Hanya ingin berbagi kisah keseharian delapan bersaudara yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi saudara kandung.
Hidup dalam satu atap, harus saling berbagi dan menjaga, kalau masalah rasa sayang sudah pasti ada secara alami.
Kalian bisa ikut merasakan...
Teriakan Harsa disusul oleh tawa terbahak-bahak Jenan, orang itu lari kenceng banget dari toilet sampai duduk di sebelah Abel terus ngambil camilan dia tas meja tanpa permisi.
"Kenapa si Harsa?"
"Lagi mandi doang."
"Terus kenapa itu teriak?" Jenan tak menggubris, soalnya yang nanya Resga, terus yang ditanyain Harsa, bisa-bisa Jenan dibiarin tidur di comberan depan rumah kalau dia jawab jujur.
"BANG JENAN LO KE MANA!? INI LAMPUNYA NYALAIN BEGO!"
Resga berdecak, ia berdiri dan segera pergi ke arah kamar mandi untuk menyalakan lampunya. "GINI KEK DARI TADI!"
"Gue Resga."
"Eh.... iya, makasih mas!" pekiknya dan tak lama suara aliran air dari shower mulai terdengar kembali.
"Kebiasaan banget, gak bisa tenang sehari aja," ujar Resga beralih duduk di meja makan bersama Arjuna.
"Jun," panggil Resga. Arjuna mengangkat pandangan dari buku fisika di hadapannya. "Panas ya?" Arjuna hanga mengangguk, cuaca hari ini emang panas banget, padahal tiga kipas angin udah dikeluarin, tapi tetep kalah sama energi matahari, kayaknya dia semangat banget bikin orang kepanasan hari ini.
"Turunin lengan bajunya." Seketika mata Arjuna terbelalak, segera ia turunkan kedua lengan bajunya. Kecil harapan Arjuna kalau Resga belum melihat jejak luka lebam di lengannya.
Tapi walaupun mustahil, Arjuna tetap berusaha bertingkah seolah tak ada bekas luka di sana, ia melanjutkan aktivitas mengerjakan tugas fisika.
"Banyak tugasnya?" Arjuna lagi-lagi hanya mengangguk. "Mas gak kasih tau Arka atau Jian, Ajun mau cerita?"
Kegiatan menulis Arjuan terhenti, tangannya yang berada di bawah meja bergetar hebat. "Cerita apa? Sekolah gue gitu-gitu aja kok."
"Ya terserah mau cerita apa. Mau cerita kalau kemarin lo napas berapa kali juga gak masalah."