Sial sekali, Yoonbin sudah cukup membenci sekitaran luar malam yang sepi, ditambah lagi kini hujan tengah mengguyur kota seakan dengan sengaja membuatnya tertekan karena rasa takut.
Dirinya memutuskan untuk meneduh pada halte bus sebab ia tidak membawa payung, meski waktu akan terus semakin larut tetapi ia rela melakukannya dibandingkan ia harus nekat menerjang hujan, penglihatannya kurang baik dan ia sangat takut jika bencana akan terjadi.
Menatapi bayang-bayang kabur dari genangan yang terus diterjang rintik hujan, berhasil membuatnya terbuai layaknya hujan tengah menggodanya saat itu, menggodanya untuk terus nyaman menatap hujan, tanpa henti.
Tumben sekali halte sangat sepi, hanya terdapat objek hidup dari diri ia seorang, atau karena malam sudah sangat larut? Dan benar saja, di kala ia melihat detik jam dari layar ponsel, waktu tengah menunjuk pukul 22.35 malam.
Sang anila sudah semakin terasa menusuk meski ia telah mengenakan jaket tebal sebagai pelindung, di sana pada jarak yang tidak terlalu jauh, ada bus yang akan berhenti di halte ia duduk, ia hanya berharap akan ada orang yang turun dan meneduh hanya untuk membunuh sepi disana.
Satu orang saja pun tak apa, hanya sekedar membuatnya lega bahwa malam tidak seseram apa yang dipikirkannya.
Dan doa kecilnya terkabul, ada seorang wanita yang baru saja turun, orang itu langsung duduk tetapi berjarak jauh dengan posisi Yoonbin, dirinya merasa lega, entah hanya saja terasa lebih nyaman dari sebelumnya.
"Sudah lama meneduh disini?" kata orang itu, sepertinya tengah menyapa Yoonbin.
Yoonbin sempat terkejut, sampai-sampai ia menjawab dengan kata yang terbata-bata, "A-ah? I-iya sejak dua jam yang lalu"
"Mau gunakan payung ini?" gadis yang terlihat seperti seumuran dengannya itu pun menawarkan untuk memberikan payung miliknya.
"Ah, tidak, kau gunakan saja lagipula itu milik mu"
Sungguh Yoonbin sangat gugup, dengan kasar ia terus menggosok-gosokan telapak tangan tanpa sadar sampai telapak tangan itu tidak lagi terasa hangat, tetapi panas.
"Tidak apa-apa pakai saja, aku sudah memesan taksi online dan disana mobilnya sebentar lagi tiba"
"Aku rasa rumah mu tidak jauh dari sini, jadi pakai saja, tidak perlu di kembalikan" sambung gadis itu menghampiri dan meletakan payung lipat berwarna merah jambu tepat di sisi Yoonbin.
Terlihat setelahnya terdapat mobil yang baru saja berhenti, gadis itu langsung menghampiri mobil itu, ia gunakan telapak tangan sebagai pelindung hujan untuk sementara.
"Terimakasih, semoga kebaikan mu terbalas" teriak Yoonbin pada gadis yang hendak memasuki pintu mobil.
"Tidak perlu berterimakasih, jika kau ingin mendoakan ku, selipkan nama ku, sebut saja Tamara, doakan aku agar aku sehat selalu, ya!"
"Sampai jumpa!"
Yoonbin hanya bisa tersenyum sampai mobil itu benar-benar pergi, dan akhirnya, ia bisa pulang saat itu juga, meski hujan belum juga reda.
Sungguh ia benci malam tetapi jadwal kuliahnya selalu usai saat malam hari, bersama payung merah jambu yang ia genggam dengan erat, langkahnya berjalan menapaki genangan air hujan secara perlahan.
Lagi-lagi ia mendapat firasat yang tidak-tidak, penguntit itu, apa orang-orang itu tidak memiliki pekerjaan? Sungguh membuatnya gila, dari dekat suara derap langkah dua kali terdengar lebih keras namun dengan ketukan irama yang berbeda.
Nafasnya pun berderu tidak beraturan, ingin sekali berteriak namun mana mungkin, sekitaran sangat sepi, ponsel yang sedari tadi ia genggam pula itu pun ia nyalakan hanya untuk menelfon seseorang. Tetapi, belum juga nomor itu tersambung, penguntit itu telah berada tepat di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINNAMON SECRET | Ha Yoonbin ft TREASURE [✓]
Fanfiction[END] Perihal hidup, seburuk apapun jalan cerita di hidup mu, jika kehidupan itu dijalankan oleh orang lain, apakah kau mau? Jika alurnya buruk kemungkinan besar tentu saja kau mau jika hidup mu diambil alih oleh orang lain. Tetapi, tidakkah kau me...