Kini, sejak kurun dari beberapa waktu terakhir, semesta gelap menjadi salah satu hal yang ia benci.
Di waktu-waktu tertentu, kemanapun langkah berupaya untuk terus bergerak maju, semua terasa seakan ada beberapa pasang mata yang mengawasi.
Langkah sering kali terasa berat, bukan berat untuk bergerak tetapi berat untuk dilalui, langkah seringkali bercampur dengan rasa cemas dan juga kekhawatiran.
Meski di siang hari ia juga merasa sama, tetapi entah mengapa ia lebih benci pada semesta gelap, menurutnya di siang hari bila suatu saat terjadi sesuatu dirinya lebih mudah untuk melarikan diri, namun di saat gelap, rasa takut sudah cukup membelenggu pikiran serta jua relung hatinya yang teramat dalam, dan mencoba untuk melarikan diri adalah hal yang sama sekali tidak terpikirkan olehnya, sebab rasa takut sulit membuatnya bergerak.
Malam belum terlalu larut, jalanan kota sejak tadi masih terbilang ramai, tetapi jalan menuju tempat ia pulang tidak pernah sekalipun ramai, entah siang ataupun malam.
Banyak sekali air yang menggenang pada jalan itu, sebab sisa dari hujan yang amat deras tadi sore, saat berjalan dirinya selalu tertunduk pada jalan yang ia lalui, karena kalau tidak, ia akan melihat itu lagi, hal yang juga ia benci.
Tetapi, rasa cemas, takut, serta kekhawatiran yang selalu ingin ia hindari itu tidak terhindarkan, sebab ketukan suara langkah terdengar dua kali lebih kencang dengan nada yang tidak seirama.
Dari bayang air yang menggenang, lagi-lagi ia mendapati sosok yang sama, sosoknya yang tidak ingin ia lihat, tetapi tanpa sengaja ia selalu melihatnya.
Dirinya hanya berharap, bahwa ia lekas sampai pada rumah, hanya itu.
"HA YOONBIN!!!"
Sontak dirinya terkejut yang membuat ia menghentikan langkah dengan kedua mata yang terpejam, sungguh ia takut bukan main, hal yang ia benci juga adalah dirinya sendiri, fakta bahwa ia takut akan banyak hal dan itu perihal apapun.
Di saat orang itu menepuk pundaknya, dirinya tersentak tidak mengeluarkan suara.
"Hei? Kau berjalan seorang diri?"
Suara itu, suara yang jelas-jelas ia kenal, suara sang sahabat yang membuatnya kini telah bernafas lega, hembusan nafasnya terasa ringan begitu saja, tak lupa ia sebut rasa syukur di dalam hati sebanyak-banyaknya.
"A-ah? Iya"
"Kan, kamu tahu aku selalu pergi seorang diri"
Pemuda itu, Kim Junkyu, terlihat dia melepas helm nya dan juga mematikan mesin motor, mengusak surai rambut tebalnya kasar, untuk kemudian ia lanjut berbincang dengan sang sahabat.
"Aku tahu kau tidak bisa berkendara, sebab itu kau selalu menaiki kendaraan umum"
"Tetapi, kau tidak boleh lupa jika kau memiliki sahabat seperti ku, aku siap mengantar mu kapan saja" sambung pemuda itu.
"Hei, tidak, jalur rumah kita sangat jauh berbeda. Dan, kau? Mengapa kau ada di area sini?"
"Sangat jauh dari area rumah mu, bukan?"
Junkyu terkekeh pelan dan kemudian ia memakai kembali helm yang tadi ia kenakan, "Ibu ku minta di belikan roti, dan aku dengar toko roti di depan sana terkenal dengan rasa enaknya, jadi aku pergi lewat sini"
"Memangnya ada apa jika aku lewat sini? ini jalanan umum, bukan?" lanjutnya setelah ia menyalakan kembali mesin motor.
"Ahh, iya" Yoonbin hanya bisa tersenyum.
"Ayo, naik aku antar"
"Apa, boleh?"
"Tentu saja, jika tidak maka aku tidak akan mengajak mu, kau ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINNAMON SECRET | Ha Yoonbin ft TREASURE [✓]
Fanfiction[END] Perihal hidup, seburuk apapun jalan cerita di hidup mu, jika kehidupan itu dijalankan oleh orang lain, apakah kau mau? Jika alurnya buruk kemungkinan besar tentu saja kau mau jika hidup mu diambil alih oleh orang lain. Tetapi, tidakkah kau me...