Pilar Tinggi

677 99 6
                                    

Suasana rumah sangat hening sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana rumah sangat hening sekarang. Jelas, orang Jian adalah satu-satunya yang masih terjaga kesadarannya.

Dia bukan sedang tiduran di kamar apalagi nugas, Jian sekarang sedang duduk di meja makan tempat biasa dia dan adik-adiknya mengisi perut walau kadang ada yang bandel dan milih makan di ruang keluarga.

Ia menghela napas pelan lalu tersenyum, memandangi satu persatu pintu kamar yang tetutup rapat sengan orang yang sedang tertidur di dalamnya.

"Udah pada besar sekarang.... gue harus gimana?" gumamnya pada diri sendiri. Tangan kanannya hanya memiring-miringkan gelas berisi air hingga tak sadar membuat air itu tumpah.

Ia berdecak sebal, malas berjalan hanya untuk mengambil selembar tissue, ya walau akhirnya tetep ngambil sih di ruang keluarga.

Jian membalikan tubuhnya, berniat ingin kembali ke meja makan. Namun hal lain mengalihkan perhatiannya.

"JIAN!! TOLONGIN DULU ITU RESGA NANGIS!!"

Seorang anak kecil yang hanya menggunakan dalaman berlari kecil menuju satu pintu kamar di mana suara tangis itu berasal.

"Kenapa adeknya!?"

"Laper? Laper, ma!!!"

"Aduh! Bentar ya sayang mama siapin dulu makanan nya!"

Dua anak kecil berselisih satu tahun keluar dari kamar, yang lebih tua menggandeng adiknya yang masih menghapus jejak-jejak air mata dengan sedikit brutal, namanya juga anak kecil.

Ditariknya kursi untuk si adik, ia bahkan membantu adiknya untuk duduk di sana. "Bang, boleh tolong ajak adikmu yang lain? Biar makan bareng sekalian!"

Jian hanya tersenyum, tanpa membantah ia berlari dengan kaki kecilnya menuju dua kamar lain tempat Arka dan Jenan berada.

Satu-satu ia ajak ke meja makan, ia sangat berhati-hati saat hendak menggendong Jenan yang saat itu masih berusia satu tahun.

Jian menerima senyum lebar dari sang mama saat perempuan itu memutar balik tubuhnya dan melihat keempat anaknya sudah duduk rapih di kursi masing-masing, kecuali Jenan yang masih berada di gendongan Jian.

Siapa yang menyangka bahwa kala itu Jian baru menginjak usia empat tahun dan sudah berperan layaknya anak berusia 17 tahun yang harus mengurus semua adiknya tanpa mengeluh.

Sejak kelahiran Resga, tanggung jawab yang Jian pegang menjadi lebih besar dan semakin besar seiring dengan kehadiran adik-adiknya yang lain ke dunia.

Jian tersenyum, matanya agak berair mengingat bagaimana dulu bahkan sampai sekarang ia harus bersikap keras pada dirinya sendiri, memasang tameng pelindung buakn hanya untuk dirinya melainkan juga untuk adik-adiknya.

Memiliki orang tua lengkap yangs serasa tidak lengkap bukanlah hal yang mudah. Ekonomi keluarga ini memang sangay lancar, Jian bisa saja meminta kedua orang tuanya untuk menyewa orang agar bisa menjaga semua adik-adiknya.

[✔️] Rumah || 00l Dream-Treasure (+1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang