya sudah kering.

Rasa sakit itu terpampang jelas, pasti kalian tau bagaimana sakitnya ketika seseorang menangis tapi ia tak mampu mengeluarkan air matanya lagi?

Jiwa atta hilang berkeping2, ia hanya butuh aurel. Sekarang.

"Dok gimana istri saya?"

"Istri bapak kelelahan, maag nya juga kambuh karena kurang asupan makanan, dia demam karena terlalu lama berada di air, ditambah dia stress berat. Apa dia sedang mengalami masa sulit?"

Atta terdiam.

'iya' jawab hatinya.

"Jika iya, tolong temani. Seseorang yg dalam keadaan sulit dan kehilangan semangat hidup, biasanya ada kemungkinan untuk mengakhiri hidup. Saat ini mentalnya terguncang hebat, jangan diberi beban tambahan. Luka yg dia rasakan, akan sulit disembuhkan"

Hati atta mencelos.

Apa yg seharusnya tidak atta lakukan, malah atta lakukan. Rasa penyesalan itu menebal, ia marah pada diri sendiri. Bagaimana kalau aurel benar2 ingin mengakhiri hidupnya? Tidak. Tidak. Atta bisa benar2 gila jika itu terjadi.

"Biarkan pasien istirahat dulu, kelihatannya ia juga kurabg tidur"

Atta mengangguk.

"Terimakasih dok"

Setelah dokter itu berlalu atta memeluk aurel erat, rasa sakit kehilangan bayinya, tidak seberapa dripada rasa sakit karena penyesalan yg kini berada di bahunya.

Atta ingin aurel bangun. Sekarang.

"Sayang.. Aku mohon bangun.. Maafin aku..maaff... Aku udah gagal jadi suami kamu.. Jangan pernah tinggalin aku.. Saat ini kita harus jalanin ini bareng2 kan? Bangun sayang bangun..."

Atta semakin erat memeluk aurel, ia menangis tersedu, rasa penyesalan, amarah, rindu, dan ribuan perasaan lainnya menjadi satu. Tubuh aurel yg biasanya hangat, dan nyaman. Kini panas dan menyiksa. Ini hukuman dari Tuhan untuk Atta. Atta sadar itu.

Atta melepas pelukan aurel, ia meninju lantai berkali2, amarahnya tak terkendali. Ia ingin mati.

***

Dering ponsel berbunyi dibawah bantal aurel, jelas itu mengganggu ketenangam aurel.

Aurel membuka mata pelahan, terasa berat. Bukan hanya mata, tapi tangannya juga. Seseorang mendekap aurel dari samping.

Itu atta. Suaminya.

Entah aurel harus marah, atau senang melihat suaminya kembali. Siapa yang tak sakit hati disebut pembunuh? Tapi siapa yang tak senang, setelah perdebatan panjang suaminya kini ada disampingnya dan memeluknya?

Couplepreneur-AHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang