Berseluk || 01

69 15 1
                                    

Berseluk

Pagi yang indah menyambut Rigel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang indah menyambut Rigel. Sinar matahari menerpa wajahnya. Sayangnya keindahan itu tidak dapat dinikmatinya. Kekalahan telak yang terjadi semalam masih menghantui tidurnya, namun Rigel berusaha beranjak dari tempat tidur, sebab pembalasan ada di depannya.

Rigel pun bersiap-siap pergi ke sekolah, sambil memikirkan apa yang akan dia lakukan sebagai pembalasan atas kekalahannya. Arka adalah rival Rigel di sekolah, dan mereka bertanding dalam segala hal.

Dalam perjalanannya ke sekolah,
Rigel mampir ke sebuah toko permainan untuk mencari senjata pembalasannya. Mengingat seringnya dia kalah terhadap Arka dalam permainan papan membuatnya makin semangat ingin melihat wajah kekalahan Arka. Sepanjang perjalanan, Rigel memikirkan berbagai cara untuk menghina Arka saat dia menang nanti.

Sesampainya di sekolah, Rigel mengajak Arka untuk bertemu di gudang sekolah dan bertarung sepulang sekolah. Arka yang selalu menang dalam segala permainan, pun sangat optimis bahwa ia juga akan menang dalam permainan ini, tapi ternyata...

















Arka membuka matanya. Hanya hamparan putih yang terlihat.
"Hah, ini di mana?" tanya Arka dengan suara panik.



















#Flashback
Sesuai janji, sepulang sekolah Arka dan Rigel bertemu di gudang sekolah, tetapi sepertinya ada seseorang yang mengingkari janjinya. Pertarungan mereka yang sedari tadi Arka nantikan pun terpaksa dibatalkan karena tidak ada tanda-tanda penampakan Rigel.

Baru saja Arka berjalan keluar dari gudang, tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan.

"Woi, mau kemana lo?" tanya Rigel dengan intonasi menantang sambil berjalan mendekati Arka.

"Sampai juga lo, gue pikir lo takut lawan gue," jawab Arka tak mau kalah.

"Ga usah sok jago lo, kita tanding aja sekarang," ajak Rigel penuh semangat.

Arka membalas perkataan Rigel dengan senyuman sinis dan berjalan masuk kembali ke gudang.

Rigel meletakkan papan permainan yang ia dapati tadi di atas sebuah meja tua, lalu ia menyusun papan itu dan mengajak Arka untuk segera bergabung dengannya. Papan tersebut dipenuhi dengan tulisan, gambar, dan simbol-simbol aneh, seperti yang dapat dilihat pada piramid di Mesir atau peninggalan Mesopotamia kuno.

"Bidak-bidaknya kok aneh banget sih posisinya? Gue gak pernah lihat permainan kayak gini," tanya Arka dengan penuh kecurigaan terhadap permainan yang akan ia mainkan.

"Gak sabaran amat sih lo, nih gue jelasin," Rigel kemudian menjelaskan aturan dan cara mainnya.

"Gue mulai duluan," kata Rigel sambil mengangkat salah satu bidaknya.

Saat bidak itu kembali menyentuh papan, tulisan dan simbol-simbol aneh itu menyala. Tiba-tiba muncul sebuah bola yang sangat terang. Bola itu mengeluarkan semacam gelombang energi dan mendorong Arka dan Rigel. Mereka berdua terjatuh.














"AAAAAAAHHHHHHHHHHHHH" teriak Arka dan Rigel. Mereka merasa tubuh mereka terseret ke dalam papan tersebut. Seakan ada lubang hitam di atas papan itu.

BerselukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang