BerselukSeluruh pemain tampak sibuk berlomba menemukan senjata yang tersembunyi tanpa menghiraukan guncangan tadi karena mereka sudah terbiasa dengan kejutan aneh dari permainan ini.
Dari dikejar oleh killer yang berwujud manusia hingga bukan manusia dan juga senjata-senjata yang sangat menyeramkan.
Mereka berempat segera berkumpul dan mendiskusikan strategi untuk menemukan senjata yang tersembunyi itu.
"Apakah kita perlu membagi menjadi 2 kelompok?" tanya Arka.
"Gue mau sendiri," jawab Rigel.
"Aku juga..," timpa Vega.
"Baiklah, mari kita berpencar dan kembali lagi ke titik ini jika sudah menemukan petunjuk, setuju?" balas Rafael.
"Apakah petunjuk itu tidak ada di alat navigasi?" tanya Arka bingung.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Arka. Entah karena tidak tahu, tidak mendengarkan, atau pura-pura tidak tahu.
Mereka berempat pun berpisah untuk mencari senjata dengan cara masing-masing. Vega yang meninggalkan mereka terlebih dahulu segera menyalakan alat navigasinya, tetapi alat navigasi itu memancarkan hologram kosong.
Hal yang sama terjadi pula dengan Rigel, Arka, dan Rafael. Setelah mereka berpisah, mereka juga menyalakan alat navigasi yang memancarkan hologram kosong.
Rigel yang melihat alat navigasinya memancarkan hologram kosong pun segera menggunakan otoritasnya untuk mencari senjata yang tersembunyi itu. Dia sangat tidak sabar menemukan senjata itu dan menggunakannya untuk membunuh Arka.
Tetapi, hal yang sama terulang kembali. Dia tidak bisa melacak lokasi senjatanya. Rigel pun berpikir keras bagaimana caranya untuk menemukan senjata itu.
Sementara itu, Arka pun mulai menggunakan otak cerdasnya untuk berpikir.
"Sungai itu tidak mungkin roboh tanpa alasan, senjatanya pasti ada dibawah sana!" ucap Arka yakin.
"Tapi, bagaimana aku bisa turun ke sana. Tidak mungkin aku berselancar menerjangi ombak bukan," lanjut Arka.
Arka segera menyelusuri segala penjuru untuk memeriksa apakah ada jalan untuk menuruninya.
Sayangnya, beribu-ribu jalur yang ia temui, semuanya berisiko dan berbahaya bagi seorang manusia biasa.
Akhirnya, Arka beristirahat sebentar sambil melihat ke arah bawah air terjun dari daratan yang aman. Dengan mata jelinya, dia menemukan gua yang tersembunyi di belakang air terjun.
"Gua! Benar! Gua itu pasti terhubung dengan gua lainnya," pikir Arka.
Tanpa berpikir lama, Arka segera mencari gua satunya lagi yang terhubung dengan gua dibawah sana. Baru saja dia membalikkan tubuhnya, gua besar sudah ada di depannya.
"Semudah itu kah? Tidak mungkin! Pasti banyak jebakannya. Astaga, aku memang jenius," pikir Arka sambil tersenyum.
Sebelum mendekati gua, dia mengambil ranting-ranting dan daun-daun tua yang berguguran dari atas pohon.
Pertama-tama, dia menggesekan ranting-ranting untuk membuat api. Setelah api mulai menyala, dia segera melempar daun-daun tua itu ke arah api. Api tersebut membesar dan mulai menyala terang. Arka kemudian mengambil ranting yang tersisa dan membakar ranting tersebut.
Akhirnya, Arka siap berangkat ke dalam gua. Dengan penerang alami di tangannya, dia mulai berjalan menyusuri gua.
Begitu masuk ke dalam, dia tidak sengaja terpijak sesuatu.
Cratt
KAMU SEDANG MEMBACA
Berseluk
Mystery / ThrillerKalah. Kata yang paling cocok untuk menggambarkan keadaan Rigel sekarang. Tidak pernah sekalipun ada kemenangan yang ia dapati ketika bertarung dengan Arka. Tetapi ada hal berbeda yang terjadi pada pertarungan kali ini. Pertarungan ini mempertaruhk...