Berseluk"Rigel!"
"Tolong jangan bunuh aku...," mohon Rigel.
"Siapa yang ingin membunuhmu?" jawab Vega kebingungan
"Tolong..."
"Rigel! Sadar!" Vega mengguncang-guncangkan pundak Rigel agar ia segera sadar.
"Ha...? Vega...?" bingung Rigel.
Rigel kemudian melihat ke sekitarnya, tidak terlihat siapapun selain Vega di depannya.
Rigel baru tersadar bahwa yang tadi ia lihat adalah bayangan masa lalunya. Dia pun segera bertindak seakan tidak terjadi apa-apa agar Vega tidak tahu kelemahan dan ketakutannya.
"Vega, sepertinya kita harus berpencar, ada yang harus aku lakukan di sini," kata Rigel dengan tegas.
Tak menunggu balasan Vega, Rigel segera meninggalkan Vega untuk menjelajahi bangunan megah yang pernah ia tinggali ini. Ditemukannya beberapa foto keluarga yang telah dibingkai di atas laci pada ruang tamu.
Rigel mengambil bingkai tersebut beserta fotonya, kemudian dibantingnya ke bawah. Rigel sangat muak melihat wajah adiknya.
Di sisi lain, Arka yang sedang berjalan bersama Rafael tiba-tiba mendengar suara bantingan, tetapi tidak pasti dari mana. Arka awalnya tidak ingin pergi memeriksa karena takut, tetapi Rafael bersikeras untuk memeriksa dengan alasan mungkin suara itu berasal dari Rigel ataupun Vega.
Akhirnya, Arka pun mengikuti Rafael untuk memeriksa asal suara tersebut. Mereka menaiki tangga yang sangat besar untuk mencari asal suara tersebut. Sepanjang perjalanan menaiki tangga, Arka dan Rafael terkesima dengan patung-patung emas yang sangat megah dan perabot rumah yang dapat terbilang langka.
PYANG
Suara bantingan pun terdengar lagi, kini mereka sudah tahu pasti dari mana asal suara bantingan tersebut. Mereka langsung berlari ke ruang tamu dan melihat Rigel yang sedang membanting bingkai kaca yang berisi foto.
"Rigel...tenang!" ucap Arka sambil menenangkan Rigel yang sedang emosi.
"Gue tau lo frustasi, tapi kejadian itu udah lama terjadi, dan sekarang lo juga baik-baik aja. Kini hidup kita hanya antara hidup atau mati," jelas Arka
Rigel pun menatap bola mata Arka dengan serius.
"Apa lo liat-liat, yang gue bilang....," belum sempat Arka menyelesaikan kalimatnya, satu pukulan sudah melayang ke wajah Arka.
"Diem lo!" marah Rigel.
Arka pun mengelap darah segar yang mengalir dari ujung bibirnya, dan berkata,
"Ayo, pukul aja gue kalau itu membuat lo membaik."
Setelah mendengar kalimat itu, Rigel yang merasa tertantang pun kembali menendang dan menginjak Arka.
Melihat itu, Rafael pun tidak terima dengan perlakuan Rigel terhadap temannya. Kesabarannya kini sudah mencapai titik tertinggi.
"Apa yang saya bilang kemarin! Anda tidak bisa mengatur emosi Anda, terima ini!" marah Rafael sambil meninju perut Rigel berkali-kali hingga jatuh.
Melihat itu, Vega segera datang dan melerai perkelahian mereka.
"Kalian cowok-cowok kenapa hobinya berantem, sih! CUKUP!!!" teriak Vega.
Tidak mendengar teriakan Vega, Rigel pun membalas Rafael dengan tinjuan juga.
Tapi tanpa disadari, seorang wanita paruh baya sudah berjalan menaiki tangga dan berkata
"Banyak sekali mangsa saya. Anak-anak, mari kita bermain petak umpet..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berseluk
Mystery / ThrillerKalah. Kata yang paling cocok untuk menggambarkan keadaan Rigel sekarang. Tidak pernah sekalipun ada kemenangan yang ia dapati ketika bertarung dengan Arka. Tetapi ada hal berbeda yang terjadi pada pertarungan kali ini. Pertarungan ini mempertaruhk...