12

101 13 3
                                    

Mark dan Hani sampai di tujuan pagi-pagi sekali, cukup belasan jam mereka menempuh jarak menggunakan mobil menuju kampung halaman sang nenek. 

setelah mendengar bunyi mesein mobil yang terparkir Neneknya menunggu cucunya berdiri di depan rumah menyambut mereka.

"pagi eyang!" sapa Hani langsung memeluk ibu dari ayahnya itu, menyalurkan rindu yang sangat karena lama tak bertemu.

"pagi cucu eyang, sehat sayang?" tanya sang nenek membalas pelukan sang cucu.

Hani mengangguk "eyang sehat? maaf Arianti udah lama gak jenguk eyang" ujarnya dengan sedikit rasa bersalah.

Eyang tersenyum mengelus surai hitam milih Hani "it's okay sayang, eyang tau kamu sama Mark sibuk kuliah" ujarnya "oh iya mana jagoan eyang"

"aku di sini eyang" sahut Mark yang berjalan membawa koper dan barang bawaan mereka.

"sini peluk dulu cucu eyang" sang nenek memberi gestur ingin dipeluk. Mark meletakan semua bawaanya kemudian masuk ke dalam pelukan sang nenek.

"Mark kangen eyang" ujarnya merasakan pelukan perempuan tua itu lagi.

"eyang juga kangen sama Mark, sehat nak?"

"hmm" Mark mengangguk didalam pelukan sang nenek.

"kamu tinggal di sini juga kan sementara?" tanya nenek.

Mark mendongak menatap neneknya "maaf eyang, paling Mark cuma seminggu di sini soalnya Mark masih ada urusan di kampus"

"jadi bintang basket dia yang, di kampus" ujar Hani "banyak banget fansnya duh"

"kakak" Mark menatap Hani sebal

"oh iya, aduh cucu eyang emang ganteng gini masa gak ada yang suka" sang nenek menangkup wajah pria itu.

"eyaaaangggg" Mark merengek minta dilepaskan.

Hani dan Sang Nenek terkekeh melihat si bungsu merajuk.

"yasudah ayo masuk, sarapan dulu ya baru kalian istirahat" ujar Nenek

***

"ahhh!" Kamindra mengerang tiba-tiba meremat kuat pulpen yang dipegangnya hingga menarik atensi satu Mahasiswa yang sedang berkonsultasi skripsinya dengan Kamindra.

"p-pak? bapak kenapa?" tanya Mahasiswa itu sedikit panik.

"hh-hahh s-sa-yaa.." rintih Kamindra mengatur nafasnya.

"sebentar, sayang panggil orang pak-"

"g-gak perlu, saya mungkin cuma kecapekan saja" ujar Kamindra pelan masih menahan rasa sesak di dadanya yang tiba-tiba muncul.

"beneran pak?" Tanya Mahasiswa itu seperti tak yakin

"iya, dan ini skripsi kamu, cukup revisi yang saya coret lalu sudah bisa lanjut ke bab selanjutnya" 

"baik pak, terima kasih" sang Mahasiswa mengambil laporan skripsinya "kalau begitu saya permisi pak" lanjutnya meninggalkan Kamindra walaupun tidak yakin Dosen muda itu baik-baik saja.

~~

"gue gak nyangka lo sebrengsek ini Kamindra" itu makian pertama Sultan saat Kamindra selesai menceritakan seluruh perihal yang ia alami belakangan ini pada sahabatnya itu.

tiba-tiba pria itu memberi kabar pada Sultan jika ia akan berkunjung ke rumah sakit tempat Sultan bekerja dengan alasan memeriksakan dirinya yang terasa aneh karena rasa sesak di dadanya yang muncul. Sultan merasa kasihan melihat sahabatnya itu yang terlihat kacau seakan tidak punya semangat lagi saat datang mengunjunginya. padahal Alpha di depannya ini selalu bersikap angkuh dan dingin. bahkan dengan gilanya ia minta disuguhkan alkohol, hanya orang gila yang meminta alkohol disiang hari dan di dalam rumah sakit.

"gue ke sini mau periksain diri gue bukan denger makian lo" ujar Kamindra

"lo emang butuh dimaki bajingan, bisa bisanya lo bertahan sama Mina sedangkan lo tau mate lo nanggung sakit sendirian. definisi anjing ya elo ini" Sultan melihat berkas kesehatan milik Kamindra tapi tidak ada gejala penyakit apapun "jadi lo ngerasain ini semua setelah mate lo ninggalin lo?"

Kamindra hanya mengangguk.

Sultan menarik nafasnya "biar gue ceritain kasus pasien gue, mungkin bisa dibilang sama seperti kasus lo ini" ujarnya "pasien gue waktu itu datang bahkan keadaannya lebih parah dari pada lo, dia ditolak matenya. Omega dari pasien gue selalu menghindar dan menjauh menolak takdirnya, awalnya dia gak perduli dan gak terlalu mikirin hal itu tapi lama kelamaan pasien gue ngerasa ada yang gak beres sama dirinya. dia semakin sering ngerasain sakit, lo tau kenapa dia ngerasain lebih sakit dari apa yang lo rasain?"

"gue buta tentang kaya ginian kalo lo lupa?" ujar Kamindra

"mereka menjauh dan ngerasain sakit yang amat sakit karena mereka udah proses matting jadi bisa dengan gampang Omeganya mereject pasien gue, dan lo masih beruntung belum matting sama Hani dan cuma ninggalin lo" sahut Sultan "ini yang lo perlu tau dan mungkin lo gak tau....kalau aja kalian udah proses matting dan kalian saling mereject lo dan mate lo bisa aja ngerasain lebih dari ini bahkan kalian bisa sampai mati"

Kamindra mematung "m-maksud lo, nasib pasien-"

Sultan mengangguk "akhirnya pasien gue mati gitu aja karena melawan takdirnya" jawabnya "dan kemungkinan, Hani ninggalin lo kaya gini biar lo juga ngerasain apa yang selama ini dia rasain" lanjutnya.

Kamindra meremat rambutnya kepalanya semakin pusing, kenapa takdir begitu mengerikan.

"mungkin ini hukuman buat lo karena udah melanggar takdir dan berbuat seenaknya dan pelajaran supaya lo lebih bisa menghargai pasangan lo yang udah ditakdirkan sama lo" Sultan menatap Kamindra serius "menurut gue ini belum terlambat.......gue saranin lo mending cari Hani, Kamindra. jangan bertindak bodoh lagi"

***

"kakak..." Sang Nenek mengetuk pintu kamar Hani.

Hani yang sedikit terkejut karena sedang melawan rasa sakit di dadanya yang sedari tadi ia rasakan, masih dengan balutan handuk ia baru saja menyelesaikan acara berendamnya yang mungkin bisa sedikit menghilangkan rasa sakit di tubuhnya. 

"i-iya sebentar eyang, Arianti pakai baju dulu" sahut Hani dari dalam kamar.

"ya sudah, eyang tunggu di depan tv ya sayang" ujar Sang Nenek "eyang mau ngobrol sama kakak"

"iyaa eyang"

Hani menghela nafasnya duduk di atas ranjang, setidaknya ia bisa mengulur waktu untuk berhadapan dengan Neneknya. perempuan itu kembali mejamkan matanya mencoba mengatur nafasnya perlahan agar rasa sesak dan nyeri di dadanya berkurang. seperti sudah biasa melakukan dan merasakan kesakitan ini, Hani pasrah dengan semua keadaan dan takdir yang akan ia terima nantinya walau terkesan keras kepala keputusannya yang ia ambil sudah bulat. ia akan membuat Kamindra ikut merasakan apa yang ia rasakan, walaupun berujung kematian pada keduanya.

~~

Hani keluar dari kamarnya melihat Sang Nenek duduk di sofa sambil meminum teh menonton tv, ia tersenyum kemudian menghampiri Neneknya.

"Mark mana eyang?" tanya Hani duduk di samping Sang Nenek

"langsung kabur tuh, main katanya udah lama gak ketemu Haidar" jawab Eyang mengingat Mark pamit ke rumah teman semasa kecilnya yang tak jauh dari sini.

"astaga itu anak" 

"kakak, kamu sakit?" tiba-tiba Sang Nenek menatap cucu perempuannya itu.

"h-hah? enggak, Arianti gak sakit kok"

"saat kamu dateng ke sini, eyang udah ngerasa gak enak ngelihat kamu. kamu bahkan sering banget meringis kesakitan seperti nahan sesuatu" ujar Nenek Hani diam diam memperhatikan perempuan itu "dan Eyang juga mencium feromon kamu bercampur sama feromon Alpha , ini tentu bukan feromon Mark. ada yang kakak sembunyiin dari Eyang?"

"a-aku...." entah apa yang akan Hani katakan pada Sang Nenek, perempuan itu sungguh bingung menjelaskannya.

***




My Mate! (END) - [Xiumin Kim]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang