Berseluk || 13

14 7 10
                                    






Berseluk

"Anak-anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anak-anak...mari kita bermain petak umpet."

Mereka semua yang terkejut mendengar kalimat itu pun langsung bersiap siaga.

"Astaga! Dia memegang cambuk!" kejut Vega.

Sementara mereka terlihat panik, Rigel kembali berhalusinasi karena melihat wanita paruh baya yang berwujud hampir sama dengan ibunya.

"Rigel!"

Rigel yang terkejut pun membalikkan kepalanya untuk melihat siapa yang berada di belakangnya.

Terlihat Ibunya yang memiliki banyak luka di tubuhnya dengan tangan menggenggam rotan kayu sedang berdiri di belakang Rigel.

"Jangan bunuh aku...jangan...," tangis Rigel.

Rigel berusaha melarikan diri dari ruang tamu. Tetapi telat, bajunya sudah ditarik oleh wanita tua yang berada di belakangnya. Wanita tua itu langsung mencekik leher Rigel dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memukul bagian tubuh Rigel dengan rotan kayu.

Rigel sudah berusaha melepaskan diri, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak mampu mengeluarkan suara, sebab lehernya sedang dicekik.

"Rigel!"

"Astaga, ini bukan waktu yang tepat untuk lo halusinasi!" teriak Arka.

Melihat keadaan teman-temannya semua, Arka pun mulai menyusun rencana.

"Tenang dulu teman-teman. Rafael, tolong kamu bawa Rigel ke ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah terletak dibawah sofa di lantai satu. Pertama, kalian turun lewat tangga sebelah kanan lalu putar ke arah belakang sampai melihat dapur lalu jalan lurus, kamu akan melihat sofa putih yang bersinar, dibawahnya terdapat pintu untuk menuju ruang bawah tanah."

"Semantara itu, aku dan Vega akan mengalihkan perhatiannya. Kalian cepat pergi!" jelas Arka dengan cepat.

Setelah kalimat tersebut diucapkan, Rafael pun dengan cepat menopang Rigel yang sedang berhalusinasi dan ketakutan itu menuruni tangga sebelah kanan. Sesuai arahan Arka, mereka putar ke arah belakang hingga melihat dapur dan berjalan lurus hingga melihat sofa putih yang Arka sebutkan.

"Kita harus ngapain?" tanya Vega panik.

"Hanya satu pilihan yang kita punya, LARI!" balas Arka sambil memegang tangan Vega untuk berlari.

"Di sini kalian rupanya! Baiklah mari kita mulai saja eksekusinya hihihi...," tawa wanita itu.

Wanita itu mulai beraksi mendekati mereka sambil memegang cambuk yang sepertinya sangat keras.














Disisi lain, Rafael dan Rigel yang sudah sampai di tujuan pun bergegas menggeser sofa putih tersebut  dengan sekuat tenaga.

"Ughhhh...Ughhhh...," rintih Rafael kelelahan mendorong sofa itu.

Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama, sofa itu akhirnya tergeser sempurna ke tempat lain.

Rafael segera mencari tahu bagaimana cara membuka pintu ruang bawah tanah ini,

"Kenapa sepertinya tidak ada pintu di lantai ini?" tanya Rafael dalam hati.

Tetapi Rafael tidak menyerah, ia melakukan segala cara dari mendorong, memukul, hingga menginjak-injak lantai di bawah sofa putih tadi.

"Tunggu, apakah memang tidak ada apa-apa di sini," pinta Rafael.

"Engh...," terdengar suara Rigel yang tiba-tiba terbangun karena suara yang dihasilkan oleh Rafael.

Lalu Rigel bertanya, "Lo ngapain?"

"Saya sedang mencoba membuka pintu menuju ruang bawah tanah. Kita tidak memiliki waktu yang banyak sekarang. Tolong tunjukkan pada saya cara membukanya!" mohon Rafael.

"Bukan di sini, bodoh! Ikut gue sekarang!"
kata Rigel sambil bergegas menuju   ke ruangan lain.

"Mau kemana kalian?"

BerselukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang