Berseluk || 14

16 8 3
                                    





Berseluk

"Mau kemana kalian?" tanya seorang pemuda kurus berbaju kusut yang sedang mengendarai sepeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau kemana kalian?" tanya seorang pemuda kurus berbaju kusut yang sedang mengendarai sepeda.

"Anda siapa? Tolong jangan halangi jalan kami," ucap Rafael dengan sopan.

"Tentu saja saya harus menghalangi jalan kalian, jika kalian melarikan diri, saya kehilangan mangsa dong," jawab pemuda itu sambil tersenyum.

"Killer sialan!" kata Rigel.

"Kita harus membuat rencana," timpa Rafael.

"Tidak perlu menyiapkan rencana anak-anak, kalian juga akan mati di tanganku walaupun sudah membuat rencana," jawab pemuda tadi lagi sambil turun dari sepeda.

"Lo harus nahan pemuda miskin itu selama mungkin. Biar gue yang buka pintu ruang bawah tanahnya di ruang bioskop. Bisa gak?" tanya Rigel.

Belum sempat Rafael menjawab, pemuda itu sudah membanting sepeda ke arah mereka. Untungnya, Rafael dengan tangkas menghindar. Tetapi tidak dengan Rigel

"ARGH!" Teriak Rigel sambil terjatuh. Rigel yang masih belum sadar sepenuhnya dari halusinasi tidak sempat menghindar.

"Bodoh!" seru pemuda itu kegirangan.

Melihat pemuda itu berjalan mendekat, Rafael segera mengangkat Rigel dan menopangnya ke tempat yang disebut oleh Rigel tadi, ruang bioskop

"Dimana letak ruang bioskop itu?" tanya Rafael dengan panik.

"Pintu itu... ,"terdengar suara Rigel pelan sambil menunjuk ke arah pintu.

Belum setengah perjalanan, pemuda itu sudah kembali mengejar mereka menggunakan sepeda itu. Ia mengendarai senjatanya dengan kecepatan tinggi.

Rafael menjadi panik ketika melihat jarak mereka dengan pemuda itu semakin dekat. Semakin dekat pemuda itu, semakin cepat juga Rafael berjalan.

Tetapi, kecepatan berjalan tidak akan menandingi kecepatan sepeda. Kini, pemuda itu hanya berjarak 1 meter di belakang Rafael dengan sepeda yang berkecepatan tinggi.

DUKK

"Anak sialan!"

Rafael yang tidak tahu apa-apa segera membalikkan badan dan melihat pemuda itu sudah jatuh kesakitan.

Di saat yang sama, Rigel melihat itu langsung tersenyum sinis. Dua roda sepeda berhasil ia lenyapkan.

Peka terhadap keadaan, Rafael segera membawa Rigel berlari menuju ruang bioskop dan mengunci pintunya.

Terdengar dari luar, pemuda itu teriak marah karena kehilangan mangsanya.













Sementara itu, Arka dan Vega yang kini sudah kelelahan berlari menghindari wanita paruh baya itu pun berhenti dan beristirahat sejenak.

"Vega, lututku kembali sakit, sepertinya aku tidak mampu untuk berlari lagi," ucap Arka kelelahan .

"Bagaimana ini Arka, ide ini juga kamu yang usulkan!" jawab Vega tidak senang.

"Tidak mungkin aku menggendongmu bukan," lanjut Vega.

"Anak-anak, apakah kalian sudah lelah berlari? Ihihihi...," ucap wanita itu mengerikan.

Tiba-tiba Vega berlari meninggalkan Arka.
"Aku tidak akan mati di tangan wanita tua itu!"

Saat Arka kembali mengejar, Vega menjulurkan kakinya sedikit bertujuan untuk membuat Arka terjatuh.

Arka yang tidak sadar kemudian tersandung dan terjatuh tidak berdaya. Dia sudah berusaha untuk berdiri dan berlari kembali, tetapi kondisi lutut dan fisiknya membuat dia tidak dapat berdiri, dia malah jatuh pingsan di depan wanita itu.

"Tega..sekali..ka...," ucap Arka sebelum ia akhirnya tidak menyadarkan diri.




Rafael yang terkejut akibat tindakan Rigel pun bertanya,
"Apakah Anda sudah bisa menggunakan otoritasmu sebagai game master?" tanya Rafael.

Game master? Apa ini? Dan kira-kira apa saja ya keuntungan menjadi seorang game master?

BerselukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang