Harsa meraih kunci mobilnya namun dalam sekelibat beralih ke tangan Gibran, "Gue aja yang bawa," ujarnya. Harsa jelas senang, akhirnya dia bisa duduk santai atau mungkin tidur dalam perjalanan ke sekolah.
"Ajun, ayo," ajak Gibran, dia menarik ujung seragam Arjuna dengan pelan tapi tetap membuat anak itu ikut jalan bersamanya.
"Gibran, Abel belom siap, tungguin dong." Ucapan Jian tak menghentikan langkahnya, dia tetap berjalan walau Arjuna sempat menoleh pada Jian seolah meminta Gibran untuk menunggu Abel.
"Itu, Abel belom, bang," peringat Arjuna barangkali Gibran tidak mendengar ucapan Jian barusan. "Tau, dia gak bareng kita, udah buru masuk." Arjuna mengernyit, "Kok gak bareng?"
"Gak pa-pa, masuk aja sana, mas Harsa masih makanin roti." Gibran membukakan pintu penumpang di depan untuk Arjuna, setia berdiri di situ hingga adiknya benar-benar sudah duduk dengan nyaman. "Bentar ya."
Gibran kembali masuk ke dalam rumah, ia menghampiri Jian yang sedang duduk di meja makan. "Abel gak bareng kita," katanya.
Jian sontak menoleh, "Emang dia bilang gitu?" Gibran menggeleng, "Kan tadi gue yang bilang," jawabnya. "Kenapa gak bareng?" tambah Jian.
"Gak mau," balas Gibran santai. Harsa yang biasanya bakal langsung protes kalau udah bersangkutan dengan rasa peduli pada sesama saudaranya kini tetap tenang mengunyah roti bakar.
"Ya udah Harsa aja yang nyetir, kalau gitu Abel boleh bareng kan?" Harsa menggeleng cepat, "Gak," selanya. "Kalian kenapa? Abel kan harus ke sekolah juga, masa gak ada yang anter? Biasanya kan juga sama kalian."
"Abang gak bisa emang? Selama ini selalu gue yang anterin ke sekolah, padahal anak di sini ada banyak."
"Lo gak ikhlas anterin adek-adek lo? Lagian kan kalian satu sekolah."
"Ikhlas gue, tapi sekarang lagi enggak."
"Kenapa enggak? Berarti lo juga gak mau Ajun berangkat bareng lo?"
"Itu beda lagi, Ajun mah boleh."
"Kenapa sih? Jelasin sebelum berangkat." Gibran merotasikan bola matanya, pusing mendengar perdebatan Harsa dan Jian. "Udah telat, nanti aja gue jelasin," ujar Gibran, lalu ia menarik tangan Harsa hingga anak itu gelagapan buru-buru ngambil satu roti bakar lagi untuk dimakan di mobil.
Jian yang awalnya nyaris berlari sampai rela dengkulnya terjedut kaki meja kini menghentikan gerakannya.
"Aku berangkat sendiri aja, gak pa-pa kok," ucap Abel, dia baru saja keluar dari kamar. "Sama gue aja," celetuk Jenan, dia langsung menyambar pergelangan tangan Abel, membawa adiknya keluar dari rumah menuju mobilnya.
"Masuk cepet, gue ada kelas pagi," titah Jenan karena Abel justru membeku di samping pintu penumpang. Berkat titahan itu pun akhirnya Abel masuk ke dalam mobil disusul oleh Jenan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Rumah || 00l Dream-Treasure (+1)
Ficção GeralHanya ingin berbagi kisah keseharian delapan bersaudara yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi saudara kandung. Hidup dalam satu atap, harus saling berbagi dan menjaga, kalau masalah rasa sayang sudah pasti ada secara alami. Kalian bisa ikut merasakan...