.
.
.Hendery pun meninggalkan rumah nenek tersebut dan berjalan menuju ke-sebuah gunung es yang dimana kata penduduk desa sekitar bahwa gunung tersebut letaknya cukup jauh dari desa ini.
Dia pun berjalan kaki menuju tempat tersebut pada pukul 03.00 dini hari. Namun sangat mudah bagi dia menemukan letak gunung itu dikarenakan banyak penduduk desa yang beraktivitas di-jam seperti ini entah dalam hal apa. Walau pun setiap pertanyaan selalu saja keluar dari mulut Hendery, penduduk itu akan selalu memberitahukan letaknya namun dengan kata 'Hati-hati'.
Hendery pun menerima masukan itu. Setidaknya dia harus bisa menemukan ibunya saat ini juga, kemungkinan saja keberhasilan yang dia peroleh sangat kecil sekali akan tetapi tidak ada salahnya mencari terlebih dahulu.
Tap! Tap! Tap!
Setelah cukup jauh meninggalkan area pedesaan, lagi-lagi Hendery harus melewati hutan yang terbilang sangat gelap dan juga menyeramkan untuk dikunjungi. Bukan berarti dia takut dengan hal seperti ini, yang lebih dia takutkan adalah... Orang yang menyamar sebagai pembunuh dan terus mengikuti kemana arah kakinya melangkah sekarang.
Itu hanyalah isi fikirannya saja, tidak benar-benar terjadi. Keberaniannya menelusuri hutan benar-benar tidak diragukan. Hanya bermodalkan senter dan juga jaket yang cukup tebal agar dia tidak merasakan kedinginan saat ini. Lalu bagaimana dengan barang-barang yang lain? Tentu saja Hendery meninggalkannya Disana seolah memberikan keyakinan bahwa dia pasti akan kembali dengan selamat.
Tidak hanya itu, kepergian Hendery yang tiba-tiba ini juga tidak diketahui oleh sang nenek. Jika dia memberitahukannya, mungkin saja nenek akan melarang Hendery dan terus-terusan memintanya menunggu sampai Ibunya kembali. Jelas sekali itu akan membuatnya sangatlah muak.
Semakin lama, dia terus berjalan hingga keluar dari hutan tersebut. Dan disitulah dia menemukan gunung es itu, sangat menjulang tinggi dan terdapat banyak salju diatasnya saja.
"Walau pun terlihat sangat indah, akan tetapi gunung ini bukanlah jalur umum para pendaki." Gumam Hendery sembari kedinginan. Iya, hawa dingin itu semakin terasa disaat dia sudah berada didekat gunung itu akibat butiran-butiran salju yang berjatuhan tertiup oleh angin.
Namun Hendery akan tetap melanjutkan pendakiannya dan membuktikan bahwa dia bisa membawa ibunya untuk kembali.
.
.
.Keesokan harinya...
Bibi Luxi pun menghampiri paman Luhan yang saat ini sedang duduk termenung menatap wajah pucatku. Benar-benar tatapannya tidak bisa dia alihkan pada suatu objek yang lain, Bibi Luxi tau jika saat ini hati suaminya sangat terpukul. Akhirnya, dia pun menghampirinya sembari menepuk pundak paman.
Puk!
"Sayang, kau harus kembali ke-apartemen dulu dan beristirahat." Ucap Bibi Luxi sehingga membuat Paman Luhan menatapnya dengan sendu.
"Lalu bagaimana dengan Dong Sicheng?"
"Aku dan Lucas yang akan menjaganya. Jadi kau tidak perlu khawatir." Ucap Bibi Luxi, Paman Luhan pun hanya bisa mendengus kasar nafasnya sembari beranjak dari tempat tersebut.
"Aku titipkan Dong Sicheng kepadamu."
"Baiklah, kau harus istirahat setelah itu. Aku juga sudah menyiapkan makanan Disana."
Paman Luhan pun tersenyum mendengarnya. "Terima kasih sayang." Ucapnya dan kemudian pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Setelah itu, Lucas pun masuk dan berjalan dengan langkah kaki yang cukup pelan. Wajahnya benar-benar menunjukkan sisi lesu sembari duduk di sofa yang letaknya tidak begitu jauh dari posisi Bibi Luxi saat ini. Bibi tau jika Lucas juga tampaknya sedang tertekan sekarang. Bahkan sesekali Lucas terlihat mengusap kasar wajahnya yang tampak kusut. Akhirnya Bibi Luxi pun menghampiri Lucas dan kemudian duduk disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I MISS YUTA (Yuwin) {COMPLETTE}☑️
Fanfiction"Dear Yuta, Aku ingin hidup seperti bunga yang bermekaran, namun pada kenyataannya, Tanpamu Aku hanyalah sebuah dedaunan kering yang tersapu oleh angin entah kemana" - Dong Sicheng as Winwin { 彼らが直面し続けるラブストーリーと複雑な旅 } Main cast : - Dong Sicheng as Wi...