Bab 14

38 11 0
                                    

Pada kala itu, tepatnya 15 tahun yang lalu, tak lama sehabis tragedi malam dimana sang sahabat pergi ke tempat lain, dan jua menjalani hidup sebagai orang lain.

Selain Ibu Jihoon sendiri, hanya Junkyu kecil lah yang saat itu mengetahui atas apa yang telah terjadi.

Hari dimana Jihoon bukanlah Jihoon yang sebenarnya, hari dimana sang sahabat sekalipun telah lupa terhadapnya, bahkan dengan mudahnya Jihoon melupakan hari-hari dimana mereka menghabiskan waktu sebagai manusia kecil di dunia yang besar ini.

"Satu untuk mu"

Salah satu tangan mungil milik Junkyu memberi satu batang permen loli rasa lemon terhadap Jihoon, kala itu usia mereka yang baru menginjak usia 5 tahun, sangat pantas jika keduanya kini tengah berada di atas ayunan pada bagian tengah taman seraya memandangi anak-anak lain yang juga ramai memenuhi taman.

Lantas Jihoon membuka bungkus permen itu dengan senyum lebarnya, seakan ia sangat berterima kasih dan bersyukur atas apa yang sahabatnya lakukan barusan, "Terimakasih, sebagai gantinya nanti akan aku belikan permen dalgona untuk mu"

"Aku ingin yang bergambar bintang" kata Junkyu mengajukan permintaan.

"Mengapa?"

"Tidak apa, ingin saja, lagi pula keberadaan bintang jauh berada di atas sana, untuk di gapai pun sulit. Jadi, senang saja rasanya jika bisa menikmati bintang rasa manis dengan jarak yang begitu dekat"

Jihoon hanya tertawa saja, seraya mengatakan kata, "Baiklah" tanda bahwa ia berjanji.

"Kapan kau akan memberikannya?"

"Besok, nanti malam aku akan mengajak Ibu ku untuk membeli permen itu" terlihat kala itu Jihoon menghela nafas panjang seraya tersenyum lebar, "Aku jadi tidak sabar untuk menunggu malam"

Dan saat itu Junkyu menunjukkan sapuan senyum indah, senyum yang memancar seakan bahwa dirinya menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini pada kala itu.

Namun itu dulu, perihal 15 tahun yang lalu, Junkyu yang tersenyum lebar kala itu sudah jauh berbeda dengan Junkyu saat ini, senyumnya hilang dan juga sirna, pergi entah kemana.

Sebab, Jihoon tidak menepati janjinya.

Bahkan Jihoon tidak sedikit pun mengingat masa lalu tentangnya, menyakiti memang, namun apa buat, dirinya tak bisa apa-apa, ia hanya bisa terus berharap pada semesta, bahwa semoga saja semua akan kembali pada tempatnya.

Jihoon kecil yang dulu, Junkyu sangat merindukannya.


































•CINNAMON SECRET•





































Pagi ini tumben sekali Junkyu mau mengajak Yoonbin (Jihoon) pergi di kala ada jadwal libur di sela-sela padatnya aktivitas kuliah, sebelum-sebelumnya Junkyu memang tidak terlalu berusaha untuk mencoba jauh lebih dekat dengan sang sahabat, karena Junkyu merasa meski dia adalah orang yang sama namun di dalamnya terdapat sosok yang berbeda, jadi sangat sulit baginya untuk terus menyesuaikan meskipun mereka telah bersahabat lama, dan meskipun hanya Junkyu yang tahu kalau mereka telah bersahabat sejak kecil.

"Aku baru tahu kalau mendaki ke atas puncak gunung sedekat ini"

Bersama dengan ransel kecil Yoonbin memandangi pemandangan kota yang terlihat kecil dari atas bukit sana, netranya terus menatap ke bawah seakan dirinya merasa bahwa ia tengah berada di tempat yang paling tinggi.

"Ini bukan gunung bodoh, ini bukit" jawab Junkyu sembari duduk mengistirahatkan kedua kaki.

"Apa bedanya?"

"Kau benar-benar tidak berubah, selalu bertanya hal-hal yang pada dasarnya semua orang sudah ketahui" Junkyu hanya bergumam, malas saja jika dirinya harus berbicara dengan keras.

"Kau baru mengenal ku saat pertama kali masuk kuliah, mana mungkin aku memiliki perubahan dalam waktu yang singkat itu" Yoonbin sama sekali tidak menatap Junkyu, dirinya terus sibuk menciptakan potret indah melalui kamera yang ia bawa.

Junkyu hanya tersenyum simpul, dirinya merasa seperti dunia kecilnya saat itu benar-benar seperti hanya ilusinya sendiri, sebab hanya dirinya sendiri yang tahu, sedangkan sang sahabat? Sudahlah, ia malas untuk terus memikirkannya.

"Jihoon"

Junkyu menyebut nama itu dengan nada suara rendahnya, pandangan yang hampa beserta pikiran yang penuh, dirinya membuat suasana pagi yang cerah ini seakan berubah menjadi mendung seketika.

"Kau memanggil siapa?" gumam Yoonbin yang terus sibuk akan kameranya, sepertinya ia bisa beralih profesi menjadi fotografer, sebab wajah seriusnya akan membuat siapapun yang melihatnya percaya bahwa ia bukan pemotret amatiran.

"Nama mu" Junkyu menjeda kalimatnya sesaat, ia mengadah menatap pepohonan yang menjulang tinggi seraya menghela nafas rendah, "Sahabat kecil ku"

"Jangan berkhayal, aku tau kau selalu rindu akan sahabat kecil mu, tetapi aku bukan dia"

Yoonbin kini ikut duduk juga bersama Junkyu, dirinya baru merasa lelah karena sejak tadi saat sampai Yoonbin sedikitpun belum mengistirahatkan kedua kakinya.

Disana terlihat Junkyu menyeringai seraya melirik Yoonbin penuh, "Aku tidak berkhayal, yang aku katakan adalah seratus persen kenyataan"

"Butuh air? Sepertinya kau hilang fokus"

Yoonbin sedikitpun tidak menanggapi ucapan Junkyu dengan serius, kedua tangannya kini tengah sibuk melihat-lihat hasil dari jepretan ciptaannya sendiri.

"Jika kau dahulu memiliki sahabat kecil, kemudian sahabat mu itu mengalami kecelakaan lalu hilang akan semua memori masa kecilnya, dan kau diharuskan berpisah dengan sahabat mu itu di dalam waktu yang cukup lama kemudian pada akhirnya kau di pertemukan lagi olehnya di saat usia dewasa, tetapi sedikit pun dia sama sekali tidak mengenal mu, melupakan hari-hari tentang mu, dan segala hal yang telah terjadi, apa yang kau rasakan?"

Yoonbin terdiam sejenak di kala Junkyu berucap pelan akan hal tersebut, keduanya sama-sama tengah memandangi visual indah cakrawala yang begitu memikat kedua mata.

"Apa yang kau rasakan?" Junkyu bertanya lagi seakan mendesak jawaban.

"Hancur" dan hanya itu yang terlontar dari mulut Yoonbin.

"Itu yang aku rasakan selama ini"

Junkyu masih menatap langit lepas, sedikitpun netranya tidak berpaling, mendengar hal itu Yoonbin sekejap langsung mengalihkan atensi kepada Junkyu sepenuhnya, tidak berucap apapun hanya memandangi sembari memahami lagi apa yang Junkyu ucap tadi.

"Sahabat kecil ku adalah kau"

"Kau lah sosok itu sendiri atas apa yang selama ini aku ceritakan" sambung Junkyu lagi dalam keadaan yang masih sama.

"Apa benar begitu?"

Junkyu hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian keduanya terdiam seperti memikirkan bagaimana cara melanjutkan ini kedepannya, karna sungguh mereka sama-sama berada di dalam situasi bimbang.

Hanya ada sebuah dilema.























Next Chapter..
•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CINNAMON SECRET | Ha Yoonbin ft TREASURE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang