Berseluk || 06

23 9 4
                                    





Berseluk

Arka yang melihat Rigel sedang dalam bahaya pun sangatlah khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arka yang melihat Rigel sedang dalam bahaya pun sangatlah khawatir. Tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa karena keadaan lututnya yang tidak memadai.

Di sisi lain, Rafael yang sudah bersiap untuk membantu Rigel dan Vega telah memikirkan ide untuk mengalahkan raksasa jelek itu.

Ia dengan segera berlari masuk ke dalam ruang penyimpanan obat, tetapi ditahan oleh percakapannya dengan Arka.

"Ehh, tungguin dong!" Arka berkata.

"Tunggu sebentar di sini, Arka. Saya akan mengobatimu nanti. Percayalah," jawab Rafael sambil melaju masuk ke ruang obat.

"Sampai kapan larinya, ha? AHAHAHAHA, tidak ada gunanya sayang, sebentar lagi kalian akan habis di tanganku," teriak raksasa.

Setelah kalimat itu diucapkan, Rafael sudah keluar dari ruang penyimpanan obat dengan senjata yang ada di tangannya dan berkata,

"Anda boleh membunuh mereka jika Anda bisa melewati mayatku terlebih dahulu. Kalian, cepat menyingkir dari sini," Rafael berkata dengan tegas.

Rafael pun segera mengeluarkan senjatanya yang barusan ia ambil dari ruang penyimpanan obat, tabung asam.

"Sepertinya aku terlalu sibuk dengan kedua anak itu hingga tidak memperhatikanmu, anak muda. Tidak ada gunanya kamu menolong mer-" kata raksasa itu yang terpotong karena serangan mendadak dari Rafael.

"Kau anak sialan! Biar kuberi pelajaran anak yang satu ini!" marah raksasa itu sambil berlari menyerang Rafael dengan tiang infus, senjata milik raksasa.

"Ayok ke sini kalau bisa melawan saya raksasa jelek!" tantang Rafael.

Raksasa jelek itu pun maju melompat ke arah Rafael dan mendaratkan satu pukulan dengan tiang infus itu, tapi Rafael dengan tangkas menghindari pukulan itu. Tetapi tidak untuk kedua kalinya.

"AH!" teriak Rafael yang jatuh akibat pukulan tiang infus itu.

Rafael yang merasa tidak nyaman dengan ukuran dan berat dari tabung asam tersebut pun mulai memikirkan ide untuk bertahan.

Saat raksasa itu ingin mendaratkan pukulan ketiga, Rafael menggunakan tabung asam itu untuk memproteksi dirinya sendiri, lalu menyiram asam itu ke arah raksasa, dan berhasil mengenai lengannya.

"AHHHH!! TANGANKU!!" jerit raksasa jelek itu histeris.

Saat Rafael merasa raksasa itu sudah mulai tumbang, ia pun mulai menyiram asam pekat itu ke seluruh tubuhnya. Tubuh raksasa itu pun mulai melepuh. Teriakan kesakitannya begitu mengerikan, bahkan Rigel pun tidak berkutik.

Sementara itu, Vega akhirnya selesai mengobati lutut Arka.

"Terima kasih, siapa namamu?" tanya Arka dengan sopan.

"Nama saya Vega," jawab Vega sambil membereskan obat-obat tadi yang ia gunakan.

"Saya akan keluar sebentar mengambil brankar dorong, kamu tunggu disini ya," lanjut Vega sambil keluar mencari brankar dorong.

Saat Vega keluar, ia melihat tubuh raksasa itu yang sudah meleleh, terlihat daging dan tulangnya. Rafael tebaring di lantai, kelelahan setelah melawan raksasa itu. Sedangkan Rigel hanya memandang ke arah Vega, dengan tubuhnya yang menggigil setelah menyaksikan pertempuran itu dan mendengar teriakan raksasa yang begitu mengerikan.

BerselukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang