Malam sudah tak lagi menurunkan sang hujan, cahaya rembulan yang berada jauh di atas sana sinarnya memantul pada genangan air sisa hujan tadi, seakan sinar rembulan kini tengah berada jauh lebih dekat dari yang kita kira.
Seperti hujan yang sudah reda, sama seperti Yoonbin yang kini tangisnya telah reda sejak tadi, sejak dimana Jihoon mengatakan, "Tidak apa bila kau menganggap hidup mu begitu buruk. Tetapi ingat lah satu hal, Tuhan selalu bersama mu"
Jihoon mengatakan itu bukan hanya sekedar menyatakan hal klise atau kata-kata penyemangat saja, Jihoon bisa berucap seperti itu sebab Jihoon telah merasakan bagaimana kehidupan seorang Ha Yoonbin, dia jauh lebih lama merasakannya di banding Yoonbin itu sendiri. Jadi, Jihoon sangat paham atas apa yang dirasakan oleh Yoonbin, Jihoon hanya berharap, semoga Yoonbin ataupun dirinya akan baik-baik saja kedepannya.
"Disana, rumah Ibu mu"
Dengan jarak yang tidak begitu jauh, Yoonbin dan Jihoon berpijak tepat di depan rumah sederhana yang masih terdengar suara televisi menyala tanda bahwa penghuni rumah masih terjaga.
"Cepatlah masuk" perintah Yoonbin dengan raut wajah yang sangat datar.
"Temani aku"
"Tidak, aku akan segera pergi"
Disaat Yoonbin membalikan badan dan berniat untuk pergi, langkahnya langsung terhenti sebab Jihoon menahannya dengan cara menarik salah satu lengan Yoonbin.
Jihoon tidak mengucapkan satu kata pun, tetapi netranya mengisyaratkan bahwa ia meminta agar Yoonbin mau menemaninya.
"Baiklah, tetapi aku menunggu di sini saja"
Mendengar hal itu Jihoon pun mengangguk pelan, dan langkahnya mulai memasuki pintu pada rumah sederhana itu, jantungnya berdetak sangat cepat, sampai-sampai tangannya bergetar tidak karuan.
Suara pintu yang habis terbuka sudah terdengar, di sana derap langkah Ibu berirama dengan cepat seakan sangat antusias menyambut anaknya pulang, tetapi Ibu sama sekali tidak tahu bahwa Jihoon anak kandungnya lah yang akan pulang.
"Ji, tadi hujan sangat lebat bukan? Kau tidak kehujanan, Nak?"
Ibu berucap seperti itu tepat dihadapan Park Jihoon sang anak kandungnya sendiri, dan disana Ibu terdiam mematung seakan tak percaya, wajah Jihoon kecil masih sama dengan Jihoon yang saat ini, bahkan Ibu merasa dirinya sedang berhalusinasi, apakah yang dihadapannya kini adalah Jihoon anak kandungnya?
"Ibu.."
Kedua netra yang saling tergenang itu bertemu layaknya saling menyampaikan rasa rindu, Ibu sudah lebih dulu meneteskan air matanya, tetapi Ibu masih saja terdiam seakan dirinya tengah berada di dalam alam mimpi.
Perlahan langkah Jihoon mulai mendekat, dan ia memeluk sang Ibu begitu saja, kedua tangannya semakin mengeratkan pelukan sampai ia menyembunyikan wajahnya di antara bahu milik sang Ibu.
"Tidakkah Ibu rindu terhadap ku?"
Mendengar hal itu Ibu langsung membalas pelukan Jihoon tidak kalah eratnya, suara tangis yang menggema membuat siapapun m terharu jika melihatnya secara langsung.
Seperti Yoonbin saat ini, masih di tempat yang sama dimana ia berdiri tidak jauh dari arah luar pintu, matanya tengah berubah menjadi kemerahan, namun dirinya tidak menangis, sebab air mata sudah tak sanggup lagi untuk turun, seakan air mata di dalam dirinya sudah habis tanpa sisa, hanya dadanya yang terasa begitu sesak, karena mulai detik ini dirinya akan berpisah dengan seseorang yang selama ini ia sebut sebagai Ibu.
Yoonbin pun melangkah pergi untuk meninggalkan tempat itu tanpa pamit, bukan tidak berterimakasih, ia hanya tidak ingin menganggu sebuah keluarga yang tengah bertemu setelah sekian lama berpisah, dan juga setelah sekian lama dirinya menghancurkan keluarga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINNAMON SECRET | Ha Yoonbin ft TREASURE [✓]
Fanfiction[END] Perihal hidup, seburuk apapun jalan cerita di hidup mu, jika kehidupan itu dijalankan oleh orang lain, apakah kau mau? Jika alurnya buruk kemungkinan besar tentu saja kau mau jika hidup mu diambil alih oleh orang lain. Tetapi, tidakkah kau me...