Part 18 {Selfishness Destroys Everything}

538 30 43
                                    

.
.
.

Aku seperti berjalan ditempat yang begitu asing. Rasanya seperti hampa, pemandangan ditempat ini hanyalah ruangan putih seperti kanvas yang kosong. Memiliki begitu banyak lorong sehingga membuatku cukup sulit untuk menemukan jalan keluar. Apakah aku tersesat? Apa yang terjadi? Mengapa aku berada ditempat aneh seperti ini?

Ingin sekali aku berteriak meminta tolong, akan tetapi sangat sulit untuk mengucapkannya. Seakan-akan aku dibuat membisu, suaraku menghilang, kali ini aku benar-benar merasakan ketakutan. Walau pun begitu, kedua kakiku tetap memaksa untuk terus berjalan menelusuri tempat ini.

Tap! Tap! Tap!

Apakah ini surga? Tidak, lebih tepatnya sebuah perangkap antara hidup dan mati. Di sisi lain, aku sungguh dapat merasakan roh ini semakin menjauh pada tubuhku, namun di sisi lain juga aku tidak bisa menemukan sebuah pintu apapun. Iya, pintu menuju kebebasan yang aku inginkan saat ini.

Tap! Tap! Tap!

Aku terus berjalan melihat sekelilingnya tanpa bisa berbicara, wajahku menunjukkan ekspresi ketidaknyamanan, akan tetapi... Aku tetap saja tidak bisa berhenti untuk berjalan. Hingga kemudian...

Srahhh!!!

Dari kejauhan sana, aku melihat sebuah cahaya yang cukup menyilaukan pandanganku saat ini. Seperti portal Dengan cahaya khas mataharinya, namun tidak membuat kulit ini memanas.

Tap! Tap! Tap! Tap! Tap!

Entah bagaimana, aku justru berlari menghampiri cahaya tersebut. Seolah-olah cahaya itu adalah titik terang dimana aku sudah menemukan jalan untuk pulang. Apakah aku bisa menghampiri cahaya itu? Semakin mendekat dan akan menggapainya hingga pada akhirnya...

.
.
.

"Hah, hah, hah!!!" Erang nafasku tidak beraturan. Kali ini ruangan yang aku tatap sungguh tidak asing, aku mengenalnya tapi dimana? Ohh benar, ini adalah ruangan rumah sakit. Apakah aku tersadar dari koma ini?

"Dong Sicheng, kau sudah sadar?" Ucap seseorang yang tidak lain adalah Lucas. Aku berusaha membalikkan kepalaku untuk melihatnya berdiri disampingku. Aku melihat wajahnya, dia benar-benar menangis dengan histeris. Bahkan dirinya terlihat mencium tanganku secara terus-menerus seolah bersyukur jika aku dapat diberikan kesadaran. Aku tidak bisa tersenyum, bahkan aku juga tidak bisa mengeluarkan air mataku.

Kenapa? Kenapa aku harus kembali? Lihatlah, sekali lagi aku telah membuat orang terdekatku menangis.

.
.
.

Keesokan harinya...

Hendery benar-benar sudah kembali dengan selamat. Akan tetapi wajahnya menunjukkan keputus-asaan yang begitu besar sembari membawa barang-barangnya dengan koper.

Tap! Tap!

Dia pun menatap dengan diam rumah Yuta dari luar sana. Hatinya benar-benar tidak siap untuk mengatakan apa yang terjadi kepada ibu mereka.

"Tolong maafkan aku kak." Gumam Hendery sembari mendengus kasar nafasnya. Dia pun berjalan menghampiri pintu tersebut dan kemudian mengetuknya.

Tok! Tok! Tok!

"Kakak, aku sudah kembali. Tolong buka pintunya." Ucap Hendery dari luar sana. Akan tetapi tidak ada balasan sama sekali dari dalam.

Tok! Tok! Tok!

"Kakak, bukan pintunya." Panggil Hendery sekali lagi. Benar-benar sangat sepi, dia pun berusaha memutar kenop pintu tersebut dan kemudian...

Cklek!

Iya, pintu itu langsung saja terbuka. Namun kehadiran Yuta benar-benar tidak terlihat sama sekali. Hal tersebut membuat Hendery menatap sekitarnya. "Apakah dia sedang bekerja?" Gumam Hendery yang terlihat mendengus kasar nafasnya.

I MISS YUTA (Yuwin) {COMPLETTE}☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang