Part 12 {Selfishness}

831 34 6
                                    

.
.
.

"Yuta, tangkis bola itu." Ucap Jackson memberikan arahan. Yuta pun berusaha untuk menangkisnya dan kemudian...

Pletak!!!

Bola tersebut meleset begitu saja. Jackson yang melihat hal itu langsung menepuk jidatnya.

"Maaf, lakukan sekali lagi." Ucap Yuta kemudian. Akhirnya, mereka berdua pun terus-terusan melakukannya.

Klotak!

Klotak!

Klotak!

Akan tetapi Yuta tetap saja tidak berhasil. Walau pun hanya sekali dua kali saja, tangkisan tersebut tidak mengarah secara sempurna. Dan kali ini Jackson benar-benar putus asa dalam mengajarkannya.

"Yuta, kau salah memegang raketnya."

Yuta pun menatap raket tersebut yang saat ini berada digenggamannya. "Lalu seperti apa?"

Jackson pun kemudian menghampiri Yuta dan memperbaiki postur tangan tersebut. "Nah, seperti ini. Gunakan satu tangan saja, jika bola tersebut muncul dari atas, kau harus menangkisnya dari atas juga. Dan jika bola itu muncul dari arah kanan atau kiri, kau harus menangkisnya seperti ini. Usahakan tanganmu tidak terlalu kaku atau pun lemas." Ucap Jackson menjelaskan sembari mempraktekkannya. Yuta yang melihat hal tersebut tampaknya mengangguk mengerti.

"Baik, aku mengerti." Jawab Yuta. Jackson pun kembali kepada posisinya seperti semula.

"Mari kita ulang lagi." Ucap Jackson yang kemudian menservice kembali bola tersebut.

Klotak!

Yuta pun terlihat fokus saat bola itu mulai mendarat kepadanya dan kemudian...

Klotak!

"Woah, aku bisa melakukannya." Ucap Yuta tampak senang. Jackson pun tersenyum walau pun dia tidak menyadari jika bola itu mendarat diatas kepalanya dan kemudian terjatuh.

"Pertahankan posisi seperti itu, setelah kau mulai lancar, aku akan mengajarkanmu bagaimana cara menservice bola, setelah itu melakukan teknik smash."

Yuta pun mengangguk mengerti. Akhirnya, mereka berdua melanjutkan permainan itu, terlihat sekali jika Yuta tampak bersemangat sekali.

.
.
.

Saat ini aku berada disebuah gereja, Aku menggenggam kedua tanganku sembari menutup mata. Gereja ini merupakan tempat dimana Yuta mengajakku untuk berdoa, dan sekarang aku berdoa tanpa kehadirannya disampingku.

"Tuhan, tolong ijinkan aku hidup lebih lama lagi, aku benar-benar ingin sekali merasakan kebahagiaan didunia sebelum aku pergi, tapi jika kau berkenan... Sembuhkan lah penyakit yang ada didalam tubuhku ini." Gumamku yang menyadari hal tersebut, ternyata doaku benar-benar kacau sekali. Hal tersebut membuatku langsung saja membuka kedua mataku. "Apa yang aku ucapkan? Tidak, mari kita ulangi saja."

Aku pun kembali menutup kedua mataku dan berusaha berdoa secara bersungguh-sungguh.

'Tuhan, maafkan diriku jika permintaan ini sungguh tidak masuk akal, Setelah difikir-fikir. Kurasa aku tidak ingin mati dengan cepat, saat ini aku baru saja merasakan apa itu kebahagiaan dari seseorang, Terkadang aku selalu membayangkan rasa sakitnya ditinggalkan oleh orang yang disayang. Aku tidak ingin Yuta merasakan itu, dia sudah cukup menderita sama sepertiku, Aku baik-baik saja akan hal ini, tapi jangan biarkan setetes pun air matanya terjatuh. Biar aku saja yang menanggung semua penderitaan ini Tuhan, Akan tetapi jika kau tidak dapat mengabulkan doaku ini, tolong buatlah dia untuk segera melupakanku, karena jika aku kembali. Sudah pasti aku tidak akan berada disini untuk bertemu dengannya lagi, aku takut jika waktu itu tiba. Yuta akan terus menungguku, aku mohon Tuhan, bantu aku kali ini saja.'

I MISS YUTA (Yuwin) {COMPLETTE}☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang