42

57.8K 7K 125
                                    

Happy Reading!

*****

Suara Monitorbed terdengar di ruang VVIP rumah sakit, dokter dan suster tengah kewalahan membersihkan pendarahan di kepala Deborah.

Panel oksigen pun sudah terpasang, kini mereka hanya harus membuat kondisi pasien lebih stabil akibat pendarahan yang terlalu banyak.

Untung saja stok darah yang ada dirumah sakit ini terjamin, jadi dokter tidak akan kesulitan untuk mencari pendonor darah.

Mereka juga memasangkan gips pada kaki kiri Deborah karena mengalami keretakan akibat menghantam pinggir tangga dengan keras.

Dokter dan suster membersihkan  darah di kepala Deborah, mereka melakukan penjahitan dengan hati-hati.

Berbeda dengan keadaan diluar, Mommy Briana sudah terisak kencang di pelukan Daddy Samuel.

Kini Aiden, Edzar dan Levin masih berada diperjalanan. Mereka baru bisa menghubungi saat Deborah sudah ditangani di dalam.

"Dad hikss... Rara nggak akan kenapa-napa kan Dad?" tanya Mommy Briana disela tangisnya.

"Mommy tenang aja, Rara anak yang kuat" ucap Daddy Samuel menenangkan istrinya ini. Ia juga berharap jika putrinya akan baik-baik saja.

Suara ketukan sepatu menggema di koridor tempat ruang rawat Deborah. Terlihat Aiden, Edzar dan Levin yang kalang kabut berlarian.

"D-dad Rara gimana?" tanya Aiden gusar, wajahnya nampak pucat mendengar Deborah jatuh dari tangga.

Edzar dan Levin juga tak kalah panik, tubuh mereka bergetar mendengar Deborah jatuh dari tangga dan dilarikan ke rumah sakit.

"Adik kalian masih ditangani dokter" ucap Daddy Samuel lemah, ia tak memiliki tenaga saat ini. Kakinya terasa seperti jelly.

Aiden mengusap wajahnya kasar, ia meninju tembok untuk menghilangkan sesak di dadanya. Ia tidak ingin Deborah terluka untuk kesekian kalinya, mengingat jika Fiona menculik Deborah membuat amarahnya tak tertahan.

Ia tidak ingin Deborah mengalami hal yang buruk lagi. Aiden ingin adiknya itu bahagia bukan menderita seperti dulu lagi.

Levin luruh dilantai, ia terisak dalam diam kala mengingat wajah Deborah yang dulu sering ia siksa dan ia perlakukan kasar.

Ia memang tidak bisa di maafkan, ia tidak bisa menjaga adik perempuan satu-satunya itu dengan baik. Harusnya ia bisa melindungi Deborah dari Fiona, tapi seakan nasi sudah menjadi bubur, semua yang lewat tidak bisa ia putar kembali.

Sedangkan Edzar bersandar di dinding dengan pandangan kosong, ia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Selama ini ia tidak mempercayai Deborah dan malah mempercayai gadis sialan itu.

Dengan gampangnya gadis sialan itu mencuci otaknya untuk membenci Deborah adiknya, ia tidak akan pernah memaafkan gadis sialan itu. Tidak akan!

Pintu ruang rawat Deborah terbuka, mereka yang menyadarinya langsung menghampiri dokter itu dengan harapan yang besar.

"G-gimana keadaan a-anak saya Dok?" tanya Mommy Briana, ia menatap dokter di depannya ini penuh harap.

"Maaf sebelumnya..." dokter itu menggantung ucapannya, membuat mereka dilanda panik yang luar biasa. "Nona Deborah saat ini koma karena pendarahan yang cukup banyak, mengakibatkan beberapa sel otaknya rusak"

Deborah New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang