Bab 10

64 11 8
                                    

"Sejauh mana kau tahu tentang diriku?"

Hari yang berbeda, hari dimana keduanya belum lagi terikat dengan dunia pekerjaan, mereka tidak terburu-buru untuk mencari gantinya sebab mungkin ini saatnya untuk keduanya beristirahat sejenak.

"Entah, aku tidak begitu tahu apa yang aku ketahui itu sudah berkisar sangat jauh atau tidak"

Jihoon dan Asahi tengah menyantap makanannya pada kedai sederhana, sembari berbincang keduanya menikmati hari untuk bersantai, jarang-jarang mereka melakukan hal ini.

"Sudah saatnya" gumam Asahi.

"Untuk apa?"

"Kembali seperti semula" kata Asahi lagi.

Jihoon alias Yoonbin hanya tertunduk senyum, senyumnya tidak panjang, hanya seutas senyum tipis.

"Tetapi aku takut"

"Apa yang kau takuti?"

"Mati"

Dan sejenak saat itu Asahi terdiam, kedua netra yang melekat sendu, sebenarnya Asahi tidak tega untuk terus menatapnya.

"Jika begitu, berarti kau mendukung perbuatan Ayah mu? Kau senang melihat 'Dia' pengganti dirimu yang terus terluka?" meski tidak tega tetapi Asahi tetap harus mengatakannya.

Terlihat Jihoon mengambil nafas panjang, dan setelahnya ia tersenyum lebar seraya menyeruput kopi hangatnya, "Tak ku sangka hari ini akan tiba, sepertinya sudah saatnya"

"Tetapi aku tidak tahu bagaimana tahap awal untuk memulainya" sambungnya lagi.

"Bicaralah dulu pada Ibu mu kalau kau telah mengingat semuanya"

"Lalu setelah itu, bicaralah pada Junkyu" sambung Asahi lagi.

Asahi memiliki kelebihan sejak kecil, hanya dengan menatap kedua manik seseorang ia langsung dapat melihat kehidupan orang tersebut dengan sangat-sangat jelas, dan perihal Jihoon, tentu saja dia tahu segalanya sebab sejak bekerja Asahi selalu bertemu dengan Jihoon di setiap harinya, sudah pasti Asahi mengetahuinya perihal apapun.

"Aku akan mencobanya, kau mau terus membantu ku, 'kan?"

"Tentu saja. Jadi, sekarang boleh aku memanggil nama asli mu? Yoonbin?" ujarnya menggoda Jihoon.

"Tidak, jangan dulu"

Di saat santapannya habis keduanya masih enggan untuk beranjak, tempat itu seperti membawa keduanya nyaman untuk terus berbincang mengisi hari.

"Aku jadi iri kepada mu, bisa melihat kehidupan orang lain, kau jadi bisa tahu mana orang yang jujur dan mana si pembohong. Keren" jarang sekali Jihoon mau memuji Asahi, tetapi kali ini kelebihan Asahi menurutnya sangat keren, jadi tidak masalah jika sesekali ia memuji sang teman itu.

"Apa hebatnya? Tidak kah kau tahu, mengetahui segalanya lebih menyakitkan dibanding tidak mengetahui apapun. Seperti dirimu, dulu saat tersadar jika bisa memilih kau lebih suka untuk hilang ingatan di banding mengetahui segalanya, bukan?"

Perihal itu Asahi sukses besar dalam membuat Jihoon terdiam, ucapan Asahi menurut Jihoon sangat benar, bahkan Jihoon masih benci atas kenyataan yang terjadi, mengapa ia tidak terlahir dalam keluarga sederhana saja seperti saat ini? Ahh, memikirkannya lagi membuat kepalanya terasa begitu penat.

"Ahh, maaf aku membuat mu tersinggung, ya?" sungguh Asahi merasa bersalah, sebab Jihoon setelahnya diam seribu bahasa, senyumnya pun sirna.

"Tidak, yang kau katakan adalah suatu kebenaran"

"Aku akan terus membantu mu" terakhir Asahi berucap seperti itu, andai ia tetap pura-pura tidak tahu, tetapi pada kenyataannya dirinya tidak bisa harus terus seperti itu.



























CINNAMON SECRET | Ha Yoonbin ft TREASURE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang